Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Menulis dan membaca sejarah, penikmat kopi, pecinta budaya juga sastra. Kini menjadi suami siaga untuk nyonya tercinta sebagai pekerjaan tetap.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Formal dan Informal Sama Pentingnya

15 Oktober 2025   10:36 Diperbarui: 15 Oktober 2025   10:36 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash.com by. Annie Spratt

Belajar itu tidak harus di sekolah, tapi hidup tanpa belajar adalah kesalahan besar. 

Pendidikan adalah hal yang universal. Ia tidak terkurung oleh ruang kelas, tidak terbatas oleh kurikulum, bahkan tidak selalu butuh ijazah untuk membuktikan nilainya.

Di zaman yang serba cepat ini, manusia justru diberi karunia paling mahal: akses tanpa batas untuk belajar apa pun, kapan pun, dari siapa pun. Tapi ironisnya, di tengah derasnya arus ilmu pengetahuan yang bisa diunduh dari genggaman tangan, banyak yang justru kehilangan arah belajar. 

Media terbuka lebar, tapi tubuh hingga pikiran memilih rebahan hehehe. Ini remainder untuk diri saya sendiri juga. Kita terjebak di zona yang sama. 

Tidak Harus di Bangku Sekolah

Saya teringat pada kisah tokoh-tokoh besar yang tidak menempuh jalur pendidikan formal, tapi memberi kontribusi luar biasa bagi bangsa. Adam Malik, misalnya---mantan Menteri Luar Negeri yang kelak menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Ia tidak menamatkan sekolah formal secara sempurna, tapi justru mengasah dirinya lewat pergaulan, bacaan, dan pengalaman nyata di lapangan. Ia belajar bahasa asing bukan dari universitas luar negeri, tapi dari kegigihan dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Kisah semacam ini banyak. Bahkan jika kita tarik lebih jauh ke sejarah Islam, banyak ulama besar yang belajar dari halaqah, majelis, dan perjalanan---tanpa struktur pendidikan formal seperti hari ini. Mereka menimba ilmu dari guru ke guru, dari kitab ke kitab, dari perjalanan batin ke pengalaman sosial.

Di sinilah letak kesadaran penting: pendidikan formal dan informal sama-sama punya peran penting dalam membentuk manusia utuh. Formal memberi struktur dan sistem. Informal memberi kebebasan ekspresi diri. Keduanya adalah sayap yang sebaikanya terbang berpasangan.

Fenomena Belajar di Era Digital

Kita sedang hidup di masa di mana guru bisa hadir lewat layar, buku bisa diakses lewat tautan, dan ilmu bisa menyala di genggaman tangan. Tapi apakah semua itu menjadikan kita lebih terdidik? 

Belajar sejatinya bukan sekadar mengumpulkan informasi, tapi mengasah kepekaan dan kebijaksanaan. Orang yang terdidik tahu bagaimana bersikap di tengah kebingungan zaman. 

Maka, pendidikan informal seperti membaca pengalaman hidup, berdiskusi, berkomunitas, menulis, dan berbuat sesuatu untuk sesama. Ini semua bagian dari jalan menempuh jadi manusia terdidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun