Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21 Facebook : Faisol akhmad R

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belanja yang Viral

19 Mei 2021   11:58 Diperbarui: 19 Mei 2021   12:13 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara kebutuhan hidup dalam aktivitas kehidupan sehari-hari memang tidak bisa kita pungkiri, apalagi saat ini yang sangat memudahkan konsumen untuk melakukan transaksi, dimanapun, dan kapan pun bisa di lakukan, dengan menggunakan aplikasi yang bisa di donwload playtsore.

Plus minus belanja online menjadi fenomena tersendiri di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Belanja online ini sudah menjadi kebiasaan umum, yang hampir 60% memenuhi jagad Maya, apalagi ditambah dengan adanya pandemi covid 19, dengan pembatasan kegiatan masyarakat, menjadikan markerplace kebanjiran pesanan, sehingga hal tersebut menjadi berkah tersendiri bagi para kurir.

Markerplace merupakan toko online yang bisa diakses oleh siapa saja, dan dimana saja, tentunya menyediakan barang yang banyak di buru oleh para pelanggan.

Beberapa istilah dalam jual beli online seperti Cash On Delivery atau dikenal dengan COD, Pre Order atau pesanan sebuah barang, Cashback atau pengembalian secara tunai, Dropshipper atau penjual dari pihak ketiga, trusted yang di percaya, serta istilah lainnya yang masih banyak dalam proses jual beli, termasuk belanja viral yakni top up game online yang sempat viral beberapa Minggu yang lalu.

Kejadian seorang bapak yang bernada tinggi, pada pegawai Idomaret (12/05/2021), menuai banyak kritik dan komentar miring dari para netizen, pasalnya sang bapak memarahi pegawai Indomaret tersebut melayani bocah yang baru kelas 6 SD untuk melakukan top up game online sebesar 800 ribu.

Video yang berdurasi 4 menit 32 detik itu sempat viral dimedia sosial, dan menjadi perbincangan warga net. Kejadian itu, saat satu kelaurga sedang berbelanja di Indomaret, tepatnya di minimarket di Simpang Mayang, Simalungun, Sumatra Utara.

Belanja viral itu dilakukan oleh seoarang anak kelas 6 sekolah dasar yang top up game online sebesar 800 ribu, di minimarket tersebut, sehingga memunculkan protes dan kegaduhan, walaupun pada ujungnya bapak yang marah-marah itu meminta maaf dan berujung damai, pasca video yang di unggah pertama kali oleh Wan Lestari itu viral di jagad Maya.

Terlepas mana yang salah dan mana yang benar, namun hal tersebut menjadi suatu pelajaran bagi kita semua. Viral karena hal yang negatif, sungguh memalukan, tetapi viral ketika melakukan kebaikan, sungguh menjadi hal yang menyenangkan dan membanggakan, berharap bisa menjadi contoh yang positif.

Bukan lantas ingin menghakimi atau pun, membela salah satu pihak, tetapi dalam kondisi yang sulit, masih kategori wajar sang bapak tersulut emosi, karena anaknya tiba-tiba top up senilai 800 ribu rupiah, sehingga sang ibu juga mengeluarkan kata-kata negatif, bahkan ironisnya, kata-kata tersebut dikatakan pada anaknya sendiri, yang mengambil uang sebanyak 800 ribu tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Disinilah peran penting orang tua untuk mendidik, membimbing, dan mengarahkan anak dengan baik, apalagi dengan banyaknya gadget yang tidak bisa di pungkiri anak juga bisa berbelanja secara online.

Apa yang perlu di antisipasi?

Dunia online memang memberikan kemudahan akan suatu pelayanan yang dibutuhkan, dalam kehidupan kita sehari-hari, dimana kemudahan tersebut bisa dilakukan sambil duduk santai, atau bahkan belanja bisa dilakukan sambil tiduran.

Budaya masyarakat Indonesia yang tergolong sebagai masyarakat kimsumtif dengan pasar yang cukup menjanjikan, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dunia untik memasarkan produknya di dunia Maya, produk dalam negeri maupun produk luar negeri untuk saat ini sangat mudah untuk di dapatkan dengan menggunakan gadget.

Disinilah pentingnya secara jeli dan cermat melihat suatu barang yang hendak kita beli, sehingga akan memunculkan kepuasan tersendiri dari para pembeli, begitu pula sebaliknya, ketika barang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, hanya akan menuai kecewa.

Sebelum berbelanja, terutama belanja online, perlu ada banyak refrensi sebagai perbandingan, baik pada aspek merk, keaslian barang, produk yang mengeluarkan, tahun di keluarkan, dan masih banyak lai speak suatu barang yang tertera di marketplace, sehingga belanja puas, dan penjual untung.

Belajar dari top up game online.

Sampai usia berapa batasan seseorang tersebut bisa berbelanja secara mandiri? Belanja secara ofline maupun online, tentu saja ada batasan-batasan sesuai dengan kebutuhan. Jika masih dalam kategori anak-anak, dari umur 0 - 15 tahun, barangkali masih harus di dampingi orang tua, dengan catatan belanja sambil mengedukasi anak, termasuk bagaimana belanja online.

Karena mudahnya gadget, anak yang sudah menginjak umur 15 tahun, sudah mulai memahami bagaimana cara belanja online, bahkan orang tua yang harus di ajari, karena kemampuan tekhnologinya sudah lebih baik anak tersebut, dengan catatan harus di pantau orang tua.

Belanja Online ini juga melalui proses top up terlebih dahulu pada gadget yang sudah kita donwload. Orang tua harus cermat juga dengan gadget yang terpercaya untuk di donwload sebagai pihak ketiga. Seperti Shopee, lazada, Tokopedia, olx, dan masih banyak yang lainnya.

Kejadian yang viral beberapa waktu yang lalu menjadi pelajaran bagi kita, bagaimana mendidik anak, sesuai dengan kapasitasnya, apalagi urusan belanja yang juga harus disesuaikan dengan kemampuan, sehingga hal-hal negatif lainnya tidak tersebar seperti video yang di unggah akun Facebook wan lestari. 

Belanja dengan Sistem Cash On Delivery (COD)-an

Sistem COD yang berawal dari jual beli barang second yang di upload di media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Watsapp, memang memudahkan calon pembeli untuk melihat barang dan menaksir barang tersebut dengan proses negosiasi.

Dalam perkembangannya sistem COD-an ini di pakai oleh banyak aplikasi untuk meningkatkan sistem kepercayaan pembeli, dengan melihat barang secara langsung, sehingga dengan sistem tersebut tidak membuat pelanggan kecewa dengan barang yang diperoleh.

Dengan demikian plus minusnya belanja online tersebut sangat bergantung pada ketelitian kita melihat suatu barang, dengan banyak perbandingan, sehingga tidak mudah tertipu untuk membeli suatu barang tertentu, yang kemudian membuat pembeli kecewa dan menupload ulang barang yang sudah di dapatkan dengan hastaq yang negatif. 

Cukup kejadian beberapa waktu yang lalu saja hang menjadi viral, karena seorang bocah kelas 6 SD Top Up Game Online, yang melebihi batas kewajaran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun