Pukul 06.50, halaman Madrasah Aliyah Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara dipenuhi langkah-langkah ringan para santriwati. Dengan seragam putih abu-abu yang rapi, mereka datang dengan senyum dan sapaan bersahutan yang menciptakan suasana penuh semangat.
Di tengah keramaian itu, tampak sosok Ustadzah Novira Ramadhani, S.Pd., wali kelas XII Sutayta Al Mahamali, yang menyambut setiap santriwati dengan senyum hangat dan sapaan penuh kasih. Bagi beliau, menyambut kedatangan santriwati bukan sekadar rutinitas, melainkan wujud kasih sayang yang menumbuhkan rasa dihargai dan diterima.
Gestur sederhana tersebut ternyata memiliki arti besar bagi para santriwati. Sapaan hangat dari wali kelas menjadi penyemangat awal sebelum mereka memasuki pelajaran. Banyak santriwati mengaku merasa lebih percaya diri dan siap belajar karena setiap pagi selalu disambut dengan senyum dan doa.
Ustadzah Novira percaya bahwa pendidikan tidak hanya soal materi akademik, melainkan juga soal membangun kedekatan emosional. Ia menanamkan nilai disiplin, rasa hormat, dan semangat belajar melalui teladan sehari-hari. Sikap penuh perhatian ini menjadikannya sosok ibu kedua bagi santriwatinya di sekolah.
Dengan kehangatan dan keteladanan itu, Ustadzah Novira Ramadhani menjadi figur inspiratif di lingkungan AAIBS. Dari sapaan sederhana setiap pagi, ia menunjukkan bahwa perhatian kecil dapat melahirkan semangat besar, mengajarkan arti kepedulian, dan menumbuhkan karakter positif pada generasi muda.
Makna Ruhani di Balik Amanah Wali Kelas
Menjadi wali kelas di Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara bukanlah sekadar tugas administratif atau rutinitas dari pukul 07.00 hingga 17.00. Bagi Ustadzah Novira, peran ini jauh lebih dari sekadar mengawasi kehadiran atau memastikan pekerjaan rumah selesai. Ia memandang tugas ini sebagai amanah ruhani --- tanggung jawab spiritual yang menuntut ketulusan, kesabaran, dan kepedulian mendalam terhadap pertumbuhan setiap santriwati, baik dari sisi akademik maupun karakter.
"Setiap anak memiliki dunia batin yang unik. Tugas saya bukan hanya memastikan mereka belajar, tapi memastikan mereka tumbuh sebagai pribadi beradab, beriman, dan percaya diri," tuturnya sambil menatap mata santriwatinya seolah ingin memahami lebih dari sekadar apa yang terlihat di permukaan. Baginya, setiap senyum, keluh kesah, atau keraguan yang ditunjukkan santriwati adalah sinyal untuk memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan yang tepat.
Ustadzah Novira percaya bahwa pendidikan sejati tidak bisa hanya diukur dari nilai akademik atau ranking kelas. Ia menekankan bahwa pendidikan lahir dari hati yang ikhlas dan niat yang lurus. Dari niat itu muncul kesabaran yang tak terbatas, empati yang tulus, dan kekuatan untuk mendampingi santriwati menghadapi berbagai tantangan hidup. Ia sering mengatakan bahwa seorang wali kelas bukan sekadar guru, tapi juga teman, pembimbing, dan terkadang figur ibu yang menenangkan saat mereka menghadapi kesulitan.