Medan, 11 Oktober 2025 - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan Seminar Studi Luar Negeri bertema "Peluang dan Tantangan Belajar di Maroko dan Madinah" pada Sabtu, 11 Oktober 2025 M / 19 Rabi'ul Akhir 1447 H. Kegiatan ini berlangsung di Aula MUI Provinsi Sumatera Utara, Jalan Majelis Ulama No. 3, Sutomo Ujung, Medan, mulai pukul 08.00 hingga 12.15 WIB.
Acara tersebut diikuti oleh ratusan peserta yang berasal dari berbagai lembaga pendidikan Islam di Sumatera Utara, seperti Pesantren Al-Azhar Asy-Syarif, Yayasan Bina Santri, Pesantren Darul Qur'an, Islamic Center Medan, MAN 1, MAN 2, dan Taman Pendidikan Islam (TPI). Masing-masing lembaga mengutus delapan peserta untuk menjadi peserta aktif.
Pembukaan dan Sambutan dari Ketua Umum MUI Sumut
Kegiatan dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an, menyanyikan lagu Indonesia Raya, serta doa bersama. Ketua Panitia, KH. Akhyar Nasution, Lc., MA, dalam laporannya menyampaikan rasa syukur atas antusiasme peserta. Ia menuturkan bahwa seminar ini dimaksudkan untuk membuka wawasan generasi muda Muslim agar siap menghadapi tantangan global melalui jalur pendidikan tinggi di luar negeri.
Ketua Umum MUI Provinsi Sumatera Utara, Dr. H. Maratua Simanjuntak, dalam sambutannya menekankan pentingnya menuntut ilmu hingga ke negeri jauh sebagaimana anjuran Rasulullah SAW. Ia menyampaikan bahwa belajar ke luar negeri, khususnya ke negara-negara Islam seperti Maroko dan Madinah, merupakan kesempatan berharga untuk memperdalam ilmu agama sekaligus memperluas wawasan kebangsaan.
Sesi I: Belajar di Maroko -- Peluang dan Tantangan
Pada sesi pertama, H.E. Drs. H. Hasrul Azwar, MM, Duta Besar Indonesia Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) untuk Kerajaan Maroko dan Republik Islam Mauritania, memaparkan berbagai peluang pendidikan di Maroko. Ia menjelaskan bahwa Maroko bukan hanya dikenal sebagai pusat peradaban Islam klasik, tetapi juga memiliki universitas ternama seperti Al-Qarawiyyin University di Fez, yang merupakan salah satu universitas tertua di dunia.
Dalam penyampaiannya, Dubes Hasrul menegaskan bahwa banyak pelajar Indonesia yang telah berhasil menimba ilmu di Maroko dan kemudian menjadi ulama maupun pemimpin masa depan. Ia juga menilai bahwa negara tersebut membuka peluang luas bagi santri Indonesia yang ingin memperdalam bahasa Arab, hukum Islam, dan studi peradaban.