Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

2021, Antara Gaji Tak Naik dan Harga yang Tetap Cenderung Naik

31 Januari 2021   15:54 Diperbarui: 2 Februari 2021   18:25 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tanggal penggajian. Gambar: avrist.com

Pada akhirnya, 2020 kemarin ada pengurangan karyawan sekitar 30 persen. Itu adalah pengurangan terbesar yang pernah terjadi. Pengurangan karyawan itu merupakan sebuah dilema. Tapi apa daya, hal itu tetap harus dilakukan untuk mengurangi beban keuangan.

Kebijakan tidak menaikkan upah pegawai tidak hanya terjadi di tempat saya bekerja. Beberapa industri manufaktur banyak pula yang menerapkan kondisi serupa. Khususnya bagi pengusaha yang terimbas oleh kondisi pandemi. 

Tak usah jauh-jauh. Perusahaan yang ada di sekitar kami di dalam kawasan industri mengalami hal yang sama. Tak hanya kenaikan upah, perusahaan yang biasanya memberikan bonus tahunan kepada karyawan pun terpaksa meniadakan bonus tersebut pada tahun 2020. 

Intinya, beberapa advantage yang biasa diterima karyawan sebagai penghargaan ditiadakan. Itulah kondisinya. Mau bagaimana lagi. Bukan waktunya untuk mengeluh. Semua mengalami kesulitan. 

Sebagai pekerja kita mesti tetap bersyukur bahwa di tengah kondisi pandemi seperti sekarang kita masih bisa berkarya. Mari mengingat banyaknya rekan-rekan yang terpaksa harus kehilangan mata pencaharian mereka.

Walaupun gaji tak naik, harga kebutuhan tetap cenderung naik

Ya, kenaikan harga memang selalu terjadi seiring dengan pergantian tahun. Itu wajar saja. Gaji naik, inflasi naik, harga-harga juga ikut terkerek naik. Sebut saja harga rumah pasti naik. Harga kendaraan naik. Peralatan rumah tangga naik. Dan yang paling bersentuhan dengan masyarakat adalah harga kebutuhan pokok yang ikut naik. 

Indikasi gampangnya, coba tengok harga makanan di warteg. Harga per itemnya sudah mengalami kenaikan. Antara 500 hingga 1000 perak.  Katakanlah harga seekor lele goreng kemarin 9.000 rupiah, sekarang jadi 10.000. 

Saya kemarin sempat beli gorengan di depan kantor. Yang tadinya 1.000 rupiah per gorengan. Kemarin yang jual bilang kalau sekarang harganya 2.500 per 2 gorengan. Atau 1.250 perak per gorengan. Alasannya klise, "karena harga-harga pada naik mas". 

Kenaikan harga nampaknya memang tidak signifikan. Angka 500 sampai 1.000 rupiah itu kecil. Tapi yang namanya kebutuhan pokok itu akan terus dibeli. Dampaknya yang kecil-kecil ini akan terasa. Seperti halnya pulsa. 

Bukankah di jaman modern seperti sekarang ini pulsa juga sudah menjadi kebutuhan pokok? Masih adakah yang hidup tanpa pulsa? Dari orang muda sampai yang tua. Dari pekerja dengan mobilitas tinggi hingga kaum rebahan semua membutuhkan yang namanya pulsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun