Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel: Love Story of Dreaming Part 9 Cemburu

26 Juni 2022   21:10 Diperbarui: 26 Juni 2022   21:50 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Part 9. Cemburu

Acara Perpisahan kelas IX SMP Bina Bakti Keti tampil membacakan puisi. Dio memperhatikan Keti dari atas panggung. Mengarahkan senyum pada gadis berikat satu. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Usai membaca puisi Keti menuruni tangga dengan perasaan bahagia. Melihat Dio berjalan menuju ke arahnya kemudian memuji tampilannya. Begitupun dengan Keti. Keti memperhatikan rambut keriting  Dio tampak bergelombang dan lebat. Keti pikir mungkin dia lupa memotong rambutnya. Lelaki itu tak pernah melepaskan kacamata minusnya.

"Ket, ternyata kalau kamu lagi baca puisi suaramu cempreng dan menggemaskan. Apa karena habis makan sambal yah," canda Dio.

Keti mencubit pinggang Kakak kelasnya namun tak mengenai ia cepat menghindar.

"Tetapi suaraku ngangenin kan." 

Keti mengedipkan mata kepadanya. Dio malah tertawa menunjukkan gigi taringnya yang runcing di sebelah kanan. Dio manis saat tertawa ditambah lesung pipitnya yang mirip dengan aktor pemeran Harry Potter yaitu Daniel Radcliffe, sayang sekali kulitnya kecoklatan jauh dengan aktor tersebut. Dio asli orang jawa janganlah disamakan dengan orang luar negeri. Kalimat itu melayang dalam perdebatan suara hatinya.

Kemudian mereka menuju kantin sekolah, memesan semangkuk bakso seharga lima ribuan. Dengan sedikit kuah, Keti suka bakso kosongan tanpa mie kuning atau tambahan mie-hun.

Dio menceritakan pengalaman di kelas satu SMA. Lalu menanyakan Suketi akan melanjutkan sekolah di mana. Keti hanya bisa menggelengkan kepala.

"Aku enggak tahu Kak, apakah aku masih bisa sekolah lagi atau tidak? Yang jelas aku hanya mengikuti jejak langkahku akan ke mana?"

Sebenarnya melanjutkan Sekolah itu impian gadis itu tetapi mana mungkin bisa. Sekolah SMP saja karena bantuan orang lain. Biaya sekolah SMA terlalu tinggi untuk seorang Suketi.

"Kau sama saja tidak memiliki tujuan, Ket. Kau pintar dan menarik. Kamu pasti punya langkah awal tujuan hidupmu Ket. Yang penting, Semangat!" Dio tak henti menyemangati.

"Yah.., tentu saja Kak."

Semangkok bakso telah dihabiskan tanpa tersisa sedikitpun. Rasa sedap dilidah mengundang rasa nikmat apalagi ditemani mantan kakak kelasnya. Dio masih sama, sikapnya tak pernah berubah dan peduli kepada Suketi. Walaupun dua tahun telah terlewati tak ada pertemuan khusus, mereka masih akrab dan suka bercanda saat menghabiskan waktu bersama.

Melihat detik waktu di pergelangan tangan Dio. Suketi tahu itu jam tangan baru. Keti ingin sekali bercanda soal jam tangan barunya tetapi diurungkan niatnya, tiba-tiba Suyati dengan Niko datang menghampiri mereka.

Suyati duduk di samping kirinya sedangkan Niko di samping kanan Dio.  Duduk saling berhadapan. Suyati tampak salah tingkah dengan ekspresi senyum yang aneh.

Keti sengaja menepuk punggung Suyati sambil berdehem. Lalu Niko dan Dio mengambilkan segelas air putih untuk Keti secara berbarengan. Mereka pikir tersedak.

"Ket, ini cepat minum," kata Kak Dio.

Niko terlebih dahulu menyodorkan minuman, "Ini diminum."

Karena minuman Niko yang lebih dekat, Keti meraih minuman itu dan walau anggapan orang lain beda. Keti menghargai kebaikan mereka.

Ada kekecewaan di sudut mata Dio, membuat senyum Suyati pudar dalam waktu singkat.

"Oh, jadi Kak Niko selama ini. Ah sudahlah_" tuduh Suyati menyembunyikan raut muka cemburu, memilih beranjak dari tempat duduknya.

Suasana kantin berubah menjadi hening, mereka bertiga bungkam sedang Niko dan Dio masih menatap Keti bersamaan. Bingung. Keti tak mengerti dengan tatapan keduanya. Yang dia pikirkan saat ini, apa yang harus Keti lakukan. Mengejar Suyati atau tetap duduk di antara Dio dan Niko.

"Kak Niko cepat kejar Yati sepertinya dia salah paham," pinta Keti tanpa digubris.

Gadis itu semakin kesal lalu menarik tubuhnya berniat mengejar. 

"Biar aku saja," Dio mengalah dengan Niko.

Ketika hanya ada Keti dengan Niko, tatapan Niko tak sedikitpun berpindah meski Keti sudah memalingkan wajah.

"Keti, ada yang ingin kukatakan padamu. Mungkin sudah lama aku ingin mengatakannya. Jika selama ini aku mendekati Suyati hanya untuk bisa dekat denganmu," Niko mengatakan isi hatinya yang sudah lama ia pendam sendiri. Dan, baru hari ini ia berani mengungkapkannya.

Pernyataan Niko membuat Suketi makin bersalah dengan sahabatnya, "Maksud Kak Niko apa?"

"Aku ingin mengenalmu lebih dekat sedang kamu gadis yang sulit untuk didekati."

"Pantas Suyati marah, Kak. Kak Niko sudah mempermainkan perasaannya. Aku benci Kak Niko!" 

Keti gugup gegas melarikan diri. Dia seharusnya cepat menyusul Suyati. Keti menyalahkan diri sendiri. Keti harus menjelaskan semuanya jika di antara mereka memang tak pernah terjalin hubungan spesial-- hanya sebatas teman. 

Seluruh kelas sudah ia kelilingi namun Suyati tak ada di mana-mana. Keti lelah dan frustasi bersamaan Niko yang terus membuntutinya dari belakang.

"Kak, bisa tidak sih jangan ngikutin aku terus!" 

"Ih GR, siapa yang ngikutin. Aku mau ke parkiran motor, kok?" Niko berdalih.

"Ya sudah kakak jalan duluan," Keti mendorong kuat punggungnya.

Seolah sengaja Niko terus menatapnya dari kejauhan. Keti berbalik, Niko pura-pura di mana motornya terparkir. Dia kira Keti tak tahu kalau sedari tadi Niko tak henti mengamatinya.

Karena Suyati dan Dio tak kunjung ia temukan. Keti memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. 

Ia mau istirahat dan melupakan kejadian sekarang.

Di perjalanan pulang Keti tak sengaja berpapasan dengan Dio. Dia sedang duduk  di jok motornya seperti sedang menunggu seseorang. 

"Ket, Niko tidak nganterin kamu pulang."

 Dio berjalan menujunya dan bertanya seperti itu. Keti menggeleng.

"Mau ku antar pulang, hmm." Tawar Dio.

"Nggak usah Kak, aku tidak mau mengganggu waktu kakak karena sepertinya kakak sedang menunggu orang lain."

 Keti mempercepat langkah kakinya. Dio cepat menahan lengan kirinya.

"Aku dari tadi nunggu kamu, Ket. Ayolah sekali ini saja aku mengantarkan kamu. Ada yang ingin kukatakan."

"Ya, sudah."

Keti tak bisa menolak ajakannya. Lalu Keti bertanya kepadanya, "Suyati ke mana?"

"Suyati sudah ku antar pulang, Ket. Kayaknya dia cemburu."

"Dia cuma salah paham saja, Kak."

"Dia kan sahabatmu masa kamu tidak ngerti, siapa orang yang dia taksir?!"

"Niko_"

"Nah itu tahu."

Keti terdiam, Suyati tak perlu menghindar. Apa yang perlu dicemburui. Mereka semua teman.

Dio mendadak menghentikan laju motornya. Berdiri di seberang jalan lalu menanyakan sesuatu hal.

"Ket, seandainya Niko memang jatuh cinta sama kamu gimana?"

"Haha, mana ada yang suka sama aku. Aku itu jelek, cerewet dan nyebelin. Kakak itu ngarang banget. Kak Niko itu cuma anggap aku teman biasa."

"Hai, jangan salah! Niko sendiri yang bilang ke aku. Kalau dia itu suka sama kamu. Kamu bukan tidak cantik tetapi memang tidak pernah dandan. Kamu memang cerewet tetapi lucu dan menyenangkan."

"Alah, masa." Keti menunduk malu-malu, dengan pipi bersemu merah delima.

"Serius, Ket."

Badan Dio dia pukul berulang kali, sungguh canda Dio tidak lucu. Bukan begini caranya. Keti takut besar kepala. Tatapan Dio benar-benar mengisyaratkan keseriusan. Keti kembali bergeming. 

Jika memang Niko jatuh cinta dan Suyati patah hati. Lantas Keti harus bagaimana? Tak ada yang menyuruh Niko menyukainya. 

Dio melanjutkan ucapannya lagi, "Ada dua hati yang kamu sakiti, Ket."

***

Pemalang, 26 Juni 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun