Dari Digital Business ke Dunia IELTS

Beberapa tahun lalu, saya aktif menulis di Kompasiana. Topik favorit saya saat itu? Digital business. Saya suka mengulas tentang tren, strategi, dan peluang bisnis di ranah digital---mulai dari e-commerce sampai tips branding online.

Tapi kemudian, saya menghilang. Bukan karena lelah menulis. Saya hanya sedang menjalani fase baru dalam hidup: membangun ulang diri saya, karier saya, dan... arah saya.

Hari ini, saya kembali. Tapi bukan sebagai penulis yang sama.

Dari Strategi Bisnis ke Strategi Belajar

Saya pernah tenggelam di dunia digital business. Tapi hidup menuntun saya ke jalan baru---mengajar, menulis, dan menciptakan. Ini kisah comeback-ku.

Sekitar 5 tahun lalu, saya rutin nulis artikel di Kompasiana tentang bisnis digital. Saat itu, saya sedang mengejar mimpi membangun sesuatu yang besar di ranah online. Tapi hidup berputar. Pandemi datang, arah berubah, dan fokus pun berpindah.

Tanpa disangka, passion saya justru mengerucut ke dunia edukasi. Saya mulai bantu beberapa murid di sekolah tempat saya pernah mengajar untuk belajar bahasa Inggris, khususnya persiapan IELTS. Dari iseng, jadi serius. Dari sekadar bantu, jadi benar-benar mengajar. Bahkan, beberapa di antara mereka berhasil tembus skor 8.5. Rasanya kayak... "Okay, maybe this is it."

Sejak saat itu, saya nggak cuma ngajar. Saya juga mulai bikin produk digital edukatif: mock test IELTS, eBook grammar, dan latihan-latihan soal. Semuanya berangkat dari kebutuhan real siswa yang sering ngerasa frustasi sama grammar, bingung soal strategi IELTS, dan butuh latihan yang nggak ngebosenin.

Brand baru saya sekarang adalah IELTS Mastermind---platform kecil tapi penuh semangat. Fokusnya ngebantu kamu yang pengen tembus IELTS dengan cara yang lebih terarah, efektif, dan nggak ribet. Salah satu produk andalan yang lagi aku siapkan adalah eBook Tenses Made Easy: Panduan Lengkap + Latihan Soal untuk Pemula & Intermediate, buat kamu yang pengen benerin grammar dari akarnya.

Kalau ngomongin grammar, banyak banget orang yang ngerasa itu bagian paling menakutkan dari belajar bahasa Inggris. Padahal, grammar itu kayak fondasi rumah---kalau nggak kokoh, ya susah bangun kalimat yang jelas dan bener. Grammar bukan cuma urusan rumus dan hafalan, tapi soal rasa dan kebiasaan.

Masalahnya, grammar sering kali diajarin dengan pendekatan yang terlalu teknis dan membosankan. Banyak siswa yang hapal rumus, tapi tetap nggak ngerti kapan dan gimana harus dipakai. Mereka bisa bilang, "Oh ini Present Perfect," tapi pas disuruh buat kalimat, malah blank. Padahal, di dunia nyata---terutama pas speaking atau writing---yang paling dibutuhin itu bukan sekadar tahu, tapi bisa pakai.