Mohon tunggu...
Muhamad Agung Noerwahid
Muhamad Agung Noerwahid Mohon Tunggu... CEO at Solit.id -

#akuagung "Biarkan Jemari menari mengikuti irama hati" ------------------ Solit.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dewi

7 Desember 2017   17:08 Diperbarui: 7 Desember 2017   17:10 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : i.pinimg.com

"Ok, malam ini jika suara wanita itu terdengar olehku.. Aku akan mencoba berkomunikasi dengannya.."-- Ujarku dalam hati 

Ya benar saja, seperti malam-malam sebelumnya suara itu terdengar kembali. Aku mencoba berkomunikasi dengannya. Dan ternyata dia menjawabku.

"Tolong aku Dani... Tolong..." 

"Kamu siapa? Bagaimana aku bisa menolongmu jika aku tidak tahu kamu berada dimana?" 

"Tolong aku... Aku tidak tahu siapa aku... Jangan tanyakan itu... Tolong aku..."

 "Kamu ada dimana? Aku ingin menolongmu..." 

"Aku berada di dalam ruangan yang sangat gelap, aku tidak berani keluar. Banyak sekali hewan buas diluar sana.... Tolong aku..."

Hanya itu komunikasi terakhir yang bisa terjalin antara aku dan dia, karena setelah itu hingga saat ini dia tidak pernah memanggilku lagi. Tapi itu tidak membuatku berhenti disini saja, aku tetap akan mencari dia. Karena satu-satunya informasi yang sebelumnya aku dapatkan yaitu dari seorang pensiunan Pihak Berwajib yang aku ceritakan di atas, maka aku pergi menuju rumah pensiunan Pihak Berwajib ini untuk bertanya kembali, dengan harapan dia bisa mengingat kembali kejadian 1998 itu.

Ketika aku akan sampai di rumah orang itu, ada hal yang janggal, membuat mata dan hatiku seolah terganggu dengan hal ini. Setumpuk pepohonan yang berkumpul ditengah-tengah sawah itu tidak lazim adanya. Karena hal ini, aku memutuskan untuk pergi menuju tengah-tengah sawah itu, dan menunda kunjunganku. Perjalanan selama kurang lebih 6 jam yang kutempuh pun terhambat oleh pagar yang lebih tinggi dariku. Untung saja, pagar itu terbuat dari kayu yang bisa aku potong dengan pisau hutan yang aku bawa untuk jaga-jaga dari tas ranselku.

"Lepaskan aku!!! Aku ingin bebas!!! Tolong aku!!! Tolong!!!!"-- Terdengar suara wanita dari kejauhan 

Suara itu sangat aku kenal, itu suara wanita yang selalu hadir di setiap malamku. Bergegas saja aku berlari menuju sumber cahaya itu. Akhirnya aku melihat sebuah pohon besar yang sudah dibentuk seperti penjara, namun aku sempat terhenti karena pohon ini berada tidak jauh dari sebuah rumah yang sepertinya aku pernah melihatnya. Entah kapan aku pernah melihat rumah ini, tapi aku yakin bahwa rumah ini sangat tidak asing bagiku karena aku merasa pernah tinggal di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun