Saat ini image yang tertera pada Jefri Nichol adalah sebaliknya. Meski telah terlibat dalam beberapa kasus, nyatanya Jefri masih bisa bersinar di dunia hiburan, salah satunya melalui film "Sri Asih" meski ia telah memiliki berbagai skandal negatif sebelumnya. Serupa dengan Jefri, Adhisty Zara juga memiliki sederet citra negatif karena perilakunya yang dinilai terlalu dewasa. Kini branding image Zara lebih dikenal sebagai "gadis nakal". Saat ini Zara tengah menunggu penayangan film terbarunya "Virgo and The Sparlings" di bioskop. Baik Jefri maupun Zara, hanyalah segelintir dari sekian artis yang memiliki citra buruk di masyarakat namun masih tetap diterima oleh banyak media.
Sejak kemudahan penggunaan internet dan media sosial, kini industri film hanya perlu menyaring talent melalui media sosial dan karya sebelumnya. Oleh karena itu, penonton juga pasti merasa tak asing dengan pemeran dalam tiap film keluaran lokal. Meski banyak artis baru dari media sosial di industri film, nyatanya yang lebih lama bertahan hanyalah artis lama atau jadul (jaman dulu) seperti Raffi Ahmad, Prilly Latuconsina, Reza Rahadian, dan lain sebagainya. Hal ini jelas karena industri film hanya peduli pada eksistensi artis dibanding bakat. Mengapa perlu mempertahankan artis dengan citra buruk jika bisa memulai kembali dengan artis baru? Ini jadi bukti kalau Indonesia sedang mengalami krisis artis.