Pendahuluan
Setiap manusia pada dasarnya mendambakan kehidupan yang harmonis, damai, dan sejahtera. Dalam ajaran Hindu di Bali, terdapat sebuah falsafah luhur yang menjadi pedoman hidup untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu Tri Hita Karana. Secara etimologis, Tri berarti tiga, Hita berarti kebahagiaan, dan Karana berarti penyebab. Dengan demikian, Tri Hita Karana dimaknai sebagai tiga penyebab terciptanya kebahagiaan hidup. Falsafah ini tidak hanya berperan dalam kehidupan keagamaan masyarakat Bali, tetapi juga relevan untuk menjawab tantangan globalisasi, degradasi lingkungan, serta krisis moral yang dihadapi umat manusia saat ini.
Konsepsi Tri Hita Karana
Tri Hita Karana merupakan konsep kosmologis yang menekankan pentingnya menjaga tiga hubungan utama dalam kehidupan, yaitu:
Parahyangan -- Hubungan harmonis manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).
Hubungan ini menekankan kewajiban spiritual manusia dalam berbakti kepada Tuhan melalui sembahyang, yadnya, serta pengamalan nilai-nilai religius.
Dalam keyakinan Hindu, manusia memiliki atman yang merupakan percikan suci dari Tuhan. Oleh karena itu, manusia berkewajiban menjaga kesucian diri dan membayar "hutang spiritual" kepada Tuhan melalui perbuatan baik.
Pawongan -- Hubungan harmonis antar sesama manusia.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Hubungan antarsesama harus dilandasi dengan rasa saling menghargai, saling mengasihi, dan saling membimbing (asah, asih, asuh).
Nilai ini diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat melalui sikap gotong royong, toleransi, solidaritas, dan rasa persaudaraan yang erat. Dengan menjaga keharmonisan sosial, akan tercipta ketenteraman dan keamanan dalam keluarga, masyarakat, bahkan negara.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!