Memanen air hujan di rumah rasanya seperti sedang memanfaatkan hadiah gratis dari langit. Tidak perlu bayar, tidak ada tagihan bulanan, dan yang terpenting ini adalah cara elegan untuk berkontribusi melawan krisis air bersih.
Di tengah isu global tentang keterbatasan air, Sustainable Development Goals (SDGs) menempatkan akses air bersih dan sanitasi layak sebagai salah satu tujuan penting. Bukan tanpa alasan bahwa air adalah sumber kehidupan.
Faktanya, menurut data UNICEF pada tahun 2022 ada sekitar 2,2 miliar orang di dunia masih kesulitan mengakses air bersih. Itu artinya, hampir sepertiga populasi dunia berada di ambang krisis air.
Ironisnya, di Indonesia yang dianugerahi curah hujan melimpah, kita sering membiarkan miliaran liter air hujan begitu saja mengalir ke selokan dan hilang tanpa manfaat maksimal.
Di sinilah konsep rainwater harvesting alias panen air hujan menjadi solusi keren sekaligus cerdas.
Panen air hujan bukan teknologi canggih yang hanya dimiliki negara maju. Di rumah sederhana pun ini bisa dilakukan dengan peralatan terjangkau berupa talang, pipa, dan tangki penampung.
Air hujan yang ditampung bisa digunakan untuk menyiram taman, membersihkan halaman, bahkan menjadi sumber cadangan saat pasokan air utama terganggu.
Dan, lebih dari sekadar fungsi teknis, ini menanamkan nilai-nilai berharga bahwa setiap tetes air adalah anugerah yang harus dimanfaatkan dengan bijak.
Kondisi Air Bersih di Lingkungan Kita
Di beberapa wilayah, air bersih masih menjadi barang langka. Ada yang bergantung pada air sumur dangkal yang kualitasnya belum tentu aman.
Di kota besar, air tanah terkadang terkontaminasi limbah domestik atau industri. Sementara di desa, musim kemarau bisa membuat sumur mengering.