Mohon tunggu...
NOVA SYAID AL ZUBAYR
NOVA SYAID AL ZUBAYR Mohon Tunggu... Penulis - Pujangga

Jika Kamu Ingin Namamu Tetap Abadi, Maka Mulai Saat Ini Menulislah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Aku Harus Bersyukur?

16 September 2018   14:00 Diperbarui: 16 September 2018   14:15 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti pernah tiba-tiba terlintas didalam pikiran kita "Kenapa (why) kita harus bersyukur?" sebuah ungkapan seolah-olah kita menolak perintah untuk bersyukur kepada Allah SWT. Kebanyakan dari kita memiliki pandangan bahwa apa yang telah kita dapatkan hari ini adalah hasil jerih payah kita sendiri, kemudian kita mengatakan jika semua yang aku dapatkan ini adalah hasil jerih payahku sendiri kenapa aku harus bersyukur?.

Sebelum kita berkata demikian alangkah baiknya kita menyimak kisah Ibrahim bin Adham, beliau merupakan seorang tokoh sufi besar yang mengalami perubahan besar didalam hidup beliau sebelum beliau menjadi seorang tokoh sufi besar seperti yang kita kenal saat ini.

Dahulu beliau merupakan seorang bangsawan yang penuh dengan kekayaan, hampir semua hari-hari beliau, beliau habiskan untuk berburu dihutan. Pada suatu hari saat beliau sedang berburu di hutan, beliau mendengar lantunan kalimat tahlil, tahmid, takbir, tasbih, dan hamdalah, kemudian sejenak beliau berfikir suara siapakah ditengah hutan seperti ini?

Lantas beliau berjalan menuju sumber suara tersebut, tak disangka kalimat yang beliau dengar tadi berasal dari sesosok manusia paruh baya yang tidak memiliki tangan, tidak memiliki kaki, serta dalam keadaan buta. Meskipun ia memiliki kondisi seperti itu, kalimat pujian untuk Rabb nya sangat lancar keluar dari bibirnya.

Karena beliau sangat penasaran dengan sosok manusia paruh baya tersebut, beliau pun memberanikan diri untuk bertanya "Assalamu'alaikum

Kemudian sosok manusia paruh baya itu pun menjawab salam dari Ibrahim bin Adham "Waalaikumussalam, Hai Ibrahim bin Adham"

Seketika itu Ibrahim bin Adham pun terperanjat mendengar jawaban dari sosok manusia paruh baya tersebut seraya berkata di dalam hati "bagaimana mungkin ia mengetahui namaku, padahal bertemu pun belum pernah"

Lagi-lagi brahim bin Adham pun memberanikan diri untuk bertanya kepada sosok manusia paruh baya tersebut seraya berkata " wahai pak tua, dari kejauhan aku mendengar lantunan kalimat hamdalah yang sangat syahdu keluar dari bibirmu, apakah engkau sedang menerima nikmat? Padahal aku melihat dirimu serba kekurangan".

Kemudian sosok orang tua tersebut menjawab "dengarkan aku wahai Ibrahim bin Adham, aku memang tidak memiliki tangan, tidak memiliki kaki, bahkan aku tidak bisa melihat, tetapi Allah SWT telah memberikan aku dua nikmat yaitu lisanan syakiran wa qalban dzakiran (lisan yang bersyukur serta hati yang senantiasa berdzikir)".

Allah SWT telah berfirman didalam Q.S Yunus : 31 yang berbunyi :

Artinya : "katakanlah : "siapakah yang memberikan kalian rezeki dari langit dan bumi, atau siapakah yang memberikan kuasa untuk mendengar dan melihat, dan siapakah yang mengeluarkan kehidupan dari kematian dan mengeluarkan kematian dari kehidupan, serta siapakah yang mengatur segala urusan?, maka mereka akan berkata : "Allah" maka katakanlah kepada mereka : "lantas kenapa kalian tidak bertaqwa?"

Ibnu katsir menerangkan tentang bagaimana susunan ayat tersebut mengandung model bahasa bertanya sekaligus mengingatkan manusia akan 4 hal yang tidak akan mungkin mereka sangkal jawabannya. Pertama, Allah Bertanya siapa yang memberi kalian rezeki yang datangnya dari langit dan bumi.

Rezeki dari langit adalah turunnya hujan, dengan turunnya hujan maka tumbuhlah berbagai macam tumbuhan dibumi. Tumbuhan yang beraneka ragam jenisnya tersebut tiada hentinya yang memanfaatkan adalah manusia itu sendiri untuk melanjutkan keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.

Kedua, Allah melanjutkan pertanyaan-Nya, siapakah yang memberi kuasa kepada kalian (manusia) untuk mendengar dan melihat? Adakah dzat lain selain Allah yang memberikan kalian kemampuan tersebut? Karena dengan kedua indera itulah kalian bisa melahirkan pengetahuan, padahal awalnya kalian tidak mengetahuinya.

Ketiga, Allah melanjutkan pertanyaan-Nya, Siapakah yang mengelurkan kehidupan padahal awalnya kalian (manusia) mati? Dan siapakah yang mengelurkan kematian padahal awalnya kalian hidup?. Ada satu fakta yang sulit sekali diterima oleh manusia yaitu manusia berasal dari benda mati yang kemudian Allah menghidupkannya menjadi rupa yang berbeda. 

Namun kebanyakan manusia lupa bahwa yang hidup pasti memiliki batas waktu waktu untuk menjajaki dunia ini. Karena setiap yang hidup pasti akan berjumpa dengan sahabat baiknya yaitu kematian. Lantas siapakah yang bisa melakukan yang demikian itu? Pasti jawabannya adalah Allah SWT.

Keempat, lantas Allah menutup pertanyaan didalam ayat tersebut dengan pertanyaan yang tidak bisa ditolak oleh pembaca maupun pendengarnya yaitu siapakah yang mengurus segala urusan kalian? Bukankah kalian awalnya dalam kegelapan hingga akhirnya Allah mempertemukan kalian dengan sinar pengusir kegelapan (matahari)?

Bukankah Dia yang mengeluarkan kalian dari kesesatan menuju cahaya hidayah? Hinggga bukankah Dia yang dengan segala kekuasaan-Nya mampu mewujudkan segala apa yang kita inginkan?. Tiada jawaban yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut kecuali dengan menjawab Allah lah yang mengurus segala urusan kita.

Dari kisah dan beberapa pertanyaan diatas dapat kita pahami bahwa sejatinya Hanya Allah SWT lah yang telah memberikan rezeki kepada kita ketika banyak sekali orang yang berada dibawah kita belum mampu untuk mendapatkannya, hanya Allah SWT lah yang telah memberikan kemampuan untuk mendengar dan melihat kepada kita disaat banyak orang lain telah kehilangan kemampuan tersebut.

Lantas masih pantaskah kita sebagai hamba yang lemah untuk menyombongkan segala sesuatu yang telah berhasil kita dapatkan yang ternyata semua itu hanya pemberian dan titipan dari Allah SWT yang seharusnya kita jaga, kita syukuri, serta kita gunakan dijalan kebaikan? Masih pantaskah kita enggan untuk berterima kasih kepada-Nya yang telah memberikan segala sesuatu yang kita inginkan?

Wallahu a'lam...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun