Mohon tunggu...
Alfian Wahyu Nugroho
Alfian Wahyu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis Artikel

Selamat membaca beragam tulisan yang menganalisis berbagai fenomena dengan teori-teori sosiologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbagai Kritik Radikal Tokoh Sosiologi Pendidikan dalam Memandang Sistem Universitas

18 Mei 2025   14:57 Diperbarui: 20 Mei 2025   18:39 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh-tokoh sosial pendidikan radikal (Sumber: Kolase pribadi)

Pendidikan sebagai Proyek Emansipasi atau Pembebasan

  • Paulo Freire - Conscientization, Banking Model vs Problem-Posing Education
  • Fungsi analisisnya, membuka kesadaran kritis mahasiswa terhadap ketimpangan sosial & diri mereka sebagai agen perubahan. Contoh studi kasus:
  • Dosen yang menggunakan metode diskusi terbuka, membaca realitas sosial (misalnya isu Otsus Papua, kesenjangan gender kampus).
  • Mahasiswa mengadakan forum kritis untuk menolak UKT tinggi atau isu pelecehan seksual yang ditutupi kampus.
  • Henry Giroux - Critical Pedagogy, Cultural Politics, Neoliberal Critique
  • Fungsi analisisnya, mengkritik pendidikan neoliberal dan menawarkan ruang untuk resistensi budaya dan pemikiran alternatif. Contoh studi kasus:
  • Mahasiswa dan dosen membangun komunitas belajar alternatif di luar kampus (seperti Forum Kampus Merdeka Alternatif).
  • Kurikulum kampus ditantang oleh gerakan feminis, lingkungan, queer, yang sebelumnya dianggap marginal.

Pendidikan sebagai Institusi yang Gagal dan Perlu Dibongkar Total

  • Ivan Illich - Deschooling Society
  • Fungsi analisisnya, menolak pendidikan institusional dan menyerukan pendidikan informal berbasis kebutuhan hidup nyata. Contoh studi kasus:
  • Komunitas belajar seperti Sokola Rimba atau Indonesia Mengajar yang tidak mengandalkan kurikulum formal.
  • Kritik influencer seperti Timothy Ronald yang menyebut sekolah sebagai "scam", bisa dikritik atau dibenarkan sebagian lewat Illich.
  • Platform belajar informal seperti YouTube, Discord, dan komunitas coding sebagai "deschooling movement".

Implikasi dalam Pendidikan Era Modern 

Kritik radikal dari tokoh-tokoh yang sudah saya paparkan sejatinya tidak hanya bersifat teoritis, tetapi sangat relevan untuk memahami problematika nyata yang dihadapi oleh sistem universitas saat ini. Di tengah perkembangan pendidikan tinggi yang semakin dipengaruhi oleh komersialisasi dan neoliberalisme, banyak aspek yang menguatkan ketidakadilan sosial dan mengekang kebebasan berpikir mahasiswa. Salah satu implikasi nyata kritik tersebut adalah bagaimana universitas kini semakin menjadi institusi yang menempatkan standar akademik yang kaku dan birokratis, yang sering kali lebih berfokus pada sertifikasi dan akreditasi daripada pembebasan intelektual. Standar yang ketat ini sering menjadi alat pengawasan dan disiplin, sebagaimana dikritik Foucault, yang menjadikan mahasiswa sebagai "subjek" yang harus tunduk pada mekanisme pengawasan institusional. Hal ini dapat menimbulkan alienasi di kalangan mahasiswa, yang merasa terkungkung oleh sistem yang lebih menekankan kuantitas dan nilai daripada pemahaman kritis. Lebih jauh lagi, komersialisasi pendidikan dan ketatnya akses masuk universitas semakin memperdalam ketimpangan sosial-ekonomi. Universitas yang dulu dipandang sebagai alat mobilitas sosial kini cenderung mereproduksi struktur kelas seperti yang dijelaskan oleh Bowles dan Gintis, serta Bourdieu melalui konsep kapital budaya dan modal pendidikan. Pendidikan tinggi jadi semakin sulit diakses oleh kelompok yang kurang mampu, sehingga reproduksi sosial justru semakin mengakar.

Kritik radikal juga relevan dalam konteks pendidikan daring dan fenomena globalisasi pendidikan. Pendidikan online, meskipun membuka akses lebih luas, juga rentan mengalami masalah standar kualitas dan komersialisasi yang tidak terkendali. Selain itu, tekanan akademik yang tinggi dan persaingan yang ketat bisa memperparah alienasi mahasiswa dan mengurangi kesempatan untuk pembelajaran yang bersifat pembebasan, sebagaimana Freire harapkan. Menyikapi kritik ini, reformasi sistem universitas harus berorientasi pada pembebasan kritis dan penghapusan ketidaksetaraan akses. Pendekatan pendidikan harus lebih humanistik dan memberdayakan, dengan memberi ruang bagi mahasiswa untuk mengembangkan kesadaran kritis dan berperan aktif dalam pembelajaran, bukan hanya sebagai objek pasif. Selain itu, perlu ada evaluasi ulang terhadap standar akademik yang ada agar tidak menjadi instrumen pengawasan yang menindas. Relevansi kritik radikal juga mengingatkan kita untuk tidak membiarkan universitas menjadi bagian dari mesin kapitalisme global yang hanya mengejar efisiensi dan keuntungan, tanpa memperhatikan tujuan sosial dan kultural pendidikan. Transformasi universitas harus mengedepankan keadilan sosial, kesetaraan, dan kemerdekaan berpikir sebagai nilai utama. Dengan demikian, kritik radikal terhadap sistem universitas tetap penting untuk terus dikaji dan menjadi landasan dalam memperbaiki sistem pendidikan tinggi yang lebih adil, demokratis, dan bermakna bagi masyarakat luas.

Sebagai penutup, tidak perlu munafik, saya sendiri pun setuju bahwa, mayoritas universitas dalam praktiknya, sering kali justru menormalisasi ketimpangan, menyuburkan logika kapitalisme, dan mereduksi pembelajaran menjadi proses administratif yang kaku. Alih-alih membebaskan, pendidikan tinggi bisa menjadi mekanisme disipliner yang menindas dan menjauhkan mahasiswa dari kesadaran kritis. Inilah paradoks besar dari institusi yang seharusnya menjadi pusat pencarian makna, kebenaran, dan keadilan. Di tengah gempuran komersialisasi dan tekanan globalisasi, universitas membutuhkan evaluasi diri yang lebih jujur, berani, dan radikal. Maka dari itu, saya menulis ini untuk mengajak pembaca agar tidak hanya menerima institusi pendidikan apa adanya, melainkan menggugatnya, dengan teori, pengalaman, dan kesadaran kolektif sebagai bagian dari upaya membentuk masa depan pendidikan yang lebih adil, humanis, dan membebaskan.

Sumber utama yang saya gunakan:

Hidayat, Rakhmat. 2021. Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Presada

Purwowidodo, Jani Agus. 2023. Pendidikan dalam Perspektif Teori-Teori Ilmu Sosial. Yogyakarta: Garudhawaca

Syukurman. 2016. Sosiologi Pendidikan: Memahami Pendidikan dari Aspek Multikulturalisme. Jakarta: Prenada Media Group

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun