Kemerdekaan Indonesia bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari proses panjang menuju tatanan masyarakat yang adil, setara, dan bermartabat. Kemerdekaan sejati tidak hanya bermakna bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga pembebasan dari segala bentuk penindasan struktural yang menghambat akses rakyat terhadap pendidikan, keadilan, dan kesejahteraan.
Namun demikian, kesenjangan antara cita-cita kemerdekaan dan kondisi faktual masih sangat nyata. Ketimpangan sosial-ekonomi, keterbatasan akses terhadap layanan dasar, serta lemahnya kepercayaan publik terhadap institusi negara menunjukkan bahwa janji-janji kemerdekaan belum sepenuhnya diwujudkan. Dalam konteks ini, bendera Merah Putih kerap menjadi simbol utopia yakni gambaran ideal yang belum sepenuhnya menjelma dalam realitas sosial.
Meski demikian, utopia kemerdekaan tetap relevan sebagai orientasi moral dan arah perjuangan bangsa. Selama nilai-nilai dasar seperti keadilan, kebebasan, dan persatuan masih diyakini dan diperjuangkan, pengibaran Merah Putih akan tetap bermakna bukan sekadar ritual seremonial, melainkan pengingat kolektif bahwa perjuangan belum selesai.
Utopia Itu Masih Mungkin
Fenomena pengibaran simbol selain Merah Putih mencerminkan lebih dari sekadar kekeliruan, namun ia juga menyingkap krisis makna atas simbol nasional. Namun solusinya bukanlah mengganti bendera, melainkan menghidupkan kembali arti dan semangat yang dulu mengiringi pengibarannya. Setiap kali Merah Putih berkibar, semestinya ia membawa pesan tegas: "Negara ini belum selesai, tapi kami tidak menyerah. Kami masih percaya". Itu bukan sekadar perayaan masa lalu, melainkan seruan untuk terus memperjuangkan masa depan.
Selama masih ada yang percaya dan mengibarkannya dengan kesadaran, utopia kemerdekaan itu belum mati. Ia hanya menunggu untuk dihidupkan kembali oleh generasi yang mau merawat harapan. Barangkali sudah saatnya kita menafsirkan ulang makna pengibaran bendera. Bukan sekadar ritual tahunan, bukan hanya formalitas, tapi momentum untuk mengevaluasi sejauh mana kita benar-benar telah merdeka bukan hanya dari penjajahan fisik, tapi dari penjajahan struktural, ekonomi, dan budaya.
Pengibaran bendera merah putih harus menjadi ajakan untuk terus memperjuangkan nilai-nilai yang dikandungnya. Jika tidak, kita hanya akan terus mengibarkan sebuah simbol utopis, bukan kenyataan. Dan generasi mendatang, seperti dalam ironi bendera bajak laut, mungkin akan lebih memilih simbol yang mewakili realitas mereka, ketimbang simbol negara yang tak lagi menggugah makna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI