Mohon tunggu...
Ainul Hidayah
Ainul Hidayah Mohon Tunggu... Lainnya - . .

Berbaris rapi lah bersama diksi, niscaya engkau abadi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kuretas Jarak Lewat Sajak

28 Oktober 2020   12:43 Diperbarui: 28 Oktober 2020   12:58 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
community.snapwire.co


Sebuah kebanggan tersendiri bagi saya bisa berbalas puisi dengan Mas Abdul Aziz_Le Putra Marsyah . Saya ucapkan terimakasih pada Mas Aziz .Semoga pesan dalam sajak ini sampai , khususnya para pembaca dan juga teruntuk pasangan yang sedang dilanda rindu . Dan semoga setelah pandemi berlalu ,rindu itu segera berujung temu

____________________________

____________________________

Kudapati  Mendung Di wajahmu Sore Itu
Karya: Ainul Hidayah

Ini sajak teruntukmu Tuan penambat rinduku pada suatu waktu.
Aku bercerita pada suatu aksara.
Lalu.
Kudapati sendu pada wajah mu sore itu.
Kulihat pula gerimis menggenang di pelupuk matamu.
Ingin rasanya aku menenggelamkan pelukan pada tangisan dalam rengkuhmu.
Lalu kutanya pada mata hazelmu , rindu katanya.
Ketahuilah Tuan.
Aku tak sedang menanggalkan rindu pada bulan merah jambu.
Aku pula tak sedang membenamkan kamu pada tanaman perdu.
Aku jua rindu , teramat merindu.
Disini aku sedang berusaha merayu jarak.
Untuk mengizinkan kita saling bertemu.
Dan rindu kiranya membiarkan bola mata kita saling beradu.
Meski saat ini jarak kita jauh.
Dan masih beberapa purnama aku berlabuh.
Tolong jaga hatimu agar utuh tak tersentuh.
Ketahuilah , kiranya hanya pada dirimulah akhir pelabuhan
 

Trenggalek ,27 Oktober 2020

Menanti Hati

Buah karya: _Abdul Azis Le Putra Marsyah_

Gendang kemerdekaan
Sedang terpasang
Ingin jadi sepasang
Yang tetap menggaung

Mari sini, Manisku
Dekatlah di sisiku
Biar kita meramu
Perbedaan di dua kota

Aku setia
Menanti hati
Setiap hari tanpa lari
Ke lain hati
________________
Deru angin riuh membuat teduh. Laut biru menari dengan hati, di sebuah waktu yang terlalu lama. Dan, tiang penantian berharap

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun