Teori-Teori Perubahan Sosial
Teori Linier
Perubahan sosial membentuk pola yang memanjang dan menuju ke tahap yang paling terkini (modern / maju), biasanya tahapannya dari primitif, tradisional dan modern.
- Unilinear Theory
Perubahan di masyarakat berkembang melalui tahapan tetap dari sederhana ke kompleks dalam satu aspek yang sama.
Contoh:
- Perubahan sistem transportasi dari, kendaraan hewan (delman, kencana) → tenaga manusia (gerobak, becak, sepeda) → tenaga mesin (motor / mobil) → kendaraan besar (pesawat / kapal).
- Perbedaan sistem komunikasi dari, surat menyurat (teks dalam waktu lama) → Telegraf / Faksimili (teks dalam waktu cepat) → Telepon Umum (audio dalam waktu cepat) → Smartphone (teks, audio, visual dalam waktu cepat)
- Universal Linier Theory
Semua masyarakat seluruh dunia (universal) akan mengalami pola perkembangan yang sama, hanya waktunya berbeda.
Contoh:
- Demokratisasi global yang meluas ke berbagai negara.
- Setiap bangsa mengalami industrialisasi, meski waktunya berbeda.
- Multilinear Theory
Tidak semua masyarakat mengikuti jalur yang sama sehingga ada banyak “jalur perubahan” meskipun tujuannya sama.
- Kota-kota di Indonesia ingin menjadi kota modern dengan fokus perkembangan yang berbeda, Jakarta → industri & jasa, Bali → pariwisata, Yogyakarta → budaya & sejarah, dsb.
- Reformasi pendidikan di Finlandia berbeda dari AS, Jepang maupun Jerman meski sama-sama maju.
Teori Siklus
Perubahan sosial adalah sebuah proses yang berulang. Dalam kajian Ibnu Khaldun, cycle theory menggambarkan bagaimana sebuah peradaban manusia bisa muncul.
Tahap awal yang membangun peradaban → Usaha kestabilan (nilai/aturan/hukum) → Masa damai / tenang → Masa kehancuran karena ada konflik (pajak / pemberontakan) ↻ Masyarakat yang tersisa kembali membangun peradaban.
Namun ringkasnya, contoh sederhana dari teori siklus adalah,
- Siklus tren budaya (retro atau vintage, seperti musik atau fashion 90-an kembali populer).
- Perkembangan pengobatan modern yang masih menggunakan obat alami / alternatif / herbal.
Teori Evolusi Sosial / Hukum Tiga Stada
Perubahan sosial terjadi karena perkembangan cara berpikir manusia yang semakin rasional dari Auguste Comte. Tiga tahapan utama,
- Teologis, berpikir religius / mistis, penjelasan berdasarkan ketuhanan.
- Metafisik, berpikir abstrak / filsafati, penjelasan logika dasar.
- Positif (ilmiah), berpikir rasional dan ilmiah, penjelasan sesuai sains.
Contoh sederhana,
- Penjelasan mengenai fenomena hujan, jika masyarakatnya,
- Teologis → hujan karena berkah dewa Indra / Zeus.
- Metafisik → hujan karena hukum alam, awan berwarna gelap pasti hujan.
- Positif → hujan karena proses evaporasi.
- Penjelasan mengenai bencana alam, jika masyarakatnya,
- Teologis → terjadi karena kutukan makhluk mistis / murkanya dewa langit.
- Metafisik → hukum karma / takdir, masyarakat berbuat jahat maka ada konsekuensi.
- Positif → bencana alam ada penjelasan geografis / geologis nya (vulkanik, tektonik, dll.)
Teori Gerakan Sosial
Perubahan sosial dipicu oleh aksi kolektif masyarakat yang menentang ketidakadilan. Perubahan sosial biasanya membentuk reformasi (perubahan sebagian sistem, biasanya lewat tekanan damai atau kebijakan) ataupun revolusi (perubahan total, mengganti sistem lama secara radikal), dengan syarat nya,
- Ada ketidakpuasan terhadap sesuatu,
- Ada alternatif / ideologi baru yang sesuai,
- Ada organisasi / pemimpin yang mendorong perubahan,
- Ada momentum untuk melakukan perubahan.
David Aberle (1966) membagi gerakan sosial berdasarkan, target perubahan (individu atau masyarakat) dan cakupan perubahan (sebagian atau total)
Teori Konflik
Perubahan sosial muncul dari pertentangan kepentingan antara kelas, kelompok, atau ideologi, acuan utamanya dari Karl Marx.
Contoh:
- industrialisasi yang membedakan antara kelas pemilik modal dan kelas buruh, akibatnya, perubahan sosial dianggap dapat menghasilkan kesenjangan.
- Ketimpangan gender melahirkan gerakan feminis global, sehingga muncul konflik peran gender antara laki-laki dan perempuan.
Teori Fungsionalisme
Perubahan sosial dapat terjadi akibat perubahan dalam sistem sosial, sehingga perubahan sosial bisa menciptakan keseimbangan sosial baru di masyarakat.
Contoh:
- Modernisasi membuat kurikulum pendidikan harus menyesuaikan dengan fungsi sekolah sesuai perkembangan teknologi, yang sebelumnya tatap muka, kurikulum harus bisa membuat online learning.
- Modernisasi membuat sistem hukum harus menyesuaikan fungsi pengawasannya karena memunculkan cybercrime.
Faktor Pendorong Perubahan Sosial
Umumnya, faktor yang menjadi pendorong perubahan sosial adalah keinginan masyarakat itu sendiri untuk berubah (ketidakpuasan) dibarengi adanya perkembangan teknologi. Faktor pendorong khususnya ada internal dan eksternal dari masyarakat yang mengalami perubahan.
Faktor internal
Muncul karena dinamika di dalam masyarakat itu sendiri, perubahan nilai, struktur, atau cara berpikir warga.
- Revolusi / Pemberontakan
Keinginan untuk mengubah sistem lama yang tidak adil lewat perjuangan sosial, konflik politik, atau perlawanan terhadap kekuasaan yang dianggap gagal memenuhi aspirasi rakyat dalam skala besar.
- Pemberontakan Petani Banten (1888)Rakyat melawan penindasan dan pajak tinggi kolonial.
- Gerakan Reformasi 1998Masyarakat menumbangkan rezim Orde Baru karena krisis kepercayaan dan korupsi.
- Demografi / Kependudukan
Pertumbuhan atau penurunan populasi menyebabkan perubahan struktur sosial dan ekonomi.
- Peningkatan usia produktif memunculkan bonus demografi.
- Ledakan penduduk menyebabkan urbanisasi besar-besaran.
- Inovasi / Penemuan Baru
Penemuan baru dalam teknologi, sistem sosial, atau ide yang memperbaiki cara hidup.
- Penemuan internet yang mengubah cara komunikasi dan bisnis.
- Ojek online (Gojek, Grab, dll.) yang mengubah sistem transportasi.
- Konflik / Pertentangan
Pertentangan antarkelompok dalam masyarakat yang memunculkan tuntutan perubahan.
- Konflik desa–kota akan memunculkan kebijakan desentralisasi.
- Perdebatan kurikulum pendidikan nasional akan menciptakan kurikulum baru yang lebih baik.