Mohon tunggu...
Akhmad Sekhu
Akhmad Sekhu Mohon Tunggu... wartawan - profesional

Akhmad Sekhu lahir di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, besar di "Kota Budaya" Yogyakarta, kini hijrah ke "Kota Gelisah" Jakarta, yang insya Allah dalam hidupnya ingin selalu berkarya. Menulis berupa puisi, cerpen, novel, esai sastra-budaya, resensi buku, artikel arsitektur-kota, kupasan film-musik, telaah tentang televisi di berbagai media massa, juga banyak mengerjakan penulisan buku biografi karier dan kisah kehidupan, kini bekerja sebagai wartawan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Indonesia, dari Sebuah Kursi

24 Oktober 2014   13:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:54 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada sebuah kursi yang empuk

Yang dirajut dari jalinan koalisi partai

Dengan anyaman banyak kepentingan

Dan cenderung selalu berbagi kekuasaan,

Nyamankah Bapak duduk disitu?

Sedangkan banyak rakyat masih berdiri,

Bahkan jinjit—terdesak dari sejengkal tanah

Yang semakin sempit, berjejal-jejalan

Betapa rakyat antri menunggu nasib baik!

Rakyat memilihmu bukan untuk duduk manis

Dan ongkang-ongkang kaki, tapi untuk kerja

Memikirkan harapan masa depan negeri ini

Bapak tentu tahu begitu banyak darah dan air mata

Tumpah demi memperjuangkan negeri ini

Rakyat rela berkorban jiwa raga, bahkan nyawa

: Perjuangan sampai tetes darah penghabisan!

Kursi kekuasaan itu memang empuk, tapi

Bapak jangan terlena dan hanya berpuas diri

Karena Bapak harus mau mendengar aspirasi rakyat

Wujudkan janji-janji manis yang sudah Bapak katakan

Pada saat kampanye di depan rakyat yang penuh harap

Jangan sekali-kali mengingkari janji karena itu amanat

Yang tentu harus tetap Bapak pegang erat-erat

Sebagai abdi rakyat tetapkan hati Bapak melayani rakyat

Kata-kata harus selalu selaras dengan tindak perbuatan

Silakan, ya silakan, Bapak duduk di kursi yang empuk itu

Tapi buktikan bahwa Bapak memang pantas duduk di situ!

Djakarta Theater, 7 Agustus 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun