Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

INDIGO (Part 4)

23 September 2020   00:02 Diperbarui: 23 September 2020   08:45 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Design by @Alfira_2808

Gedung Sekolah itu energinya sangat kuat. Aku terjatuh dan dibawa ke alam mereka.

Yoga, nama keponakanku. Lebih tepatnya dia adalah anak dari kakak ku. Dia adalah seorang anak, korban dari perpisahan kedua orang tuanya sedari kecil dulu. Namun kini ia sudah beranjak remaja, ia sudah mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama atau SMP. Yoga pun ikut neneknya yang juga ibuku. 

Suatu hari yoga ada kenaikan kelas, kemudian wali murid diundang untuk datang mengambil rapor para siswa. Yoga pun memberikan undangannya pada ibuku untuk hadir mengambil rapornya dia ke sekolah. 

Namun saat itu rupanya ibuku sedang sakit dan tidak memungkinkan untuk ibuku bisa datang ke sekolahnya. Yoga pun lemas dan bersandar di tembok seperti bingung memikirkan hal ini. Selanjutnya aku samperin yoga dan bilang biar tante saja atau aku gantiin ibu yang hadir ke acara pengambilan rapor hasil kenaikan kelas tersebut ke sekolahnya. Akhirnya yoga pun senyum sumringah dan aku pun memeluknya.

Tibalah hari tersebut dan aku ke sekolahnya yoga. Hari itu senin pagi. Aku boncengan satu motor dengan tetanggaku yang anaknya juga ada pengambilan rapor satu kelas bareng yoga. Jadwal undangannya jam 8 pagi, tapi rupanya aku bersama tetanggaku terlalu rajin, jam setengah 8 pagi sudah di sekolahnya yoga. 

Gerbang pun masih ditutup, sehingga aku dan tetanggaku masih harus nunggu di depan gerbang sekolah melihat para siswa/i SMP tersebut sedang upacara bendera. 


Namun entah kenapa, meskipun posisiku masih di luar gedung sekolah tapi aku merasakan energi yang sangat kuat dan rasanya memukuli diriku. Gak lama kemudian ada satu siswa yang pingsan di upacara tersebut. 

Dalam fikiran mungkin memang anaknya sedang sakit gak kuat kena panas matahari. Gak lama kemudian lagi, ada satu anak lagi pingsan. Beberapa menit kemudian, ada yang pingsan lagi. Dan itu terus berlanjut sekitar setengah jam saja sudah ada 10 anak yang pingsan pada upacara bendera tersebut.

Mereka yang pingsan segera dibawa ke UKS (usaha kesehatan sekolah) zaman dulu nyebutnya. Namun ruang ini rupanya tidak muat karena hanya disediakan 2-3 kasur saja untuk siswa yang sakit. Dan yang pingsan ada 10 orang. Sehingga ada yang sampai ditidurkan di lantai, di meja, dll. 

Jam 8 pagi, upacara sudah selesay. Gerbang sekolah pun dibuka kembali untuk mempersilahkan wali murid memasuki ruangan yang disediakan panitia untuk pengambilan rapor siswa. 

Hari itu meskipun sudah pergantian atau kenaikan kelas, tapi para siswa/i masih masuk seperti biasa ke sekolah namun tidak ada pelajaran dan hanya upacara bendera saja. Usay upacara, mereka hanya bersantai di halaman sekolah atau luar kelas mereka menunggu orang tuanya mengambil rapor mereka masing-masing.

Kebetulan ruangan yang digunakan untuk wali murid kelasnya yoga ini berdekatan dengan ruang UKS tersebut, sehingga aku pun bisa mengetahui bagaimana berjalannya suatu kondisi banyak siswa pingsan tersebut saat upacara bendera tadi.

Sambil duduk di ruangan wali murid, banyak orang tua siswa masih belum datang. Sehingga aku pun hanya duduk santai di ruangan tersebut. Hingga pada akhirnya aku mendengar suatu teriakan keras "Aaaaaa.....tidak... tolong.... tolong.... panas... tolong... tidak.. aaaaaa". 

Teriakkan itu sangat jelas dan keras, juga suaranya bersahut-sahutan. Ternyata suaranya datang dari ruang UKS tadi. Para siswa yang pingsan tadi rupanya semua kesurupan dan saling berteriak bersahut-sahutan.

Semuanya pun lari ke ruang UKS tersebut, karena petugas UKS minta tolong juga untuk membantu memegangi para siswa yang kesurupan. Ada yang memegangi tangannya, kakinya, hingga kepalanya. 1 siswa yang kesurupan saja yang memegangi ada 6 orang. 

Karena seseorang yang sedang kesurupan itu bukanlah dirinya. Jadi kemampuan/energi dalam dirinya bukanlah dirinya. Sehingga 1 orang saja yang kesurupan berlipat-lipat energi yang dihasilkan menjadi faktor banyak orang yang harus membantu memeganginya agar tidak melakukan hal-hal yang membahayakan jiwa raga seseorang yang sedang kerasukan tersebut. Apa lagi itu ada 10 orang yang kesurupan. Bisa dibayangkan bagaimana kacaunya situasi tersebut?

Dalam diam ruangan wali murid, aku melihat ada 1 anak yang melihatku kemudian melambaikan tangannya padaku. Anak itu mengarahkan tangannya seakan memanggilku untuk keluar dari ruangan wali murid dan menunjuk ke arah UKS

. Entah kenapa aku yang penasaran memutuskan keluar dari ruangan wali murid. Toh wali muridnya masih belum dimulai, karena banyak orang tua siswa yang belum datang.

Aku mencari siswa yang memanggilku tadi ke arah UKS, namun aku kehilangan jejaknya. Entah anak yang tadi itu dimana. Namun posisiku sudah di depan UKS nih, dan aku melihat dengan jelas situasi yang terjadi. 

Ada anak yang kejang-kejang dengan menutup mata sambil berteriak, ada juga anak yang kejang-kejang dengan membuka matanya sambil berteriak, ada juga anak yang berteriak-teriak saja, ada juga anak yang nangis-nangis dengan menutup mata, dsb.

Lantas seketika, semuanya gelap. Ada cahaya hitam dan putih sama seperti ketika aku bermimpi dalam tidurku. Entah aku dimana, tapi sepertinya aku mengenal tempat ini. Ada satu keluarga yaitu ayah, ibu, dan anak-anak kecil mungkin sekitar 3-4 orang. 

Mereka sedang bermain-main, kemudian ibunya sedang memasak di dapur. Ayah dan anak-anaknya pun kemudian duduk di meja makan, ibunya pun mulai mempersiapkan makanan yang sudah di masak dalam suatu panci. Namun beberapa saat sebelum ibunya memindah makanan di panci tadi pada mangkok/piring untuk dibawa ke meja makan, pancinya tumpah. 

Alhasil keluarga tersebut tidak jadi makan karena makanan di panci tadi tumpah. Dan yang menumpahkan panci tadi itu adalah beberapa orang memakai seragam, yang aku mulai mengenalnya bahwa seragam itu adalah seragam SMP tempat aku wali murid ini.

Aku pun mulai tersadar dalam mimpi tersebut yang pada aslinya aku sedang ikut pinsan di depan UKS tadi. Aku masih pinsan, namun dalam pinsanku mulai tersadar bahwa aku sedang dalam dunia lain. Dalam pandanganku yang aku rasakan hanya bisa melihat mereka, namun mereka tidak melihat ke arahku apa lagi mengajak bicara padaku. 

Aku melihat keluarga tadi sedang marah dengan yang sudah menumpahkan makanannya tadi di panci. Keluarga itu kelaparan gara-gara tidak jadi makan. Alhasil mereka mulai mengganggu para siswa yang kondisinya lemah untuk pingsan, dan merasuki jiwa mereka yang tidak sadarkan diri.

Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk protes karena makanan mereka sudah ditumpahkan dan membuat keluarga ini tidak jadi makan. Namun apalah daya, tidak bisa menyalahkan para siswa juga karena mereka ini kan makhluk yang tak terlihat. Jadi kalaupun para siswa tidak sengaja melakukan hal-hal semacamnya ya wajar.

Gak lama kemudian aku pun mulai sadar dalam pingsanku tadi. Aku tidur di lantai UKS. Dan aku melihat sekelilingku anak-anak yang kerasukan tadi kondisinya masih memprihatinkan. Para guru mulai bertanya padaku "Apakah mbak baik-baik saja?" aku pun menjawab "iya gpp, hanya masih pusing".

Sambil duduk di lantai UKS, aku melihat ke arah luar halaman. Aku melihat anak yang tadi sempat melambaikan tangannya kepadaku sebelum aku pingsan di depan UKS, rupanya anak itu melambaikan tangganya lagi kepadaku namun tidak menyuruhku untuk ke arahnya lagi seperti yang tadi sebelum pingsan. 

Anak itu hanya berlari ke suatu arah yang aku lihat itu adalah tempat dimana aku melihat dalam pingsanku barusan. Dan aku juga baru menyadari bahwa anak itu bukan siswa sekolah ini, melainkan salah satu penghuni sekolah ini yang juga salah satu anak dari makhluk tersebut seperti yang aku ceritakan di atas.

Aku bertanya pada salah satu guru di sampingku yang sudah memberikan minyak kayu putih padaku. Aku bertanya pada guru itu dengan menunjuk ke arah anak yang berlari tadi bahwa itu tempat atau ruangan apa? Guru itu menjawab bahwa itu adalah kantin sekolah. Sebelah kantin itu ada musholah, namun antara kantin dan musholah ada suatu lorong yang membatasi di antara keduanya. 

Di lorong itu juga ada sumur yang airnya juga dipakai untuk toilet siswa sebelah musholah tadi. Pada akhirnya aku menyimpulkan, bahwa di lorong itulah dapur dari mahkluk halus tadi.

Rasanya aku ingin bercerita pada guru ini, namun aku tidak bisa bercerita apa-apa karena nanti kesannya konyol untuk mereka yang tidak mengerti dan juga meyakininya. Aku hanya bisa melihat mereka para siswa yang kesurupan dengan tahu alasan dibalik semua itu, namun tidak bisa berbuat apa-apa seperti menyembuhkan kesurupannya.

Aku pun tidak bisa berbicara dengan makhlus halus tadi dalam artian untuk menyudahi mengganggu para siswa ini, karena itu akan membahayakan diriku sendiri. Pasalnya manusia biasa tidak akan bisa komunikasi dengan makhluk gaib. 

Jikalau bisa komunikasi, berarti levelnya sudah beda yaitu ada something di dalamya. Lagian bisa melihat hal-hal seperti itu sebenarnya bukanlah kelebihan, tapi bagiku adalah kekurangan. Karena manusia normal pada umumnya tidak akan bisa melihat hal-hal seperti itu.

Sekitar jam 9 pagi, sudah 1 jam lebih para siswa yang kesurupan tadi tak kunjung sadar. Pihak sekolah pun menelpon seseorang yang mereka bilang itu adalah orang pintar atau dukun yang bisa menyembuhkan mereka. 

Sekalian pihak sekolah juga memanggil beberapa orang tua yang sedang penerimaan rapor siswa di kelas, untuk ke ruang UKS yang sedang kesurupan tadi.

Gak lama kemudian orang pintar itu datang. Orang pintar itu melakukan sesuatu hal dan mengelilingi gedung sekolah. Setengah jam kemudian para siswa yang kesurupan tadi berhenti berteriak atau berhenti kejang-kejang dan berhenti menangis. 15 menit kemudian mereka membuka mata atau sadar dengan jiwa mereka sendiri. 

Mereka para siswa usay kesurupan tadi diberikan minuman atau air mineral. Posisi mereka seperti bangun tidur dan tidak tahu apa-apa. Mereka terbangun dengan kondisi pucat dan sangat lemas seperti energi yang sudah terkuras habis. Barulah setelah itu mereka segera dibawa pulang oleh orang tua masing-masing dari sekolah tersebut.

Aku pun yang kondisinya sudah baikan dari pingsan tadi masih di UKS melihat berjalannya suatu sikon yang kacau ini. Yoga pun menghampiriku karena dia baru tahu bahwa tantenya pingsan juga ada di UKS. 

Dia mengira bahwa aku sedari tadi ada di ruangan wali murid, namun ternyata aku ada di UKS. Yoga juga membawa rapor kenaikan kelasnya dan memberikannya kepadaku. Karena saat pembagian rapor ke wali murid, aku tidak ada di tempat. 

Sehingga yoga yang ada di luar kelas pun dipanggil oleh gurunya untuk menanyakan kedatangan wakil keluarganya. Karena tidak ada di ruangan, sehingga guru tersebut memberikannya rapornya langsung pada yoga. Barulah yoga mencariku dan tahu dari temannya bahwa aku sedang di UKS.

Saat aku mau pulang dan keluar dari ruangan UKS, rupanya orang pintar yang tadi ada di depan UKS. Dia melihatku terus dengan wajah sinis dan serius. Saat aku melewatinya, dia menegurku "Hi mbak, kamu tahu semua ini kan tentang anak-anak yang kesurupan tadi?". Aku pun pura-pura gak tahu dan menjawab "Maksud bapak apa?".  

Ia melanjutkan "Mbak gak usah bohong, mbak sudah tahu kan semuanya". Ternyata orang ini tahu bahwa aku juga bisa melihat hal-hal yang tak kasat mata. Setelah itu aku hanya diam. Ia mengatakan hal yang sama seperti yang ada dalam pandanganku tadi. Namun bedanya orang ini bisa komunikasi dengan mereka hal gaib sehingga bisa menyembuhkan siswa/i kesurupan tadi.

Ditambah orang ini menjelaskan bahwa di lorong sebelah kantin dan toilet itu hanya dapurnya mereka penghuni gedung sekolah ini, tapi rumah utama atau kerajaan mereka ada di belakang gedung sekolah ini yaitu berada pada beberapa pohon pisang sebelah lapangan sepak bola. Orang ini pun menjelaskan pada pihak sekolah dan mereka mempercayainya.

Alhasil pohon-pohon pisang itu di belakang sekolah ditebang semua. Kemudian setiap 1 bulan sekali pihak sekolah mengadakan selametan nasi kuning atau nasi tumpeng dengan para siswa, dengan harapan hal semacam ini tidak akan terulang kembali.

Bersambung.....

Salam, @Alfira_2808

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun