Geeesss Maret bisakah kita ke Slamet?? Yup itulah pesan singkat dari Quenna pada 9 Februari 2025, untuk membuka awal rencana pendakian kami ke puncak tertinggi Jawa Tengah, Gunung Slamet.
Setelah sukses melakukan pendakian di Gunung Prau 2024 silam, kami pun berencana melakukan pendakian ke puncak Sindoro pada libur lebaran 2025 nanti, ya kami pun siap melakukan pendakian ke Puncak Sindoro. Pendakian Sindoro awalnya akan beranggotakan Saya, Agu, Quenna, Rara dan Angel, serta Wili yang masih dalam rencana untuk merayunya. Kami pun membahas semua kebutuhan pendakian di WA Grup kami, tiba-tiba Quenna mengusulkan untuk mengganti tujuan dari Sindoro ke Puncak Slamet atap Jawa Tengah. Alasannya simple karena dia Quenna sudah jauh-jauh dari NNT sehingga ingin langsung ke puncak tertinggi Jawa Tengah.
Kami pun memutuskan melakukan pendakian ke puncak Slamet yang terkenal dengan istilah 3S (Sindoro, Sumbing dan Slamet). Bagi Quenna ini merupakan gunung terakhir dari list sevent summit Jawa Tengah sedangkan saya dan lainnya masih kurang beberapa gunung. Di tengah-tengah persiapan pendakian saya meminta teman-teman lainnya untuk memastikan mencari 1 lagi pendaki pria untuk menemani saya 'menjaga' mereka karena saya yakin Willi pasti tidak akan mengikuti pendakian ini, secara dia sudah perna mendaki ke gunung Slamet.Â
Rencana awal yang ingin melakukan pendakian ke gunung Sindoro dengan track yang cukup aman, saya pun mengiyakan bisa menemani 4 perempuan (4 Perempuan dan 1 laki-laki), namun beda cerita kalau dengan gunung Slamet, saya butuh 1 pria lagi wkwkwk. Alhasil kami pun tidak mendapatkan teman pria untuk menemani saya selama pendakian, Quenna yang awalnya ingin mengajak adik kosannya pun gagal. Saya pun makin pikiran, bagaimana saya bisa memastikan keamanan dan keselamatan 4 perempuan ini, sejujurnya untuk fisik mereka tidak terlalu saya khawatirkan karena toh mereka sudah biasa melakukan pendakian, hanya saja pikir hemat saya, lebih baik lagi kalau ada 1 pria yang menemani pendakian kami, dengan total pendakai 4 perempuan dan 2 pria.
Selang 2 hari pendakian Quenna pun tiba di Salatiga setelah perjalanan panjang dari NNT menggunakan Kapal ke Surabaya dan travel ke Salatiga, dan info terbaru Rara pun tidak jadi ikut pendakian ke Slamet karena terkendala alasan fisik, dan Angel tidak ada kabar sampai H-2 pendakian. Otomatis pendakian hanya dilakukan bertiga, Agu, Quenna dan saya (2 perempuan dan 1 pria) saya pun bersemangat dengan jumlah demikian saya pun menyanggupi untuk memastikan pendakian ini aman dan selamat aaaaseek wkwkwkkw. Â Sebagai konsekuensi Willi yang tidak jadi mengikuti pendakian, kami meminta Willi untuk mengantar kami ke basecamp dan menunggu disana selama kami melakukan pendakian hihihi. Terimakasih Willi
Rencana pendakian kami lakukan pada 3-4 April 2025, alhasil tanggal 2 malam kami pun berangkat dari Salatiga via toll Bawen-Pemalang dengan estimasi waktu kurang lebih 4 jam perjalanan dan kami start pukul 00.10 (tanggal 3 pagi). Ternyata kami sempat salah jalur keluar exit toll, sehingga kami cukup lama didalam jalan toll, kami pun tiba di BC Pak Deden pukul 05.45. Sesampainya di BC, saya pun bergegas mencari informasi untuk simaski apalagi kami belum membuat surat sehat, setelah bertanya kesana sini, info pun saya dapat bahwa Pos Simaksi dibuka pukul 09.00, dengan demikian kami masih memiliki 3 jam sebelum pendakian, saya pun mengajak teman-teman untuk sarapan dan kemudian meminta teman-teman untuk beristirahat sejenak setelah itu.
Pendakian Slamet via Bambangan waktu itu cukup ramai, dengar kabar dari para pendaki lain di BC bahwa kurang lebih ada 3 OT (Open Trip) yang sudah standby mendirikan tendanya di pos 3-6, sehingga kami harus bergegas untuk mencari lokasi mendirikan tenda. Saya pun bergegas mempersiapkan carrier sembari membangunkan Agu, dan Quenna. Awalnya ingin naik jam 09.00, jadinya 07.30 kami sudah menuju Pos Simaksi, dan ternyata prediksi saya salah, antrian panjang pembuatan surat sehat dan ditambah lagi antrian Ojek dari OT sudah menumpuk di depan pos masing-masing. Saya meminta Agu dan Quenna untuk mengantri pada barisan pembuatan surat sehat, sedangkan saya mengurus simaksi sembari mengisi data diri dan logistik yang kami bawa. Kami mulai mengantri dari jam 08.15 sampai pada gilirannya sampai jam 09.45, satu jam lebiiiiiih.
Setelah kami memiliki surat sehat, kami pun lanjut menuju pos Simaksi untuk melampirkan semua keperluan administrasi, dan kemudian mengantri ojek menuju Pos bayangan 1. Antrian ojek pukul 10.21 dan tidak kalah ramainya dengan antrian surat sehat, kurang lebih 1 jam kami mengantri dan ditengah antrian hujan pun turun, sungguh nikmat hihih. Sejujurnya selama mengantri ojek saya dan mungkin "kami" cukup jengkel dengan pihak OT yang seolah-olah mereka yang punya akses ke gunung Slamet, kenapa demikian karena mereka yang mengatur jalur ojek, siapa yang diangkut terlebih dulu. Sesampainya di giliran saya, tiba-tiba ada pihak OT yang menyalip dan tanpa basa basih, dia langsung menyuruh anggotanya untuk naik terlebih dahulu, ya karena perempuan saya maklumi. Tak lama ojek berikutnya datang, ditengah hujan saya bergegas mengangkat carrier untuk menuju ojek, dan kembali lagi saya di dahului pihak OT yang mempriotarskan anggotanya yang katanya tinggal 3 lagi bang. Saya pun jengkel langsung menanyakan, dari OT mana bang? Dan dengan lantangnya dia menyampaikan TIGA DEWA bang.
Setelah 3 anggota OT tersebut mendapatkan ojek barulah giliran saya untuk naik ojek, padahal 3 orang itu ada di barisan belakang, hanya karena terlambat datang jadi didahului. PROFESSIONAL DONG OT. oh iy, saya naik ojek pukul 11.15 hampir satu jam mengantri hihihi.
Baru menaiki ojek kurang lebih 2 menit, tiba-tiba motor macet, ternyata rantainya lepas, saya pun diminta turun dan diperbaiki, sudah sempurna dan kami lanjut. Tak lama terjadi kembali, kali ini saya inisiatif untuk membantu memperbaiki posisi rantai, dan tiba-tiba drivernya mengatakan gak usah mas, ini shockbreaker-nya tugel huuuuuuff patah ternyataaaaa. Alhasil saya pun menunggu ojek yang turun untuk di oper ke ojek yang lain, dalam kondisi hujan saya menahan dongkol yang saya rasa. Tak lama saya pun mendapatkan ojek pengganti dan menuju pos bayangan 1.
Dengan kondisi hujan ojek Slamet menerobos layaknya motocross saya pun berpegangan kuat pada drivernya, tak lama saya sampai di kali (batas ojek), harusnya di pos bayangan, namun karena medan yang sudah hancur kahirnya saya turun disana dan berjalan kurang lebih 5 menit menuju pos bayangan 1. Sesampainya di pos bayangan 1 Agu dan Quenna sudah menunggu, tanpa berlama-lama kami pun melanjutkan pendakian menuju pos 1 yang kurang lebih tinggal 45 menit lagi. Oh iy, estimasi perjalanan dari pos simaksi ke pos 1 ialah 2-3 jam, dan ojek sangat membantu sudah memangkas setengah perjalanannya.
Pukul 12.40 kami pun tiba di pos 1 Pondok Gembirung, dengan kondisi hujan saya mengajak teman-teman berteduh di warung-warung dan kemudian saya memesan teh hangat untuk kami bertiga dan kami mengeluarkan bekal makan siang yang saya beli di BC pagi tadi. Setelah makan siang, kami pun melanjutkan perjalanan ke pos 2 tepat pukul 13.10.
Perjalanan ke pos 2 masih ditemani hujan, namun tidak sederas dari pos 1 tadi. Banyaknya pendaki mengakibatkan track pendakian rusak parah, berlumpur, licin dan basah, kami tetap melangkah dengan hati-hati. Selama perjalanan kami selalu bersama pendaki lainnya, saking ramainya pendakian hari itu dan tentunya obrolan soal OT yang sudah memenuhi semua area camp di pos 3-6 membuat kami cukup khawatir tidak mendapatkan lokasi camping.
Kurang lebih satu jam setengah kami sampai di pos 2 pukul 14.36 Pondok Walang dan sudah ada tenda yang berdiri disana, saya pun kanget, dalam pikiran saya berarti pos 3 pun sudah penuh sampai-sampai ada yang mendirikan tenda di pos 2 yang estimasi ke puncak Slamet kurang lebih 8-7 jam. Disini kami beristirahat sembari menikmati semangka saya melihat wajah Quenna dan Agu masih full semangat walaupun dengan kondisi hujan yang masih menenmani.
14.45 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3 yang menjadi opsi pertama kami mendirikan tenda. Selama perjalanan ke pos 3 kembali saya terpikirkan apakah camping di pos 7 saja? Karena kekhawatiran saya, nanyinya waktu summit kami terlalu jauh dari pos 3 ke puncak, hal ini pun saya ajak diskusi dengan pendaki lainnya yang juga ingin camping di pos 7. Menuju pos 3 hujan sudah mulai meredah, sinar matahari pun mulai menembus sela-sela pohon yang membuat tubuh menjadi hangat. Tak terasa kami pun sampai di pos 3 pondok Cemara pukul 16.09 yang sudah dipenuhi dengan tenda Tendaki. Yup betul apa yang kami dengar dari BC tadi, lokasi ini full di isi oleh OT, yang tidak tau OT dari mana saja.
Saya mengajak teman-teman untuk beristirahat di warung sejenak sembari memikirkan opsi apa yang kita ambil, mengingat sudah jam 16.10 kemungkinan sampai di pos 7 ialah pukul 19.00 atau 20.00. Sembari beristirahat hujan pun kembali turun saya pun bergegas berdiri dan mencari lokasi-lokasi yang mungkin bisa dijadikan area camping, Agu dan Quenna juga membantu mencari di tengah rintik hujan asekk wkwkw dan saya bergantian menjaga carrier kami. Tak lama Quenna memanggil saya menunjukan lokasi yang baru, setelah kami cek ternyata sudah ditandai oleh orang lain, huuuff
Kurang lebih 30 menit kami mencari masih belum mendapatkan lokasi yang tepat, opsi terakhir ialah babat alas ataupun buka lahan, padahal kami hanya membawa pisau dapur kecil hihihi. Sembari mencari Agu mengajak saya untuk melihat lokasi yang sudah dibuka oleh orang lain dan tidak jadi dipakai, saya pun bergegas sembari menggendong carrier yang berisikan 2 tenda kami, sesampainya di lokasi tersebut, ternyata cukup strategis walaupun sedikit miring. Setelah konfirmasi ke pendaki di sekitar area tersebut bahwasannya area tersebut tidak dipakai, saya langsung mendirikan tenda Agu dan Quenna terlebih dahulu, agar mereka bisa berganti pakaian, mengingat kami semua basah kuyup. Setelah tenda saya jadi, saya pun bergegas masuk dan berganti pakaian hangat dan kemudian mempersiapkan makan malam untuk kami bertiga namun saya terlebih dahulu membuat coklat panas dan roti panggang untuk mengganjel perut kamiiiii, menu malam itu rencananya ialah sop bakso.
Menu makan malam pun siap, sop bakso, sosis panggang dan roti serta coklat panas. Awalnya saya ingin memasak nasi namun karena prosesnya cukup lama, jadinya kami full karbohidrat dari kentang dan roti. Setelah makan malam 19.00 kami pun membahas summit attack besok pagi, karena camping di pos 3, rencana tracking pukul 01.00 karena estimasi sampai Pos 9 Plawangan 5 jam perjalanan atau sampai pukul 06.00 pagi, kami pun sepakat dan langsung beristirahat dengan gerimis dan suasana yang cukup dingin.
Jam 00.15 saya terbangaun dengan kondisi tubuh yang cukup fit, yup tidur semalam sangat nyenyak. Berhubung tenda kami bersebelahan cukup saya memanggil dari tenda saya saha, Agu dan Quenna langsung baangun dan merespon. Sembari menunggu mereka bersiap-siap, saya membuat sarapan pagi, coklat panas dan roti panggang. Setelah sarapan pagi kami pun langsung bergegas keluar dari tenda dan melakukan summit pukul 00.45 dengan track yang sudah cukup ramai dipadati pendaki yang ingin summit.
Pukul 02.53 kami sampai di Pos 4 Samarantu, saya cukup kaget karena di pos 4 ada beberapa pendaki yang mendirikan tenda untuk camp, kurang lebih 5 tenda. Ya di Pos 4 sendiri dilarang mendirikan tenda, karena posisi camp areanya yang tidak memungkinkan dan banyak pohon kering/tua. Dengan kondisi track yang masih berlumpur sisah hujan semalam kami tetap melangkah walaupun dingin masih menerpa.
Kurang lebih 1 jam lebih kamu pun sampai di pos 5 dan betul saja pos 5 sudah sangat padat dengan tenda-tenda para OT, padaaaaat. Tidak terlalu lama kami beristirahat disana, kami pun melanjutkan perjalanan, 04.08 kami sampai di Pos 6 Samhyang Ketebonan di ini hanya ada beberapa tenda saja karena memang lokasi camp yang kurang luas. Sedikit beristirahat sembari makan snack yang kami bawa, langkah kaki terus menapaki puncak Slamet.
Dari pos 6 ke pos 7 dan 8 cukup relatif dekat, kami sampai di pos 7 Samhyang Kendit pukul 04.54 kurang lebih 40 menit dari pos 6. Di pos 7 terdapat warung terakhir yang ada di track gunung Slamet, namun sayang warungnya tutup. Kami lanjut menuju pos 8, dan disini matahari sudah mulai menunjukan kilaunya di ufuk timur dengan warna oren yang megah. Tepat pukul 05.15 kami sampai di pos 8 Samhyang Jampang, sekitar 15 menit kami beristirahat disini karena spot foto yang cukup bagus.
Tak sadar langit sudah sangat cerah, lautan awal yang menjadi primadona sudah berada persis di belakang kami, dan vegetasi sudah mulai terbuka, yup itu tandanya pos terakhir pos 9 sudah tinggal sedikit lagi.
Pukul 05.55 kami pun sampai di Pos 9 Pelawangan, pos batas pendakian, dari sini sudah tidak di anjurkan untuk melanjutkan ke puncak Slamet, namun ya semuanya  tetap menuju puncak Slamet. Di pos 9 kami cukup lama hampir 30 menit kami beristirahat sembari mengabadikan momen foto bersama lautan awal yang perlahan meninggalkan puncak Slamet. Dari pos Plawangan menuju top Slamet membutuhkan waktu 2 sampai 2 jam setengah, dengan vegetasi pasir dan bebatuan, yang sangat mengurus tenaga kami.
Sudah cukup dalam mengabadikan momen saya pun mengajak Agu dan Quenna untuk melanjutkan perjalanan, tak jarang kami mendengar teriakan Batuuuuu awas batuuu, yup dengan track seperti ini sering sekali ada batu yang jatuh dari atas, kami pun semakin berhati hati. Tak adanya vegetasi pepohonan membuat track terakhirnya sangat berat, beberapa kali kami beristirahat bahkan saya menyempatkan waktu untuk tidur 1-2 menit hhihi.
Setelah berjalan sekitar 1 jam setengah puncak tebih Slamet pun sudah terlihat, saya semakin semangat untuk melangkah meninggalkan Agu dan Quenna yang masih istrahat di belakang hihihi maaf. Tepat pukul 07.46 saya pun sampai di puncak Slamet yang sudah dipenuhi oleh pendaki lainnya, niat hati ingin foto dengan plang puncak pun saya tunda. Sembari beristirahat dan menikmati indahnya puncak gunung Slamet saya pun bercengkrama dengan pendaki lain. Kurang lebih 15 menit kemudian pukul 08.03 Quenna dan Agu pun sampai di Puncak Slamet, ya kami bertiga sukses, Selamat di Puncak Slamet 3.428 Mdpl.
Setelah puas-puas berkeliling di puncak Slamet, saya yang awlanya tidak niat untuk foto dengan lang puncak karena saking ramainya di paksa oleh Quenna dan Agu untuk ikut antri foto, dan hasilnya kami berhasil foto hihihihi terimakasih banyak loh Agu dan Quennaaaa. Kurang lebih 1 jam kami di puncak, pukul 09.20 kami punca beranjak turun sembari kabut yang datang menemani. Kami sampai basecamp pukul 20.34 dengan kondisi hujan, Wili dengan setia menunggu kami walaupun sempat khawatir karena janji kami pukul 17.00 sudah sampai bawah, ya karena hujan dan banyak hal, akhirnya kami turun larut malam, terima kasih Wilii. Saya pun menghubungi Maria dan Mama saya yang sudah dari sore menelpon dan mengkhawatirkan saya hihihi
Sekali lagi, Terimakasih Agu, Quenna, dan Willi Slamet pasti Selamat dan kita sudah Selamat.
Puncak Slamet, 3-4 April 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI