Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cermin, Nenek Penjual Kerupuk

26 Agustus 2022   01:42 Diperbarui: 26 Agustus 2022   01:46 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingat sekali siang itu, tak sengaja berpapasan dengan Nenek yang tengah duduk di emperan Toko. Menjajakan dagangannya satu macam saja, hanya kerupuk. Kerupuk jari yang biasa disantap dengan mi instan.

Wajah nenek itu terlihat murung, sepertinya dagangan nenek nyaris tidak ada satu pun yang terjual.

Aku memang tidak sedang ingin makan kerupuk, hanya sekadar membantu meringankan beban. Nenek itu tak mau menerima uang cuma-cuma. Oleh karena itu, hanya dengan sebungkus kerupuk akan membuat wanita tua itu tersenyum bahagia. Sebelum masuk ke dalam toko terlebih dahulu singgah di tempatnya.

"Dua bungkus, Nek. Jadi, berapa?"

"Dua puluh ribu, Neng."

Mataku terbelalak, aku kira harga satu bungkusnya hanya lima ribu saja. Aku memang hafal harga pasaran kerupuk. Ini tak wajar, Nenek terlalu banyak mengambil keuntungan.

Baca juga: Cerpen: Pintu

Yang awalnya kasihan, jadi, sedikit enggan. Dua puluh ribu selain di sini di tempat lain dapat empat bungkus, bahkan isi perbungkusnya lebih besar dari jualan Nenek. 

"Sebungkusnya tidak lima ribu saja, Nek," tawarku dengan hati-hati.

"Segitu, Neng. Kalau mau," ujarnya dengan nada tinggi dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Aku mengambil satu bungkus saja. Setelah membayar, aku langsung bergegas masuk ke dalam toko. Sebenarnya kasihan, yang dikasihani terlalu kaku. Apa karena hal itu dagangannya jadi tak laku. Entahlah.

Deretan plastik tertata sesuai ukurannya di rak masing-masing, sebuah catatan dalam daftar belanjaan sudah kucoret satu per satu, kini beberapa masuk ke dalam keranjang. 200 Stok plastik, 2 tali rafia berukuran besar berwarna hitam, 2 plaster yang berukuran sedang. Pesanan dari Bapak Kepala Sekolah untuk membungkus Buku LKS, buku pendamping Guru bagi seluruh Siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun