Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia selama kurang lebih 1 tahun saat ini masih belum usai dan belum ada tanda-tanda akan berakhir. Hal ini memberikan dampak yang besar dalam berbagai macan aspek. Salah satu aspek yang terkena dampak Covid-19 adalah pendidikan. Pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan tatap muka kini harus digantikan dengan pembelajaran daring untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
Pembelajaran yang dilakukan secara daring kurang lebih sama dengan pembelajaran tatap muka. Guru memberikan ilmu kepada siswa sesuai dengan mata pelajaran yang ada. Bedanya, dalam pembelajaran daring lebih banyak memanfaatkan media pembelajaran elektronik. Dengan begitu, guru dapat memberikan interaksi yang berbeda-beda dan lebih intens kepada siswa.Â
Saat ini terdapat banyak media yang dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran daring, misalnya untuk melakukan pertemuan dapat menggunakan Google Meet, Zoom, atau media conference lainnya. Untuk menyajikan materi pembelajaran dapat menggunakan modul elektronik, PowerPoint interaktif, video pembelajaran, dan media lainnya.
Namun dalam pembelajaran daring ini, guru harus bisa memilih strategi yang tepat untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan kondisi kelas. Pemilihan strategi yang salah justru membuat materi tidak tersampaikan dengan baik sehingga siswa menjadi kurang paham dengan materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, masih ada masalah lain yang dialami oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran daring.
Hal ini seperti temuan dari mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, Aldion Najib Pangestu dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Dr. Hayani Wulandari, M.Pd. yang sedang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata tahun 2021 di salah satu sekolah di kota Bandung yaitu SMAN 23 Bandung yang berada di Kecamatan Antapani, Kota Bandung.
Selama berjalannya kegiatan KKN di SMAN 23 Bandung, para mahasiswa menemukan berbagai permasalahan yang dialami mahasiswa selama pembelajaran daring. Permasalahan tersebut diantaranya adalah sulitnya memahami materi yang telah disampaikan oleh guru kepada siswa.Â
Meskipun kebutuhan media pembelajaran sudah terpenuhi, namun siswa tetap saja merasa kurang memahami materi dengan baik karena mereka dituntut untuk belajar mandiri, sedangkan tidak semua siswa dapat memahami pembelajaran secara mandiri. Kurangnya penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan keterbatasan waktu untuk pertemuan daring juga menjadi alasan mengapa siswa kurang memahami materi pembelajaran.
"Sangat tidak nyaman (belajar daring) karena saya pribadi dapat mengerti pelajaran jika ada komukasi dua arah secara langsung dan juga materi terlalu cepat bergantinya jadi belum terlalu mengerti materi sebelumnya namun sudah harus mengejar materi selanjutnya." Ujar Shofi, salah satu siswi SMA yang mengeluhkan pembelajaran daring yang dia lewati.
Masalah lain yang dialami oleh siswa selama pembelajaran daring adalah kurangnya motivasi belajar. Menurut siswi SMA lainnya yaitu Auliya, pembelajaran daring membuat interaksi antara satu sama lain berkurang sehingga menjadi cepat merasa bosan belajar. Akibatnya, siswa menjadi lebih sering menunda-nunda mengerjakan tugas sehingga motivasi untuk belajar menjadi kurang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Hasna, siswi SMA yang sekelas dengan Shofi dan Auliya.
"Saya tidak nyaman (belajar daring) karena dirumah sebenernya bukan tempat yang baik untuk belajar, dirumah juga kadang saya berleha-leha untuk menunda mengerjakan tugas, dan dirumah juga saya jadi kurang bersosialiasi dengan orang banyak termasuk dengan teman kelas saya."
Permasalahan di atas sebenarnya dapat diatasi oleh guru dengan menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik di masa pandemi seperti ini. Misalnya dengan menggunakan Quizizz atau Testmoz untuk pemberian tugas, kuis, atau ulangan harian sederhana. Atau bisa juga menggunakan aplikasi Geogebra untuk memudahkan siswa dalam pembelajaran matematika, seperti membuat grafik fungsi, bangun ruang, dan lain-lain.