Mohon tunggu...
Ales Tiara Fadilah
Ales Tiara Fadilah Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMP IT Miftahul Ihsan

Tenaga Pendidik SMP IT Miftahul Ihsan Kota Banjar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan Misteri Part 2

9 Desember 2022   18:48 Diperbarui: 9 Desember 2022   18:50 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kak, ngapain berdiri di sini? Cepetan nanti keburu sore," ucap Vivie menghampiri.

"Kamu ga bisa lihat orang seneng dikit apa? Ganggu aja," gerutu Sandi.

"Kok malah marah? Lagian Kak Sandi ngapain berdiri di sini?" tanya Vivie.

"Aku itu lagi ngobrol sama cewek," jawab Sandi sambil beranjak ke dalam rumah.

"Kak, katanya mau nemenin. Kok malah masuk?" tanya Vivie.

"Ga jadi, pergi aja sendiri!" jawab Sandi kesal.

"Ya udah, bilang aja ga mau nemenin," ucap Vivie.

****

Vivie terpaksa pergi sendirian, lima belas menit kemudian Vivie pun tiba di sebuah toko material yang menjual berbagai macam alat dan bahan bangunan.

Setelah membeli dua kaleng cat berwarna putih dan tiga buah kuas, Vivie segera pulang dengan tergesa-gesa karena cuaca yang tiba-tiba berubah mendung. Karena terlalu terburu-buru, Vivie tak sengaja menabrak seorang wanita paruh baya hingga terjatuh.

"Maaf," ucap Vivie membantu wanita paruh baya itu untuk berdiri. "Tante ga apa-apa kan?" tanya Vivie.

"Sebaiknya urus saja dirimu sendiri," jawab wanita paruh baya itu sambil berlalu pergi.

"Orang aneh," gumam Vivie kembali melanjutkan perjalanannya. Sesampainya di rumah, Vivie langsung menghempaskan tubuhnya di sofa.

"Kok sendirian? Kak Sandi mana?" tanya Yola.

"Dia ngerjain aku, katanya mau nemenin tapi ga tahunya malah masuk lagi ke dalam rumah. Aku cuma manggil dia di halaman tapi dia malah marah-marah, katanya aku ganggu. Padahal dia cuma bengong doang di situ, bilangnya sih nungguin cewek," jawab Vivie.

"Kasihan deh, Kak Sandi kan emang gitu suka PHP-in orang. Paling juga dia lagi nunggu kali aja di sekitar sini ada cewek yang bisa dia godain," ucap Yola.

"Moga aja dia digodain sama kuntilanak," harap Vivie.

"Siapa yang kamu bilang kuntilanak?" tanya Sandi yang muncul dari kamar. "Sonia itu cewek cantik, enak aja bilang dia kuntilanak," lanjutnya.

"Oh jadi namanya Sonia? Kali aja tuh cewek jelmaan kuntilanak yang mau godain Kak Sandi, terus kalau udah ke goda dibawa deh ke alamnya," ledek Vivie.

"Hati-hati dong kalau ngomong. Kali aja kamu yang bakal dibawa hantu lukisan di kamar kamu itu," balas Sandi.

"Stop!!! Ngapain sih ngomongin hantu segala? Kalau mereka beneran muncul gimana?" seru Yola ketakutan.

"Hati-hati kamu La, kali aja ntar malam pas kamu tidur tiba-tiba lukisannya hidup terus jalan ke arah kamu," ucap Sandi memasang wajah horor.

"Kak Sandi jangan ngomong yang begituan dong. Kak Vivie ayo kita cat lukisannya," rengek Yola.

"Males ah aku capek, aku mau mandi aja," ucap vivie berjalan menuju kamar.

"Hahahahaha," Sandi hanya tertawa melihat ekspresi Yola yang semakin ketakutan.

****

Vivie terus memperhatikan CD yang ditemukannya tadi siang sambil rebahan di atas kasurnya yang empuk.

"Belum tidur Kak?" tanya Yola.

"Kenapa? Takut aku tinggal ya?" ledek Vivie.

Yola hanya membalikkan tubuhnya ke arah dinding yang tidak terdapat lukisan, tak lama kemudian Yola pun terlelap.

Mengetahui hal itu, Vivie segera menyelimuti tubuh Adiknya itu agar tidak kedinginan dan matanya kembali tertuju pada lukisan itu. Vivie memperhatikan lukisan itu tanpa rasa takut sedikitpun.

Saat itu Vivie baru menyadari bahwa di bawah gambar empat orang yang tergantung itu terdapat sebuah tulisan yang tidak jelas sehingga cukup sulit untuk dibaca.

"Papa, Mama, Riki, Kevin. Ini pasti nama-nama mereka. Tapi siapa mereka? Dan siapa yang melukis semua ini?" batin Vivie.

Pandangannya kembali tertuju pada CD-CD yang tergeletak di atas meja. Diambilnya CD-CD itu dan dia mempertimbangkannya untuk memutarnya malam ini atau tidak.

Jam dinding berdentang sebelas kali menandakan malam yang semakin larut. Vivie akhirnya memutuskan untuk tidur dan menonton CD itu lain waktu.

****

Pagi telah tiba, Vivie dan keluarga pun telah berkumpul di meja makan untuk sarapan sebelum beraktivitas.

"Gimana semalam tidurnya? Nyenyak?" tanya Mamanya.

"Nyenyak banget Ma, malah tumben Yola ga bangun malam-malam," jawab Vivie.

"Baguslah kalau begitu. Itu artinya kalian mulai menyukai rumah ini, dan semoga kalian juga akan menyukai sekolah kalian yang baru," ucap Papanya.

Selesai sarapan Vivie dan Yola segera menaiki mobil dan Papanya pun mengantarkan kedua putrinya itu menuju sekolah barunya. Sedangkan Sandi berangkat ke kampus barunya dengan menaiki moge-nya.

****

Sesampainya di Sekolah, Vivie dan Yola pun masuk ke kelasnya masing-masing dan mulai memperkenalkan diri mereka.

"Selamat pagi semuanya. Namaku Vivie Tan, kalian bisa panggil aku Vivie. Aku pindahan dari Bogor. Sekarang aku tinggal di jalan Mawar Hitam No.13. Terima Kasih," ucap Vivie.

Guru mempersilahkan Vivie untuk duduk sebangku dengan seorang siswi bernama Ales.

Setelah berkenalan dan bersalaman, keduanya pun langsung memperhatikan Guru yang sedang menerangkan pelajaran, sampai akhirnya Ales memulai percakapan.

"Kamu beneran tinggal di rumah No.13 itu?" tanya Ales.

"Iya. Kenapa?" jawab Vivie heran.

"Kamu ga tahu apa-apa ya soal rumah itu?" tanya Ales lagi.

"Soal apa?" tanya Vivie penasaran.

"Pembunuhan," jawab Ales dingin.

"Ales, kamu mau belajar atau tidak?" tegur Guru.

"Maaf Pak," ucap Ales tertunduk. "Nanti istirahat aku ceritain," bisik Ales pada Vivie. Vivie terpaksa harus menahan rasa penasarannya hingga waktu istirahat tiba.

****

"Pembunuhan apa maksud kamu?" tanya Vivie.

"Sebenarnya di rumah kamu itu..." jawab Ales terpotong oleh seorang laki-laki.

"Jangan pengaruhi dia dengan cerita-ceritamu, Les," tegur laki-laki itu yang duduk dua bangku di belakang vivie.

"Siapa cowok itu?" tanya vivie.

"Dia Yansen sepupuku. Orangnya emang gitu, setiap aku cerita soal pembunuhan dia selalu ngelarang. Tapi sebenarnya dia baik kok," jawab Ales. Vivie hanya mengangguk sambil menatap sosok Yansen yang tengah sibuk bermain PSP.

"Jadi sebenarnya di rumah kamu itu dulu pernah terjadi pembunuhan. Satu keluarga meninggal di sana," ucap Ales.

"Kamu tahu dari mana?" tanya Vivie.

"Tentu saja aku tahu, rumahku kan ga jauh dari rumahmu. Emang sih aku ga ngelihat langsung kejadiannya, tapi Ayahku adalah Polisi yang menangani kasus itu. Waktu itu seorang pemulung ga sengaja lewat ke halaman belakang rumah kamu, dan dia nemuin mayat Pak Anton beserta keluarganya tergantung di pohon dekat gudang. Sedangkan anak perempuannya yang paling bungsu hilang entah kemana, mungkin diculik sama pembunuhnya," jawab Ales.

"Memangnya Pak Anton punya berapa orang anak?" tanya Vivie.

"Tiga orang. Yang paling tua Riki, kedua Kevin, dan yang bungsu Angel," jawab Ales. Vivie teringat dengan lukisan dinding di kamarnya, ternyata lukisan itu adalah siluet pembunuhan yang pernah terjadi di rumah itu.

"Apa pembunuhnya udah tertangkap?" tanya Vivie.

"Belum. Angel dan pembunuh itu lenyap bagai ditelan bumi. Mungkin hanya Tuhan yang tahu di mana pembunuh itu berada dan gimana nasib Angel yang sebenarnya," jawab Ales.

"Kapan kejadiannya?" tanya Vivie.

"Sepuluh tahun yang lalu," jawab Ales.

"Yola, Kak Sandi, Mama, dan Papa ga boleh tahu soal ini, kalau mereka tahu bisa heboh. Tapi bukannya ini malah bagus ya? Kalau Papa tahu soal ini otomatis Papa akan pindah lagi. Tapi aku yakin Papa ga mungkin balik ke Bogor, soalnya kan Papa ditugaskan di sini oleh Boss-nya. Apa yang harus aku lakuin?" batin Vivie.

"Kamu penasaran ga soal Angel yang hilang itu?" tanya Ales.

"Entahlah. Memangnya kamu penasaran?" tanya Vivie balik.

"Tentu saja. Pembunuh seperti apa sih yang bisa lolos dari kejaran polisi dengan membawa seorang anak perempuan hingga sepuluh tahun lamanya?" jawab Ales.

"Aku rasa kecil kemungkinannya kalau sekarang Angel masih hidup," ucap Vivie.

"Tapi seandainya pembunuh itu membunuh Angel, ga mungkin mayat Angel hilang gitu aja. Apalagi Polisi udah nyebarin foto Angel sampai ke luar pulau Jawa," kata Ales.

"Mungkin mayat Angel dikubur disuatu tempat," ucap Vivie bertanya-tanya.

BERSAMBUNG. . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun