Mohon tunggu...
Muhamad Agung Noerwahid
Muhamad Agung Noerwahid Mohon Tunggu... CEO at Solit.id -

#akuagung "Biarkan Jemari menari mengikuti irama hati" ------------------ Solit.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dewi

7 Desember 2017   17:08 Diperbarui: 7 Desember 2017   17:10 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : i.pinimg.com

"Hey!! Kamu yang ada disana!!! Aku sedang berbicara denganmu! Mengapa kamu tidak berani untuk menatap saya?! Kamu takut? Atau KAMU memang merasa bersalah?"-- Ujar seorang wanita berambut panjang dan kusut di sebuah ruangan yang sangat gelap 

Tak ada yang tahu siapakah wanita ini, melihat wajahnya pun belum pernah ada yang melihatnya lagi setelah kejadian itu. Tahun 1998 adalah tahun dimana kejadian itu mulai terkuak oleh sesuatu yang sangat sederhana. Ya, lahirnya bayi berjenis kelamin wanita yang mungil itu menjadi pemicu kejadian hilangnya harga dari sebuah nyawa. Tidak hanya satu dan dua orang, namun berpuluh-puluh orang berubah menjadi Malaikat Pencabut Nyawa palsu. Mereka bukanlah Malaikat yang diciptakan oleh Tuhan, namun mesin pembunuh yang tidak memiliki hati nurani. Salah!! Sepertinya mereka itu manusia yang hanya tidak memiliki hati namun masih memiliki nurani, namun nurani yang negatif.

"Tidak mungkin berpuluh-puluh orang itu kita masukkan ke dalam Hotel Rodeo kan?"ujar mereka yang menyebut dirinya Pihak Berwenang. Ya kita tahu bahwa mereka kebingungan, sehingga kasus ini pun perlahan mereka lupakan, bahkan pemimpinnya pun membakar semua laporan dan data mengenai kejadian ini.

Sudah saja lupakan para Pihak Berwenang itu, karena disini aku mencoba untuk mencari tahu siapakah wanita ini. Menggali informasi dari para warga pun seolah percuma dan sia-sia saja. Mereka semua sudah menghapus kejadian dan siapakah wanita ini dari hardisk yang berada di dalam kepala mereka. 

"Ah Sial!!! Aku harus mencari tahu dengan cara apa lagi? Apa perlu aku mendatangi wanita ini? Tapi jujur saja aku tidak tahu dimana dia berada.."-- Ujarku dalam hati 

Warga yang kini tinggal dengan damai seolah mereka tidak memiliki dosa. Entah apa yang sebenarnya apa yang merasuki mereka. Selama bertahun-tahun mungkin aku sudah ratusan kali mendatangi desa ini, namun tetap saja tak ada informasi. Informasi yang aku miliki hanya tahun dan tragedi itu yang masih sangat mentah sekali, itupun aku dapatkan dari seorang Pihak Berwenang yang kini sudah pensiun dan tinggal di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota dan bisa dibilang sangat terpencil sekali. Mungkin ini hanya membuang-buang waktu saja. Tapi setiap malam suara wanita ini selalu memanggil namaku dan selalu meminta tolong dengan nada layaknya seseorang yang sedang menangis dengan penuh penghayatan.

"Tolong aku Dani.... Tolong...."-- Suara yang selalu aku dengar setiap malam 

Setiap kali aku menceritakan kejadian ini pada teman-temanku, mereka selalu mengatakan bahwa aku sepertinya sudah gila. Bahkan tidak sedikit yang mengucilkan aku karena hal ini. Karena memang aku sudah terbiasa sendiri semenjak aku kecil, aku tidak menghiraukan masalah ini. Aku tidak mengenal siapa orang tuaku, bagaimana rupa dan wujudnya. Aku dibesarkan oleh seorang wanita yang aku pun tidak pernah tahu bagaimana rupanya. Yang aku tahu hanya tangannya yang keriput, setiap pagi dan ketika aku pulang beraktifitas selalu ada makanan rumahan yang sudah siap di depan pintu kamarku. Pernah beberapa kali aku mencoba untuk tidak tidur dan mengintip siapakah dia, tapi dia tidak pernah muncul seolah sudah tahu aku sedang mencoba mencari tahu.

Suatu ketika, saat aku akan berangkat menuju tempat dimana aku bekerja. Ada secarik kertas yang tersimpan di depan pintu kamarku. Walau tulisannya tidak jelas dan seperti tulisan anak kecil yang sedang belajar menulis, tapi aku dapat membacanya.

"Apa kamu sudah pernah mencoba berkomunikasi dengannya ketika dia memanggil dan meminta tolong padamu? Jika belum pernah, maka cobalah!!"-- Isi dalam secarik kertas itu 

Tanpa berpikir panjang, aku langsung berlari menyusuri jalan berharap aku bertemu dengan siapa yang menulis itu. Tapi, hingga jarak yang sangat jauh aku tidak menemukan apapun. Karena kejadian hari ini, aku mengurungkan niat untuk pergi bekerja dan yang aku lakukan hanyalah berdiam diri memikirkan bagaimana cara untuk berkomunikasi dengan wanita yang selalu memanggil dan meminta tolong itu.

"Ok, malam ini jika suara wanita itu terdengar olehku.. Aku akan mencoba berkomunikasi dengannya.."-- Ujarku dalam hati 

Ya benar saja, seperti malam-malam sebelumnya suara itu terdengar kembali. Aku mencoba berkomunikasi dengannya. Dan ternyata dia menjawabku.

"Tolong aku Dani... Tolong..." 

"Kamu siapa? Bagaimana aku bisa menolongmu jika aku tidak tahu kamu berada dimana?" 

"Tolong aku... Aku tidak tahu siapa aku... Jangan tanyakan itu... Tolong aku..."

 "Kamu ada dimana? Aku ingin menolongmu..." 

"Aku berada di dalam ruangan yang sangat gelap, aku tidak berani keluar. Banyak sekali hewan buas diluar sana.... Tolong aku..."

Hanya itu komunikasi terakhir yang bisa terjalin antara aku dan dia, karena setelah itu hingga saat ini dia tidak pernah memanggilku lagi. Tapi itu tidak membuatku berhenti disini saja, aku tetap akan mencari dia. Karena satu-satunya informasi yang sebelumnya aku dapatkan yaitu dari seorang pensiunan Pihak Berwajib yang aku ceritakan di atas, maka aku pergi menuju rumah pensiunan Pihak Berwajib ini untuk bertanya kembali, dengan harapan dia bisa mengingat kembali kejadian 1998 itu.

Ketika aku akan sampai di rumah orang itu, ada hal yang janggal, membuat mata dan hatiku seolah terganggu dengan hal ini. Setumpuk pepohonan yang berkumpul ditengah-tengah sawah itu tidak lazim adanya. Karena hal ini, aku memutuskan untuk pergi menuju tengah-tengah sawah itu, dan menunda kunjunganku. Perjalanan selama kurang lebih 6 jam yang kutempuh pun terhambat oleh pagar yang lebih tinggi dariku. Untung saja, pagar itu terbuat dari kayu yang bisa aku potong dengan pisau hutan yang aku bawa untuk jaga-jaga dari tas ranselku.

"Lepaskan aku!!! Aku ingin bebas!!! Tolong aku!!! Tolong!!!!"-- Terdengar suara wanita dari kejauhan 

Suara itu sangat aku kenal, itu suara wanita yang selalu hadir di setiap malamku. Bergegas saja aku berlari menuju sumber cahaya itu. Akhirnya aku melihat sebuah pohon besar yang sudah dibentuk seperti penjara, namun aku sempat terhenti karena pohon ini berada tidak jauh dari sebuah rumah yang sepertinya aku pernah melihatnya. Entah kapan aku pernah melihat rumah ini, tapi aku yakin bahwa rumah ini sangat tidak asing bagiku karena aku merasa pernah tinggal di dalamnya.

"Apa itu kamu Dani? Aku bisa merasakan kehadiranmu... Tolong aku... Walau aku tahu kamu itu tidak nyata dan hanya sebuah imajinasi yang menemaniku dalam ruang gelap ini..."-- Terdengar kembali suara wanita dari dalam penjara pohon itu. 

Suara itu mengembalikanku pada tujuan utama, yaitu menolong wanita ini. Berlari dengan sangat kencang bagaikan seorang manusia yang memiliki ketakutan terhadap binatang buas dan memposisikan dirinya sedang dikejar oleh binatang itu. Tanpa disangka, memang didalam penjara pohon ada seorang wanita yang sudah sangat tidak terurus. Rambut panjang acak-acakan beserta pakaiannya yang sudah sangat kotor dan penuh sobekan-sobekan.

"Hei, apa itu kamu? Wanita yang selalu hadir dalam bentuk suara di malam hari?"-- Tanyaku pada wanita itu

"Dani? Apa itu kamu? Tidak mungkin... Tidak mungkin... Kamu hanya imajinasiku saja...."-- Jawab Wanita itu dengan nada terbata-bata

"Ia, aku Dani... Orang yang selalu kamu panggil... Aku bukan imajinasimu... Aku nyata... Dan kenapa kamu bisa tahu namaku? Dan bagaimana caramu berkomunikasi denganku?"-- Ujarku sembari berusaha membuka gembok besi yang mengunci gerbang Penjara Pohon

"PERGI!!!! Aku tidak percaya kalau kamu Dani... DANI ITU TIDAK ADAAAAAAA!!!! PERGIIIII!!!"-- Wanita itu berkata dengan nada keras

"Sudah kita bicarakan itu nanti, sekarang ayo cepat keluar... Cepat.... Sebelum orang yang mengurungmu disini datang...."-- Ujarku sambil memberikan tanganku padanya agar dapat dia raih 

Akhirnya wanita ini pun meraih tanganku dan aku pun menariknya keluar. Terasa sekali tangannya yang dingin karena cuaca yang terbuka dan bercampur dengan penuh rasa ketakutan. Entah apa yang ada dalam pikiran orang yang mengurung wanita ini, dan entah apa penyebabnya sehingga wanita ini harus dikurung dalam tempat gelap dan kecil ini.

Karena waktu sudah mulai gelap, dan bukan waktu yang efektif untuk mencari tahu siapa penghuni rumah itu beserta siapakah yang mengurung wanita ini. Aku menggendong wanita yang mulai terlihat lemas ini pergi jauh dari tempat dimana kita berada sekarang menuju tempat dimana aku tinggal. 

Di tengah perjalanan, tak terasa wanita ini pun tertidur di pundakku. Lemas dan mulai terasa berat, namun aku harus terus berjalan menyusuri jalan yang gelap ini, berharap ada kendaraan yang lewat agar aku bisa pulang tanpa harus berjalan berpuluh-puluh kilometer jauhnya. Dan pada akhirnya ada sebuah mobil besar yang mengangkut sayuran untuk dibawa ke pasar, yang memberikanku tumpangan hingga ke kota.

Sesampainya di tempatku tinggal, aku tidak tega melihat wanita ini masih menggunakan pakaian yang sangat tidak karuan bentuknya lagi. Walau memang tidak seharusnya aku lakukan, namun ketika dia tertidur, aku mencopot pakaiannya dan membasahi seluruh badannya agar badannya yang sudah ditutupi debu dan kotoran bertahun-tahun lamanya itu kembali bersih. Setelah aku rasa cukup, untung saja aku memiliki beberapa baju wanita yang ditinggalkan oleh temanku yang dulu pernah menumpang tinggal di tempatku karena hujan yang tak kunjung reda setelah mengerjakan tugas kantor di tempatku.

Ternyata wanita ini sangat cantik sekali, dan untung saja tidak ada luka-luka pada tubuhnya. Berarti, tidak ada kekerasan dan penyiksaan yang diterima oleh wanita ini selama dalam kurungan itu. Aku memang belum tertidur, namun hari sudah pagi. Perlahan mata wanita ini mulai terbuka, menandakan bahwa dia sudah mulai bangun dari tidurnya yang lelap.

"Ini dimana? Dan kamu siapa?"-- Tanya wanita itu dengan nada lemah karena baru saja bangun

"Tidak usah takut, kamu aman... Kamu ada di tempat tinggalku.. Kamu ingat siapa kamu?"-- Jawabku sambil aku membantu dia untuk duduk

"Aku tidak ingat, namun aku hanya 1 nama saja.... Dani... Hanya nama itu yang aku ingat..."-- Jawabnya dengan nada tenang

"Dani? Itu namaku... Kamu selalu memanggilku setiap malam..."-- Ujarku dengan penuh antusias

"Jika itu memang kamu, berarti kamu adalah kakakku yang ditolong oleh seorang wanita tua saat aku lahir..."-- Jawabnya sambil memegang tanganku

"Darimana kamu tahu itu? Aku saja tidak pernah tahu siapa dan bagaimana rupa Orang Tuaku? Dan jika benar kita dipisahkan saat kamu lahir, bagaimana bayi dapat mendengar dan mengingat sebuah nama?"-- Tanyaku sambil memegang kedua pundaknya

"Seorang pria tua dengan seragam lengkap yang bertuliskan Pihak Berwenang yang menceritakannya. Dan terus menerus mengatakan nama Dani hingga aku dewasa"-- Jawab wanita itu sambil menundukkan kepalanya

"Apakah pria itu memakai kacamata dan ada sebuah tanda di pipinya? Terus siapa yang mengurungmu disana?"-- Aku bertanya padanya dengan sedikit menggoyangkan pundaknya

"Pria tua itu yang mengurungku, dan rumah itu adalah Rumahnya. Namun dia sudah meninggal karena dimakan oleh semua binatang buas yang dia pelihara agar aku tidak dapat bisa kabur. Dan karena Binatang buas itu tidak ada yang memberinya makan, maka satu per satu binatang buas itu pun mati."-- Jawabnya dengan memelukku erat

"Bagaimana kamu bertahan hidup disana?"-- Tanyaku sambil membalas pelukan eratnya

"Aku memakan dedaunan yang tumbuh didalam pohon itu, dan meminum air yang mengalir setiap kali hujan datang. Dan satu yang pasti, aku selalu memanggil kakak. Karena aku yakin Tuhan akan menjawab do'aku agar kakak datang menyelamatkanku walaupun aku belum pernah bertemu dengannya. Terima Kasih Kakak."-- Jawabnya dengan nada syahdu dan mulai mengeluarkan air matanya

"Aku akan memanggilmu Dewi, dan kamu adalah adikku. Mari kita mulai kehidupan baru kita."-- Aku pun berkata padanya dengan mulai meneteskan air mata

 

Dan kini kita menjadi keluarga baru yang bahagia, tak peduli seperti apa masa lalu yang kita lalui. Semakin yakin akan kekuatan Maha Kuasa, yang dapat memberikan pertolongan dengan cara apapun, jika kita percaya akan Kekuatan dan Kekuasaan-Nya.

***

#akuagung

"Biarkan Jemari menari mengikuti irama hati"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun