Mohon tunggu...
Alfian Syarif Hidayatullah
Alfian Syarif Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dibuat hanya untuk memenuhi tugas kuliah jurnalistik

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, NIM: 20107030077, hobi: menjelajah ilmu pengetahuan Tuhan yang tak terbatas.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Memuncaki Gunung Lawu, Terkenal Mistis Namun Fantastis

25 Juni 2021   20:35 Diperbarui: 27 Juni 2021   11:54 1932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Gunung Lawu dari udara (dokpri)

Gunung adalah salah satu sarana menenagkan diri. Jauh dari hiruk pikuk kota yang ramai dan panas, gunung menawarkan kesunyian yang damai dan dingin, serta dibalut keindahan yang akan membuat para pendaki selalu rindu untuk mendaki lagi dan lagi. 

Ibarat candu yang menuntut untuk dipenuhi, gunung selalu memanggil hati nurani untuk kembali berpetualang menyambangi hutan dan bebatuan. 

Keinginan ini memuncak ketika berbulan-bulan terjebak di dalam rumah ketika pandemi Covid-19 melanda. Rutinitas sehari-hari ditambah tugas kuliah yang banyak membuat rasa suntuk memuncak. Pasca lebaran 2021 terdengar kabar beberapa gunung mulai dibuka untuk umum. 

Tercetuslah ide dadakan untuk mendaki gunung. Dengan segera saya hubungi teman sekelas saya Fikri untuk melakukan pendakian, tidak disangka gayung pun bersambut! Ajakan saya tepat ketika Fiqri ditawari teman kampugnya yang mencari kawan untuk mendaki. Masuklah saya kedalam tim yang beranggotakan lima orang.

Gunung yang akan kami daki adalah Gunung Lawu. Gunung ini sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia terutama para pendaki. Gunung ini terletak di antara tiga kabupaten dan dua provinsi, tepatnya Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah serta Kabupaten Ngawi dan Kabupaten  Magetan, Jawa Timur. 


Gunung ini memiliki ketinggian 3.265 meter di atas permukaan laut. Gunung ini juga terkenal dengan sejuta kisah legenda, misteri dan ceita horornya yang terkenal di kalangan pendaki, masyarakat, maupun pengunjung asing. 

Dengan semua kekayaan budaya yang melekat pada gunung ini, banyak orang yang berkunjung untuk berziarah, mendaki dan berjualan, hal ini menambah keunikan Gunung Lawu dengan banyaknya pedagang yang berjualan sepajang jalur pendakian hingga area puncak dengan warung yang sangat terkenal yaitu Warung Mbok Yem. 

Warung Mbok Yem merupakan warung tertinggi di Pulau Jawa, terletak di ketinggian 3150 Mdpl dengan menu utama pecel Mbok Yem yang sangat terkenal.

Maka pada tanggal 18 Mei 2021 kami pun berangkat. Saya terlebih dahulu menuju Bantul untuk menemui rombongan, setelah itu kami berangkat menggunakan mobil. Perjalanan dari Bantul ke Basecamp Cemoro Sewu di Magetan, Jawa Timur memakan waktu sekitar 3 setengah jam di perjalanan. 

Pukul 11.00 WIB kami tiba di basecamp, udara dingin dan abut yang bergelantungan menyambut kami. Kami beristirahat sambil menulis surat registrasi yang diberikan pengelola basecamp. Setelah beres pukul 11.10 kami pun bergerak naik.

Gerbang pendakian Cemoro Sewu (dokpri)
Gerbang pendakian Cemoro Sewu (dokpri)

Jalur pendakian berupa bebatuan yang disusun menyambut langkah berat kami yang lama tidak berolahraga. Ketika memasuki hutan, ribuan pohon cemara yang rindang menghampar di jalur pendakian. 

Kami berhenti di Pos 1 pukul 13.50 untuk beristirahat sejenak. Langkah kami tergolong santai dan tidak terlalu cepat. Di perjalanan ini kami bersamaan dengan sebuah keluarga besar lengkap bersama nenek dan cucunya yang ikut mendaki Lawu. 

Saya begitu salut melihat mereka begitu kompak meski tertaut usia. Seketika saya menjadi insecure mengingat baru 1 jam berjalan kaki sudah terasa sangat berat. 

Medan Bebatuan (dokpri)
Medan Bebatuan (dokpri)

Gerimis datang dan pergi, kabut pun demikian, hanya awan kelabu yang tidak beranjak pergi. Perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 ternyata sangat jauh. 

Pukul 14.16 kami beristirahat dibawah pohon besar, seorang pendaki berjalan turun dan menyapa kami, dia berkata pos 2 sekitar 30 menit dari tempat kami beristirahat. Jika dikalkulasikan maka sekitar 1 jam untuk perjalanan naik bagi kami.

Akhirya kami pun sampai di antara keramaian para pendaki yang sedang beristirahat. Terlihat tanah lapang yang berdiri di atasnya beberapa tenda pendaki. Di belakangnya terdapat tebing batu yang tinggi menjulang. 

Lambat laun kami mengetahui bahwa area ini adalah pos 2, karena tulisan pos 2 terpampang pada salah satu batang pohon. "Istirahat dulu mas" sapa salah seorang pendaki asal Jombang yang akhirnya berkenalan dengan kami. 

Pos 2 merupakan tempat istirahat yang nyaman, karena selain tersedia tanah lapang untuk mendirikan tenda, disini juga terdapat warung yang menyediakan aneka makanan ringan, gorengan, minuman, hingga makanan pokok dengan harga yang relatif murah.

Warung di pos 2 (dokpri)
Warung di pos 2 (dokpri)

Setelah menyicipi gorengan dan kopi panas serta menunaikan ibadah sholat, kami kembali berjalan naik menuju pos 3. Jalur pendakian masih sama, terdiri dari bebatuan alam besar yang disusun. 

Kali ini langit terlihat lebih bersahabat, dengan warna awan kemerahan menandakan hari telah sore dan matahari segera terbenam. 

Pukul 17.18 kami sampai di pos 3 "Pos 3 mas!" ujar bapak-bapak yang bertemu kami sebelumnya di pos 1. Di sini langit senja terlihat jelas namun sayang matahari tertutup punggung gunung dan hanya semburat sinarnya yang bisa kami lihat.

Target kami sebelumnya mendirikan tenda di pos 5 sepertinya mulai mengalami kendala. Hari yang mulai gelap, tenaga yang terkuras habis, jalur yang masih panjang membuat kami ragu dengan target kami sebelumnya. 

Hal ini kemudian semakin diperparah dengan kondisi teman kami yang kelelahan dan kedinginan. Dalam kondisi kritis seperti ini, terbayang reputasi Gunung Lawu dengan segala cerita mistisnya. Tidak mau mengambil resiko, akhirnya dengan berbagai pertimbangan kami mendirikan tenda di pos 4.

Matahari terbenam di pos 3 (dokpri)
Matahari terbenam di pos 3 (dokpri)

Menjelang waktu subuh kami ingin melanjutkan perjalanan, namun keadaan teman saya yang kedinginan semalam belum membaik. 

Kami membagi tim menjadi dua, sebagian naik dan sebagian menjaga tenda. Mereka akan menyusul apabila kondisi sudah membaik. Maka saya dan dua teman saya berjalan menuju puncak dengan membawa sebotol air mineral.

Suhu yang sangat dingin menusuk tubuh tanpa ampun, menurut informasi dari aplikasi cuaca di smartphone, suhu yang kami rasakan saat itu mencapai empat derajat Celsius. 

Nasib sial menimpa saya karena tidak sadar meninggalkan smartphone di tenda, sehingga saya harus meminjam kamera teman utuk mengabadikan beberapa momen dan spot menarik. 

Sampailah kami di pos 5 disini banyak pendaki yang mendirikan tenda mengingat posisinya yang jauh lebih luas, strategis, dan nyaman dibanding pos 4. kami berjalan melalui dari sini dapat terlihat dengan jelas Sabana Cemoro Sewu. 

Sekali lagi hamparan sabana berhasil membuat saya terpukau. Sayang sekali pemandangan ini tidak bisa diabadikan dengan smartphone saya karena tertinggal di tenda. Jalan yang kami lalui mulai melandai tidak seterjal jalur sebelumnya, dengan medan yang sama yaitu bebatuan yang disusun. 

Mata air Sendang Drajat (dokpri)
Mata air Sendang Drajat (dokpri)

Kami sampai di Sendang Drajat pada saat matahari terbit, ini adalah tempat sakral berupa sumur yang terdapat mata air di dalamnya. Setelahnya kami berjalan menuju puncak, jalur berubah mejadi medan tanah berbatu. Akhirnya setelah perjalanan panjang kami sampai di Puncak Hargo Dumilah, titik tertinggi Gunung Lawu. 

Puncak ini ditandai dengan adanya tugu yang berdiri kokoh di ketinggian 3.265 Mdpl. Tugu yang sangat terkenal di kalagan pendaki ini langsung menjadi sasaran utama objek foto yang harus diabadikan. Para pendaki pun silih berganti untuk befoto di depan tugu ikonis tersebut.

Tugu Puncak Hargo Dumilah Lawu (dokpri)
Tugu Puncak Hargo Dumilah Lawu (dokpri)

Setelah puas berfoto di puncak kami melanjutkan perjalanan menuju warung legendaris Mbok Yem. Namun sayang sekali ternyata Mbok Yem sedang turun gunung. 

Wajar, kami mendaki pasca lebaran dimana menurut artikel yang pernah saya baca, Mbok Yem hanya turun gunung setidaknya sekali dalam setahun yaitu pada masa lebaran untuk merayakan hari raya Idul Fitri.

Tidak diduga ternyata teman kami yang tadinya memutuskan menjaga tenda kini menyusul kami lengkap dengan drone yang dibawanya. Drone pun lepas landas untuk mengabadikan puncak gunung dari udara.

Puncak Gunung Lawu tampak dari udara (dokpri)
Puncak Gunung Lawu tampak dari udara (dokpri)

Menjelang tengah hari, kami berberes tenda dan berjalan turun. Hal yang menarik selama di jalur pendakian Gunung Lawu adalah burung Jalak yang selalu menemani kami di semua pos dan jalur pendakian yang kami lalui.

Ketika menuruni pos 3, kami dikejutkan dengan rombongan pendaki yang sedang mengobrol bersama, tak disangka di tengah para pendaki ada sosok yang tidak asing bagi saya. Ternyata dugaan saya benar, beliau adalah Mbok Yem yang sedang kembali dari kediaman beliau menuju warung beliau di puncak Gunung Lawu.

Malapetaka justru menimpa saya ketika turun. Kaki yang tak pernah dipanasi dengan olahraga mulai mengeluh, dan kaki mulai terasa kaku untuk digerakkan. Berulang kali saya minta istirahat, hingga keram pun tak terhindarkan. Perlahan tapi pasti diriku harus bergerak, hingga sampailah kami di basecamp pukul 15.50 WIB.

Perjalanan turun (dokpri)
Perjalanan turun (dokpri)

Pendakian Lawu tergolong berat bagi pemula, namun dapat diatasi dengan persiapan dan olahraga yang cukup minimal seminggu sebelum pendakian. 

Perihal logistik dan cadangan air menurut saya tidak menjadi masalah mengingat banyak warung dan mata air di jalur pendakian. Namun, jangan sampai kita abai dan lalai dengan keselamatan dan kelengkapan logistik serta kesiapan fisik sebelum mendaki. Cukup sekian dan terimakasih sudah membaca. Salam lestari, Gunung Lawu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun