Mohon tunggu...
Alfiansyah Syah
Alfiansyah Syah Mohon Tunggu... Warga Negara Indonesia -

Penikmat Senja

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Melepaskan Penyu Lekang di Sungai Manggar

18 Januari 2019   19:04 Diperbarui: 18 Januari 2019   19:10 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Ipung, Sungai Manggar dan Permasalahan Lainnya 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Saya pribadi bangga dengan apa yang dilakukan oleh sahabat saya itu. Untung saja, nelayan di kampung kami melaporkannya ke Ipung. Jika tidak, nasib penyu itu hanya ada dua. Pertama, dijual. 

Kedua, bisa jadi santapan lauk bagi nelayan yang mendapatkannya---biasa nelayan tersebut memberikan penyu itu ke nelayan lain secara Cuma-Cuma agar dagingnya  disate atau di masak rica-rica, lalu, memakannya bersama. Ketiga, ketika penjelasan pertama dan kedua tidak ada yang berminat, maka, nelayan akan melepaskan kembali  penyu ke habitatnya.

Mengenai daging penyu yang dimakan, terus terang saya sendiri pernah melihat bagaimana daging  penyu itu disate. Penyu itu pertama-tama di bawa ke darat dan diikat. Agak lama dibiarkan di darat. Penyu  kadang meronta-ronta, mulutnya kadang mengeluarkan liur kental yang berbusa,  tapi tetap saja dibiarkan terikat dan tidak dipedulikan. 

Sebelum penyu itu dicincang, terlebih dahulu penyu dipotong lehernya seperti memenggal sapi. Harus ada orang yang memegang leher penyu pakai penjerat agar lehernya itu tidak melengkung ke belakang demi melindungi lehernya. Ketika penyu mengerang dan penjagal masih mengiris leher, saya melihat matanya. Dalam. Sangat dalam. Penyu itu menangis. Ketika penyu sudah tidak bernyawa lagi, air mata itu masih membekas di bawah bola matanya .

Lagi-lagi saya mengatakan, untung saja ada Ipung dan jika ada yang mendapatkan penyu, nelayan akan melapor langsung melapor ke Ipung.  Ipung sekeluarga, bagi saya keluarga bukan hanya tetangga bersebelahan rumah. Tapi sudah menjadi keluarga. Ikatan emosional saya dengan keluarga Ipung begitu erat.  Dari dia, saya banyak belajar hal bagaimana mencintai laut dan sungai.

Yang mengajak saya pertama kali ke laut menggunakan perahu adalah dia ; yang mengajarkan pertama kali berenang adalah dia  ; yang mengajarkan pertama kali memancing adalah dia ;  yang mengajak saya menjala ; merenggek ;  malam hari menombak kepiting ; dan mencari tude (kerang besar) adalah dia. Saya sering memanggilnya Rob Bredl, seorang presenter hewan buas yang ke  alam liar selalu tidak beralas kaki dan wawasannya tentang hewan dan tumbuhan apa saja yang bisa dimakan sangat luas. 

Sama seperti nelayan di Sungai Manggar yang menyandarkan perahunya di pesisir sungai, kehidupan kami tidak bisa dipisahkan oleh Sungai Manggar.

Sampai saat ini, Ipung masih sering mengajak saya memancing, menaiki sampan dayung, dan merenggek. Disetiap kami melakukan hal itu, kami selalu mengeluhkan "dulu sungai kita tidak seperti ini". Tidak banyak sampah. Tidak banyak sangkutan nilon pancingan karena renggek di pinggir sungai. Airnya jernih. Dan jika memancing, pasti ada saja ikan yang didapat.

"Sekarang sangat berubah. Dapat ikan yang besarnya tiga jari pakai udang kupas (udang yang kulitnya dikupas) saja susahnya minta ampun. Dan belum lagi lempar sekali , sudah banyak sangkutan. Ini belum lagi pasir jadi lumpur," keluh Ipung.

Kami pun kadang bercerita bahwa dulu, sekitar tahun 2005 ke bawah, masih bisa menikmati Sungai Manggar yang bersih.  Kaki masih merasakan pasir pantai ; hasil memancing yang memuaskan ;  melihat ikan karang yang mencari makan di pinggir ; dan hal-hal lainnya, yang membuat kami ingin kembali ke masa-masa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun