Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

2023, Antisipasi Radikalisme di Tahun Politik

31 Desember 2022   22:01 Diperbarui: 31 Desember 2022   22:07 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - jalandamai.org

Sebentar lagi 2022 akan berakhir dan memasuki tahun baru 2023. Dan tahun 2023 menjadi tahun yang sangat krusial bagi Indonesia. Kenapa? Karena di tahun 2023 perekonomian global sedang mengalami perlambatan. Tidak sedikit dari negara-negara maju yang masuk ke jurang resesi. Dan dampaknya tentu akan terasa dalam perekonomian Indonesia. Sementara pada saat yang sama, Indonesia sudah masuk ke dalam tahun politik.

Dan dimasa tahun politik ini, umumnya para pendukung partai atau calon tertentu, mulai gerilya menyebarkan pesan kebencian. Mereka mulai mencari kesalahan dan kejelekan rivalnya. Dan hal ini tak jarang akan memicu amarah secara kolektif, jika provokasi yang dimunculkan sudah keterlaluan. Tidak jarang, para provokator ini menggunakan sentimen SARA, untuk menjatuhkan lawannya. Mareka tak sungkan mengutip ayat suci, yang kemudian ditafsirkan sendiri. Ironisnya, tafsir yang salah tersebut dianggap sebagai sebuah kebenaran oleh sebagian orang.

Untuk mengantisipasi penyebaran yang sama, kita semua harus waspada. Karena provokasi yang mengatasnamakan kepentingan apapun, jelas merusak persatuan dan kesatuan yang sudah ada. Indonesia saat ini baru saja selesai dari pandemi. Indonesia juga bersiap memasuki pencarian pemimpin yang baru. Mari kita gunakan hal ini untuk melakukan seleksi bersama. Bukan saling hujat, saling caci, atau saling menjatuhkan satu sama lain.

Bibit radikal harus kita lawan bersama. Radikalisme tidak harus kita tentang sampai kapanpun. Para pemimpin juga harus lebih cerdas. Jangan memanfaatkan kelompok radikal untuk mendapatkan dukungan. Jangan gunakan kelompok radikal untuk membuat kegaduhan. Sekali lagi, Indonesia adalah negara damai. Tradisi Indonesia adalah saling menghargai dan menghormati antar sesama. Bukan saling caci maki atau menebar kebencian antar sesama.

Peluang menyusupnya bibit radikal di tahun 2023 begitu besar. Banyak sentimen yang berpotensi bisa ditunggangi oleh kelompok radikal, untuk menyerang pemerintah atau menebar kegaduhan di tengah masyarakat. Diantaranya adalah tahun resesi. Ketika perekonomian melambat, hal ini bisa dijadikan celah kelompok radikal untuk menyalahkan pemerintah. Ujung-ujungnya pemerintah dianggap kafir dan khilafah lah yang menjadi solusinya. Padahal, resesi bukanlah karena kebijakan pemerintah. Resesi karena perekonomian global yang melambat akibat gejolak geopolitik Rusia dan Ukraina, serta kebijakan suku bunga tinggi sejumlah negara.

Karena itulah, kita harus mengerti dan memahaminya, agar tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan. Mari perkuat literasi kita, dengan informasi yang valid, bukan informasi yang berkembang di media sosial. Dengan menjadi pribadi yang cerdas, kita akan bisa memilah mana informasi yang benar dan tidak. Tahun politik berpotensi membuat kelompok radikal memunculkan lagi politik identitas. Jika kita tidak membekali diri dengan informasi yang benar, akan mudah terpengaruh ke jalan yang salah.

Ingat, para pemimpin yang sekirangnya akan bertarung dalam pilpres 2024, begitu juga partai politik yang ingin menang dalam pilpres 2024, juga harus tetap mengedepankan rasa nasionalisme yang tinggi. Bibit kebencian harus hilang dan tidak digunakan untuk memecah belah masyarkat. Mari beri Pendidikan politik yang bagus kepada masyarakat, agar bibit radikal untuk menjadi penumpang gelap di tahun politik tersebut. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun