Mohon tunggu...
Al Faridzie
Al Faridzie Mohon Tunggu... Penulis - Penulis puisi dan cerpen

Menulis untuk kebenaran dan berkarya untuk kebebasan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ratapan Tanpa Bata

19 Mei 2020   00:11 Diperbarui: 19 Mei 2020   13:30 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini, pisau telah mengasah tepinya.
Menggores lidah penduduk desa, hingga tak mampu lagi bicara kenapa?
Kenapa mereka jatuh miskin?
Kenapa hidup harus selalu mengorbankan batin?
Ditengah hujan yang mengguyur rumah tanpa bata, merasuk dengan mudah basahi seluruh anggota keluarga.
Mereka bertanya dengan kata tanpa suara, karena telinga manusia di gedung megah, sudah tuli sesaat setelah pintu jati dan gerbang besi ditutup tanpa permisi.
Aku berduka.
Aku dijemput ajal, tinggalkan anak yang entah sampai kapan mereka mampu menahan lapar, dan kemudian mengikuti jejakku tak lama setelah aku digotong dan dimakamkan.
Apa kalian semua tau apa yang ku ucapkan pada tuhan di liang kematian?
Tuhan, selamatkan negeriku dari pengkhianatan.
INDONESIA harus dimerdekakan!

Al Faridzie
13 Maret 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun