Namun, aku tetap waspada karena kemunculannya yang tidak disangka -- sangka dan fakta bahwa ia mengetahui bahwa kami akan ke lantai dasar padahal kami belum berkata apapun.
"Yah, ada urusan penting yang membuat kami harus segera berkumpul di lantai dasar dengan teman -- teman kami yang lain." Jawabku seadanya. "Ngomong -- ngomong, untuk apa anda membawa troli makanan kesini di tengah malam seperti ini ?"
Keheningan menyelimuti kami. Tiba -- tiba aku merasakan sensasi aneh seperti aura pembunuh menyelimuti pelayan perempuan tersebut.
"MENGHINDAR !!"
DOR ! DOR ! DOR ! DOR !
Pelayan perempuan tersebut menembakkan pistolnya membabi buta, yang membuat kami berpencar menghindari tembakan. Beruntungnya lorong di penginapan ini cukup lebar sehingga pergerakan kami jadi sedikit leluasa.
"Tidak kusangka kalian bisa menyadari hal ini. Terutama kau, Blauer Edelstein." Ucapnya sembari menunjuk ke tempatku bersembunyi. "Tidak kusangka penyamaranku akan terbongkar begitu mudah olehmu."
Aku tidak menjawabnya. Aku merasa ia mengenalku. Tetapi, aku tidak ada petunjuk siapa dia sehingga mengenal diriku. Aku melirik ke tempat AB yang sejajar dengan tempatku bersembunyi. Aku memberi isyarat untuk menyerangnya secara bersamaan dimulai dengan seranganku.
"Aku tidak tahu siapa dirimu. Jadi, aku tidak peduli apa tujuanmu. Tetapi, kusarankan agar kau menyerah saja." Ancamku.
"HAHAHAHA !! Orang -- orang seperti kalian mengatakan hal itu sambil bersembunyi ? OMONG KOSONG !!"
TRRRT ! TRRRT ! TRRRT !