Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

HIV-AIDS, Tantangan Hidup Sehari-Hari di Pegunungan Tengah Papua

22 Agustus 2022   06:23 Diperbarui: 23 Agustus 2022   03:57 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: KabarPapua.com)

 "Hari ini ada tiga kali misa orang mati. Dua di antaranya meninggal karena HIV-AIDS," kata Pastor John yang pernah menerima  Yap Thiam Hien Award tahun 2009.  

John mengaku tidak paham soal HIV-AIDS, tetapi ia mengaku trenyuh mendengar umat yang ia beri perminyakan suci atau dilakukan misa requiem meninggal karena penyakit itu.

Dokter Anti menyarankan saya mengunjungi pemakaman di ujung bandara Wamena. "Coba saja masuk dan lihat. Rata-rata yang meninggal di situ usia produktif," ujarnya.

***

Lemahnya pengawasan orangtua menjadi salah satu pemicu tingginya angka seks bebas di Pegunungan Tengah. Belum lagi tekanan pergaulan yang menganggap mereka yang belum berhubungan seks sebagai pribadi lemah.

Sonya bercerita tentang budaya tukar gelang. Jika ada acara entah itu pesta gereja, panen raya, kampanye pilkada, para remaja di Pegunungan Tengah berkumpul, nyanyi-nyanyi dan kemudian memadamkan unggun. Siapa saja yang hadir di situ boleh menarik pasangan mana saja. Mereka pergi berhubungan seks.

Lalu, mereka kembali lagi, nyanyi-nyanyi lagi, unggun padam, dan terjadi lagi. Begitu sampai pagi. "Dari cerita remaja yang kami dampingi, satu malam mereka bisa berganti pasangan sampai 10 kali," kata Sonya.

Menurut dokter Anti, alkohol sangat berperan dalam acara-acara seperti itu. "Kalau sudah mabuk, mereka bisa lakukan apa saja. Saya khawatir jangan-jangan terjadi perkosaan di situ," ujarnya.

Tetapi bagi banyak kalangan di Wamena, budaya tukar gelang sudah dipahami secara keliru oleh remaja sekarang. Tukar gelang sebenarnya adalah media untuk saling mengenal di antara para lajang suku Dani di Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, Papua.

Tukar gelang juga adalah upaya penghiburan pada rangkaian upacara kematian atau sejumlah kegiatan adat lain, seperti peresmian rumah baru. Hal itu bertujuan memperkuat kekerabatan dan pelaksanaannya diawasi orangtua, tokoh adat, dan tokoh agama karena mereka yang bertukar gelang tak boleh berasal dari kelompok marga yang sama.

Dari tukar gelang itu, dilanjutkan ke hubungan pacaran atau pernikahan, terserah ke setiap pasangan dan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun