Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati-hati, Provokasi Kelompok Radikal di Dunia Maya

3 April 2021   01:34 Diperbarui: 3 April 2021   01:45 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media Sosial -arah.com

Setelah bom bunuh diri di Makasar terjadi pada 28 Maret 2021 kemarin, serangkan provokasi terus bermunculan. Bahkan kemunculan ZA, yang menghebohkan publik karena berhasil masuk ke Mabes Polri dengan pistol. Perempuan berusia 25 tahun ini ditembak petugas, karena menodongkan pistol ke arah petugas. Tak hanya itu, penangkapan demi penangkapan terus dilakukan oleh Densus 88. Dalam proses penangkapan di berbagai daerah itu, kembali muncul provokasi berupa kemunculan buku mencurigakan di halte depan gereja, di Kawasan Jakarta Selatan. Provokasi demi provokasi terus dilakukan oleh kelompok radikal jelang bulan suci Ramadan ini.

Beberapa tahun lalu, jelang bulan Ramadan juga, terjadi kerusuhan di penjara Mako Brimob, yang dilakukan oleh narapidana terorisme. Aksi ini seakan telah menjadi pesan bagi jaringan di luar, untuk segera bergerak. Alhasil, serangkaian aksi teror ketika itu terus bermunculan dalam waktu serentak. Tak lama kemudian puncaknya aksi ledakan bom di gereja di Surabaya, yang dilakukan oleh satu keluarga. Bahkan, anak-anaknya yang masih kecil pun juga turut diajak melakukan aksi bom bunuh diri.

Ironisnya, mereka selalu saja menggunakan atribut agama Islam, atau meneriakkan takbir ketika meledakkan diri. Aksi bom bunuh diri ini juga dimaknai sebagai jihad menegakkan agama. Konsekwensi dari semuanya ini, dipercaya bisa masuk surga. Karena itulah, dalam kasus Surabaya, istri dan anak-anaknya juga diajak serta untuk meledakkan diri. Provokasi yang mengarah pada jihad yang salah kembali marak, seiring dengan munculnya aksi bom bunuh diri di Makassar.

Mari kita terus tingkatkan kewaspadaan. Perkuat diri dengan literasi dan pemahaman agama yang benar. Jika kelompok radikal terus membawa sentimen agama, yakinlah tidak ada satupun agama di bumi ini yang mengajarkan aksi bom bunuh diri. Tidak ada ada satupun agama yang mengajarkan untuk salin memerangi, saling membenci, saling persekusi ataupun saling menghakim satu dengan yang lain.

Kelompok teroris seringkali membawa Islam dalam setiap aksinya. Padahal, Islam merupakan agama yang rahmatan lillamin. Karena itulah, para penganut Islam harus mampu mendatangkan sifat kasih saying, yang mampu mewujudkan persatuan, kesatuan dan perdamaian bagi seluruh umat manusia di muka bumi. Ini artinya, berperilaku baik antar umat beragama merupakan sebuah keniscayaan. Dalam Al Quran pun juga dianjurkan agar umat muslim berlomba berbuat kebaikan. Jika aksi bom bunuh diri, dimana sisi berbuat baiknya? Jika memang ingin menjangkau surga, mari berlomba untuk berbuat kebaikan.

Jangan percaya dengan seseorang yang membawa nilai-nilai keagamaan, tapi telah direduksi. Misalnya, jihad selalu dimaknai dengan kekerasan, menumpahkan darah, perang ataupun bom bunuh diri. Hati-hati dengan seseorang yang selalu memaknai orang yang berbeda keyakinan dengan menyebut sesat atau kafir. Semuanya itu jelas tidak dibenarkan. Belajar agama jangan hanya dilihat secara tekstual saja, tapi juga harus dilihat secara kontekstualnya.

Semestinya kita semua bisa hidup berdampingan dalam keberagaman. Tak perlu saling menjelekkan, tak perlu merasa paling benar, mari kita mencari kebaikannya. Jangan melihat kesalahan atau kejelekannya. Jangan mudah percaya dengan seseorang yang membawa nilai-nilai agama untuk kepentingan yang tidak baik. Kelompok radikal ini tak ada bedanya seorang manipulator, yang mendistorsi masyarakat luas. Dan ironisnya, yang dimanipulasi dan didistorsi tersebut adalah agama. Untuk itulah, mari kita terus tingkatkan kewaspadaan. Salam toleransi dan literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun