Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Hitam Putih Mata Lelaki Beranjak Dewasa

11 Juni 2021   02:23 Diperbarui: 11 Juni 2021   02:29 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tak tahu dia terbang atau melompat. Setelah melihatnya berdiri di sisi pohon pisang, aku semakin menambah kecepatan motor. Tapi, secara tak terduga, di sisi kiriku terbang kuntilanak bergaun putih lusuh.

Rambut kuntilanak itu lebih panjang dari pada tubuhnya atau tinggi pohon kelapa. Dia tertawa keras sekali. Sedangkan aku, tak berani melihat ke arah kanan dan kiri atau spion. Fokus kupandang jalan yang gelap.

Beruntung jalan itu tidak berpolisi tidur sehingga walau kendaraanku melaju kencang tapi tidak ada gangguan. Aku pun sampai pada jalan perumahan.

Kampung kakek memang tidak jauh dari perumahan. Dan rumah orang tuaku berada di perumahan. Sekat antara perumahan dan perkampungannya adalah kebun pisang dan tangkil itu.

Setelah sampai di tempat yang terang karena lampu-lampu dan cat-cat rumah warga yang terang, barulah aku memberanikan diri melihat ke spion. Bahkan menengok ke arah belakang. Betapa jantungku berdebar sehingga kakiku lemas. Ternyata, kakek tadi sudah tidak ada. Dan aku meyakini. Dia tidak mungkin terjatuh atau melompat. Aku meyakini, dialah makhluk gaib yang pertama menggangguku.

Sungguh, ini adalah pengalaman pertamaku. Tapi, aku merasa bersyukur karena tidak bernasib seperti tukang ojeng yang tergeletak pingsan. Namun, bagaimana mungkin aku bisa melihat makhluk gaib? Sedangkan sejak kecil, aku tidak pernah menyaksikan kegaiban kecuali dalam film. Namun, belum sempat pertanyaan itu mendapat jawab, aku tersadar kalau mesti segera sampai rumah untuk mengambil baju salin.

Setelah di rumah dan memasukkan beberapa pakaian ke dalam tas, aku langsung menelpon ibu. Aku ingin dijemput karena tak mungkin kembali sendirian melalui jalur itu.

"Kan, paman sudah memperingati supaya diantar saja. Tapi kamu ngeyel mau pulang sendirian. Jadinya ngerjain orang kan," ujar ibuku dari ponsel pintar.

Beberapa menit kemudian, mobil paman menjemputku. Ternyata, di dalam mobil ada paman dan ibu.  Aku memahami, paman pun tidak berani melalui jalur tersebut sendirian.

Sepanjang perjalanan aku masih memikirkan bagaimana mungkin mampu melihat itu semua. Apakah karena kekuatan gaib makhluk-makhluk di kebun itu begitu tinggi hingga mampu mengganggu semua orang tanpa terkecuali? Entahlah, ada yang mesti segera kulaksanakan. Yaitu, memandikan jasad kakek. Tapi, kejadian yang cukup mengerikan pun menghantuiku ketika sedang memandikan jenazah kakek.

Saat aku memegang tubuh kakek, betapa aku terkejut ketika melihat sosok putih terbang dari pohon cengkeh ke pohon kapuk. Tapi, tak jelas karena jaraknya cukup jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun