Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengajarkan Perbedaan pada Anak

9 Agustus 2021   12:42 Diperbarui: 10 Agustus 2021   06:01 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa anak dari beragam suku, budaya, dan agama yang ada di Indonesia yang tergabung dalam Ekspedisi Bhinneka saling berpelukan. Foto: Yayasan Helping Hands via Kompas.com

"Kakak sholatnya di masjid, kalau dedek berdoa di Gereja.."

Begitulah seloroh Ellora, putri kecil kami yang baru berusia tiga tahun setiap melewati masjid. Sehari-harinya kalau orang tuanya bekerja, ia dititipkan pada tetangga untuk diasuh. Mbah, demikian Ellora memanggil pengasuhnya itu. Ia memiliki 2 orang cucu. Masing-masing berumur 5 dan 7 tahun. Cucu-cucunya itulah yang biasa ia panggil "kakak".

Mbah dan keluarganya memang merupakan penganut Muslim yang taat. Sementara kami adalah keluarga Kristen. Seminggu tiga kali kakak-kakak mengikuti pengajian setiap sore di masjid dekat rumah. Selain itu, mereka pun juga kerap belajar membaca Al-Qur'an saat dirumah. Karenanya, Ellora cukup familiar dengan doa-doa umat muslim.

Ellora, balita tiga tahun itu tentu saja belum paham dengan perbedaan keyakinan itu. Ia tidak paham mengapa ia tidak belajar seperti kakak-kakaknya. Kami sebagai orang tua juga tidak memaksanya untuk paham. Bocah seusia itu memang belum cukup bisa memahami apa itu perbedaan. 

Tetapi kami sebagai orang tua tetap berusaha memberikan pengertian pada putri kecil kami. Bukan kami khawatir Ellora akan terbawa arus pengajaran muslim. Namun kami mencoba dari sedini mungkin ia harus mengerti pentingnya saling menghormati antar umat beragama. Ia harus menerima adanya perbedaan. 

Sebab ia hidup di Indonesia. Sebuah bangsa majemuk yang berasaskan Bhinneka Tunggal Ika. Bangsa yang mengakui tidak hanya satu agama saja. Negara ini menjamin kemerdekaan warganya untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan yang dianut.

Kunjungan salah satu TK Khatolik ke TK Islam di Madiun, Jawa Timur 2019. Gambar: akurat.co
Kunjungan salah satu TK Khatolik ke TK Islam di Madiun, Jawa Timur 2019. Gambar: akurat.co

Bagaimana kami mengajarkan anak kami tentang perbedaan?

Sederhana saja. Ellora belum mengerti pengajaran yang sifatnya abstrak. Kami hanya mengatakan kepadanya bahwa Masjid adalah tempat kakak-kakak untuk berdoa. Sementara ia berdoa di gereja. Dalam hal ini sebenarnya kami ingin mengungkapkan bahwa Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Muslim. 

Sementara gereja merupakan tempat ibadah bagi umat Kristiani. Suatu saat seiring dengan tumbuh kembangnya, kami yakin bahwa ia akan mengerti. Ellora, walaupun baru memasuki tiga tahun memang sudah aktif mengikuti sekolah minggu di gereja. Jadi ia sudah paham apa itu berdoa dan apa itu beribadah kepada Tuhan. 

Kakak-kakak pun juga sudah diajarkan untuk saling menghormati. Mereka tahu bahwa Ellora memiliki keyakinan yang berbeda. Jadi kalau untuk bermain, mereka akan selalu bersama. Tetapi jika sudah terkait belajar Agama, ketiganya berjalan masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun