Mohon tunggu...
Akhmad Zuhri
Akhmad Zuhri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya begini demi saya di masa depan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksistensi Songkok di Indonesia, Hitam Bukan Berarti Jahat!

10 November 2022   16:51 Diperbarui: 17 November 2022   21:56 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dipopulerkan oleh presiden pertama negara kita yakni Ir. Soekarno, Songkok secara tidak langsung adalah "Nasionalis yang tidak tertulis". Eksistensinya adalah sebagai Mahkotanya Pemimpin di Indonesia. Sejarah mencatat songkok/lebih khususnya lagi yang berwarna hitam dari kain beludru ini di usung kepada kalangan intelektual pertama kali bukan oleh Ir. Soekarno melainkan gurunya yakni Tjipto Mangun Kusumo.

Dilansir dari id.berita.yahoo.com sebuah artikel berjudul Nasionalisme Peci,

Pada 1913, rapat SDAP (Sociaal Democratische Arbeiders Partij) di Den Haag mengundang tiga politisi, yang kebetulan lagi menjalani pengasingan di Negeri Belanda: Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.

Ketiga tokoh politisi ini membawa Identitasnya masing-masing, di antara itu Tjipto Mangun Kusumo hadir dengan gagahnya mengenakan songkok berwarna hitam yang berbentuk lonjong terbuat dari kain beludru, tampaknya Ir. Soekarno mengikuti jejak gurunya itu.

Songkok hitam saat ini dipakai untuk banyak kalangan baik muslim maupun non-muslim maka dewasa ini seseorang yang memakai Songkok Hitam belum tentu dia adalah seorang muslim.

تستتسنصنمصصوةستصوصصننصصنسنصتص

Peci tak lagi menjadi tanda kemusliman dan kesalehan seseorang. Kini, ia menjadi busana formal.

(Historia - Hendri F. Isnaeni)

Songkok memang bukan busananya orang Islam tetapi Songkok merupakan Identitas dari negara Indonesia yang dipopulerkan oleh Ir. Soekarno sebagai bentuk Mahkota yang dipakai dikalangan pemimpin terhormat bangsa Indonesia.

Eksistensinya di kalangan pemimpin sangat populer, bahkan kita tahu sendiri di kelas-kelas sekolahan terdapat 2 foto disamping kanan dan kiri gambar garuda pancasila yang merupakan foto Presiden dan wakilnya yang tidak pernah melepas songkoknya. Meskipun nanti berganti Wakil Presiden bahkan Presiden songkok akan tetap hadir sebagai Mahkotanya.

Eksistensi songkok hitam dari masa ke masa semakin populer bukan hanya di kalangan pemimpin negara saja melainkan juga semakin merambah ke masyarakat pada umumnya. Di lingkungan pondok pesantren salafi khususnya yang berada di daerah tanah Jawa sangat umum sekali dijumpai para santri memakai songkok hitam. Tetapi perlu di garis bawahi bahwa warnanya yang hitam, bukan semena-mena mengisyaratkan kemistisan atau kejahatan, tetapi mengisyaratkan kekokohan, kekuatan, dan sebuah bentuk pengakuan sebagai mawas diri bahwa pemakainya Tawadhu' karena warnanya yang hitam ini adalah bentuk mengakui kesalahan karena sejatinya tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat kesalahan.

secara filosofis, penutup kepala di dalam Islam dimaksudkan untuk mengekspresikan kelemahan, kehambaan, ketundukan serta kesederhanaan di hadapan kemuliaan Allah.

bincangsyariah.com/khazanah/sejarah-dan-filosofi-songkok-dalam-islam/

Berbicara tentang eksistensi songkok hitam, maka madura adalah daerah yang tidak boleh dilupakan. Pria Madura sangat identik dengan busana yang satu ini jika diibaratkan seseorang tanpa songkok disana adalah seperti Sayur tanpa garam alias tidak lengkap.

Keberadaan songkok hitam di madura bagi kalangan pria dan santri adalah sebagai kawan, dalam kesempatan apapun akan selalu dipakai oleh pemiliknya baik di acara resmi bahkan bermain dilapangan pun songkok ini tetap dipakainya. Mereka merasa kurang lengkap tanpa memakai barang yang satu ini.

Tapi, mengapa songkok sangat identik dengan kehidupan mereka kesehariannya?

Dilansir dari, mojok.co/terminal artikel berjudul Bagi Pria Madura Songkok Bukan Sebagai Penutup Kepala

Songkok bukan hanya pakaian/busana, tapi simbol keselamatan, kemuliaan juga tata krama. Mengenakan songkok saat berpergian, membuat mereka merasa lebih aman dan terlindungi. Tak perlu tanya logikanya, terkadang tidak semua hal bisa dengan mudah dijelaskan dengan logika.

Tidak memakai songkok bagi mereka kurang elok, dan kurang berwibawa.

Memang benar songkok hanyalah penutup kepala bagi kaum adam dan secara umum songkok ialah barang yang lazim dipakai saat akan menunaikan sholat begitu pula dengan ibadah yang lain. Namun, saat suatu barang sudah menjadi tradisi dan budaya turun temurun nilai yang terkandung tak main-main lagi. Meskipun sebenarnya barang tersebut bukan asli dari daerah itu atau dalam kasus ini adalah Madura.

Songkok bagi masyarakat madura adalah simbol kesholihan dan ketaatan. Mengenakan songkok bagi mereka adalah isyarat mereka ingin menjadi orang Sholih dan selalu berusaha yang terbaik untuk menjadi orang Sholih. Dan di saat yang sama mereka juga menunjukkan ketaatannya dengan segenap jiwa terhadap Allah SWT.

Songkok memang bukan hal yang penting dalam perjuangan bangsa Indonesia ini, tetapi songkok secara tidak langsung menjadi Identitas Nasional negara Indonesia yang identik dipakai oleh pemimpin di negara ini sebagai sebuah Mahkota yang sakral dan sarat akan arti. Selain itu, kita tidak bisa menganggap bahwa songkok khususnya yang berwarna hitam terbuat dari bludru itu adalah busananya orang muslim karena saat ini songkok dipakai bukan untuk menandakan muslimnya seseorang melainkan sebuah kebanggaan sebagai Warga negara Indonesia. Songkok juga sudah dianggap bagian dari pakaian formal dimana eksistensinya kerap hadir di acara-acara adat daerah bahkan kenegaraan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun