Mohon tunggu...
Akmal Aqil Wahyu
Akmal Aqil Wahyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Lepas

Merayakan bertambahnya usia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sisi Lain dari Memberi

9 Juli 2023   23:15 Diperbarui: 9 Juli 2023   23:56 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ihttps://pixabay.com/id/illustrations/bersulang-kesenangan-miskin-204742/

Jajang sangat menyukai gadis muda di hadapannya saat ini. Beberapa jam yang lalu, ia telah berbaur secara khusus dengan gadis itu. Tidak ada bagian yang luput sejengkal pun, semua telah jajang nikmati. Sentuhan halus, kasar, bahkan beberapa bagian telah basah oleh air liur Janjang. Jajang puas sekali malam ini. Ia berpikir bahwa selama ini usahanya merawat sapi memang benar-benar membuahkan hasil yang kini tengah ia nikmati. Jajang sudah terbiasa seperti ini. Sejak lama ia memiliki kebiasaan menghamburkan hartanya setelah bayaran. Namun, bagaimanapun ia hanyalah seorang peternak kecil. Setelah hartanya habis, ia akan kembali lagi berkutat di kandang sapi yang sangat bau.

****

"Terima kasih! mbak, kamu sangat baik", ramai mereka mengucapkan ucapan-ucapan terima kasih kepada Mbak Lasmi oleh sebab sekotak makanan dan bingkisan sembako yang Mbak Lasmi bagikan kepada mereka. Mbak Lasmi memang memiliki kebiasaan mendermakan sebagian hartanya untuk dibelikan barang kemudian dibagi-bagikan kepada orang yang bermukim di sepanjang jalan yang ia tempuh setiap kali berangkat dan pulang dari bekerja. 

Mbak Lasmi adalah seorang psk yang bekerja pada sebuah kafe yang berada di pusat kota. Terkadang juga ia mendapat order di hotel-hotel, bahkan ia juga pernah melayani tamunya untuk keluar kota. Ia adalah wanita yang sederhana. Pekerjaan yang ia jalani kini sebenarnya adalah keterpaksaan yang harus ia jalani sebab konflik di antara orang tuanya. Ia dan kakaknya memilih untuk pergi menjauh dari orang tua sejak ia kelas 2 SMP. Awalnya ia bekerja sebagai pelayan di kafe tersebut hingga ia mendapat tawaran untuk sebuah pekerjaan enak dengan gaji yang besar. Sedangkan kakaknya bekerja sebagai pengajar les privat yang datang ke rumah-rumah untuk mendapatkan penghasilan yang tak menentu.

Sejak saat itu, Mbak Lasmi dan kakaknya berkomitmen untuk berbuat baik kepada orang lain. Mereka berdua tidak ingin melihat orang lain mengalami nasib yang sama seperti mereka. Mereka berkeyakinan bahwa dengan berbuat baik akan dapat mendatangkan pengaruh positif kepada diri yang kemudian bisa menjelma sikap yang baik pula. Dengan berbenah diri maka secara tidak langsung juga memberi efek perubahan terhadap lingkungan sekitar mereka.

Hampir setiap hari, saat hendak berangkat ke tempat kerjanya. Mbak Lasmi sengaja menyiapkan bingkisan-bingkisan dan memesan beberapa kotak nasi untuk dibagikan kepada orang-orang.


"Semoga rezekimu selalu diberkati oleh tuhan, nak", perempuan tua itu tampak senang oleh pemberian dari Mbak Lasmi. 

Terkadang terbesit rasa "gak enak" di hati kecil Mbak Lasmi. Yang mana ia selalu mendapatkan doa-doa dan ucapan syukur dari orang-orang itu. Orang-orang itu tidak tahu mengenai pekerjaan Mbak Lasmi.

Tapi Mbak Lasmi tetap kukuh pada keyakinannya bahwa kebaikan yang ia usahakan selama ini tidaklah lancut. Ia berkeyakinan penuh bahwa akan datang saat ia akan menyambut kebaikan yang akan menetap pada dirinya. Sudah lama Mbak Lasmi ingin mengakhiri profesinya saat ini. Tapi lagi-lagi keadaan masih belum mendukungnya untuk saat ini.

****

Pagi ini Jajang bangun kesiangan. Ia masih teler oleh alkohol yang diminumnya semalam. 

"Jreng jreng jreeeeng jreeeeeng", Tiba-tiba ia tersentak bangun karena bunyi knalpot tua milik tetangganya yang bising.

"Bangsat, punya knalpot kenapa harus yang begini sih!" Jajang sangat kesal karena tidurnya yang terganggu oleh bunyi bising itu. Tapi sesaat kemudian ia seakan mengingat sesuatu.

"Whaa! Ini sudah jam sembilan!" ia teringat bahwa sapi-sapi di kandangnya belum diberi makan. Spontan ia langsung mengganti pakaiannya dan pergi menuju kandang.

Sesampainya di kandang, ia lebih dipusingkan lagi karena ternyata ia tidak memiliki stok rumput untuk diberikan kepada sapi-sapinya. 

Setelah mengambil arit dan karung ia langsung menuju ke pekarangan untuk mencari rumput. Beberapa jam kemudian, ia kembali dengan karung yang penuh rumput lalu langsung membagikan rumput-rumput itu kepada sapi-sapinya. Ia tertegun melihat sapi-sapinya yang kelaparan memakan rumput dengan sangat tamak.

Hari-hari berikutnya Jajang terlihat lebih disiplin lagi mengatur aktivitasnya. Ia tidak ingin kejadian kemarin kembali terulang. 

Sebulan berikutnya, Jajang sedang melepas penat karena selesai melakukan pekerjaanya.

"Tok, tok,tok, Permisi, halo!" ada orang yang ingin bertemu dengan Jajang. Jajang langsung keluar menemui orang itu.

"I-Iya pak ada apa?" Jajang memandang orang tersebut terkejut karena orang tersebut berpenampilan ala bos muda dari kota.

"Pak Jajang ya.. saya sedang mencari sapi untuk tasyakuran pak, apakah bapak memiliki sapi yang siap untuk disembelih?" Terlihat wajah Jajang langsung sumringah karena perkataan dari tamu tersebut.

"Oh ada pak, silahkan kalau bapak ingin melihatnya di kendang langsung." Jajang menawari tamu tersebut untuk melihat sapinya, supaya tamu tersebut bisa yakin dengan sapi yang Jajang miliki. 

"Tidak perlu pak, saya terburu-buru. Langsung saja kita tentukan harganya, nanti sapinya akan diambil oleh anak buah saya." Balas tamu tersebut. Lalu mereka berdua bernegosiasi tentang harga sapi Jajang. Setelah deal. Tamu tersebut pamit dan langsung pergi. Jajang senang karena telah mendapatkan bayaran yang cukup besar saat ini.

"Ini bisa aku gunakan untuk bersenang senang dalam beberapa hari sih." Gumam Jajang senang sambil mengipas-kipaskan lembaran uang yang baru saja ia peroleh. 

Benar saja, malam-malam berikutnya ia telah berinisiatif untuk pergi ke kafe yang menjadi tempat ia biasa 'njajan'. Namun, sebelum sampai ke kafe itu ia mampir ke sebuah minimarket di pinggir jalan. Di sana ia bertemu dengan seorang wanita yang cantik, tatapannya hangat, suaranya merdu dan rambutnya terurai lepas. Jajang seakan tertarik kepada wanita tersebut. Namun ia mengurungkan niatnya karena ia merasa kecil terhadap wanita tersebut. Ia lalu menyapanya kemudian dibalas dengan anggukan ringan dengan secuil senyuman. 

****

Sore menjelang malam. Mbak Lasmi tengah bersiap untuk berangkat ke kafe untuk bekerja seperti biasanya. Mbak Lasmi terbiasa hanya berdandan sekenanya. Namun terlihat cantik. Setelah beberapa hari terakhir ini, entah angin dari mana yang membuat Mbak Lasmi ingin bertekad bahwa malam ini adalah malam terakhir ia bekerja di kafe itu. Tempo hari ada seseorang yang menawarkan untuk membuka bisnis berdagang pakaian dan aksesoris dengannya. Spontan saja Mbak Lasmi langsung menerima tawarannya. Ia bahkan telah lama menginginkan untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang legal.

Di tengah perjalanan Mbak Lasmi singgah di sebuah minimarket tak jauh dari tempatnya bekerja. Ia hendak membeli beberapa snack ringan. Di situ ia mendapati ada seorang pemuda yang berpenampilan rapi menyapanya. Ia pun merespon sekenanya saja agar terlihat memperdulikan.

Setelah itu, Ia melanjutkan perjalanan menuju kafe. Disana ia langsung menemui bosnya dan mengatakan bahwa ia akan mengakhiri pekerjaannya. Sebenarnya bosnya sangat berat hati tetapi Mbak Lasmi sudah membulatkan tekad. Jadi, bosnya mengabulkan permohonannya dengan syarat melayani tamu terakhirnya malam ini.

Tanpa berpikir terlalu panjang Mbak Lasmi langsung diantar menemui tamu terakhirnya. Ternyata tamu itu adalah orang yang ia temui di minimarket tadi. Mbak Lasmi menyambutnya dengan senyum ramah. 

"Siapa namamu?" Lelaki itu mengulurkan tangan sambil tersenyum genit menatap Mbak Lasmi. Sempat terjadi perkenalan singkat dengan sedikit basa-basi. Selepas itu, Si lelaki tadi mengajak Mbak Lasmi memasuki kamar yang biasa digunakan oleh para tamu. Hampir 2 jam lamanya, Mbak Lasmi selesai dengan tamu terakhirnya ini.

"Ini... terimalah! Lain kali bisa kita bercinta lagi" Katanya sambil menyerahkan delapan lembar uang seratus ribuan.

"Tidak, ini adalah malam terakhirku sebagai pekerja disini. Yang tadi anggap saja pemberianku." Jawab Mbak Lasmi dengan seulas senyum bangga yang sengaja ia tunjukkan. Karena dengan pemberiannya malam ini ia membuat orang lain senang, juga membuat dirinya lega. Karena ia tidak akan lagi berada di kafe itu lagi sebagai pekerja.

Di perjalanan pulang Mbak Lasmi memasang earphone di kedua telinganya. Ia sengaja menikmati kepulangannya dari tempat itu. Ia mengingat ingat kembali rentetan kejadian di tahun-tahun lalu hingga dirinya sekarang ini. Sambil mendengarkan alunan lagu berjudul "membasuh" dari hindia. 

Telah ku sadar hidup bukanlah

Perihal mengambil yang kau tebar

Sedikit air yang kupunya

Milikmu juga bersama

Bisakah kita tetap memberi

Walau tak suci?

Bisakah terus mengobati

Walau membiru?

Cukup besar 'tuk mengampuni

'Tuk mengasihi

Tanpa memperhitungkan masa yang lalu

Walau kering

Bisakah kita tetap membasuh?



 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun