Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Lintas Zaman yang Wajahnya Tak Menua

11 Juni 2022   20:46 Diperbarui: 11 Juni 2022   21:22 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lagi urusan menjadi MC dalam pengajian atau walimah pernikahan. Tak ada yang berani maju saat dirinya ada. Bisa dianggap sosoknya sebagai dedengkot urusan ini karena keterampilannya itu. Ia bisa sangat serius atau juga melucu. Tergantung acaranya.

Obrolan kami sore tadi melipir pada banyak hal, tapi lebih banyak pada soal kehidupan perjuangan ayahnya dalam berpesantren. Saya lebih banyak mendengar sambil sesekali bertanya atau menimpali. Ia bercerita tentang ayahnya yang hidup demi dakwah dan pesantren Darul Istiqamah. Hingga selalu berpindah tugas di banyak cabang pesantren Darul Istiqamah.

"Abbaku pernah tugas di Babang, Balangnipa, Pucee, dan Maccopa. Pindah-pindah. Saya selalu ikut. Hingga kemudian abbaku meninggal di Makassar" Kenangnya.

Ia juga berbicara tentang adab yang jauh lebih penting dibanding ilmu. Baginya ilmu tak berarti apa-apa tanpa adab. Dalam berdakwah, adab dinomorsatukan.
"Kita harus mengedepankan amar ma'ruf daripada nahi mungkar. Maksudnya, hikmah dalam berdakwah dan menasihati." Kata beliau dengan semangat.

Sebenarnya banyak hal yang kami bicarakan. Tapi tak bisa saya tuliskan semua. Soal ayahnya, ustadz As'ad -allahu yarham- sebagai kader dakwah dan pesantren Darul Istiqamah, saya pikir ia telah melanjutkan tongkat estafet perjuangan sang ayah. Ia mengabdi dan mengajar di pesantren Darul Istiqamah sejak puluhan tahun silam hingga sekatang. Tak berlebihan jika dikatakan ia adalah kader muda terbaik Darul Istiqamah saat ini. Di mana sosoknya menjadi panutan para kader muda pesantren Darul Istiqamah.

Soal hikmah dan adab, ia adalah figur yang selalu mengedepankan akhlak mulia. Tak grasak grusuk dalam menegur orang lain apalagi sampai menghakimi orang lain. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa ia tak punya musuh sama sekali.

Akhirnya, banyak yang ingin saya tulis tentang beliau, namun rasanya tak mungkin bisa menuliskan semuanya. Saya hanya ingin mengatakan bahwa Darul Istiqamah, Spidi, dan Islam khususnya bangga punya sosok seperti ustadz Mubasysyir ini. Saya pun bangga pernah menjadi muridnya dan kemudian menjadi koleganya dalam mengajar di Spidi. Saya angkat topi buatnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun