Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guyon Kasar Gus Miftah Viral: Alarm untuk Pendidikan Kita

5 Desember 2024   04:41 Diperbarui: 5 Desember 2024   07:48 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Refleksi untuk pendidikan bebas bullying. Bullying bukan untuk dinormalisasi, dampaknya dalam konteks pendidikan. (via tribunnews jateng)

Di sisi lain, ketika masyarakat ramai-ramai mengecam pelaku bullying, jangan sampai kita juga terjebak dalam tindakan serupa. Mengecam dengan kata-kata kasar atau ujaran kebencian sama saja memperbesar lingkaran bullying. Kita harus bisa menempatkan diri dengan bijak bila mengkritik tanpa merendahkan.

Setiap orang bisa khilaf meskipun sering dilakukannya. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengambil hikmah dari kejadian ini. Kejadian ini adalah pengingat bahwa siapa pun —tak peduli statusnya— harus lebih bijak dalam bertindak dan berkata-kata.

Di era digital, apa yang kita lakukan mudah sekali tersebar luas. Begitu juga dengan efeknya. Satu tindakan salah bisa mempengaruhi ribuan bahkan jutaan orang termasuk generasi muda yang melihatnya. 

Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk berhati-hati terutama mereka yang memiliki pengaruh di masyarakat.

Tugas kita sebagai masyarakat adalah menciptakan lingkungan yang sehat, baik secara fisik maupun mental. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk mendorong budaya saling menghormati, bukan saling merendahkan.

Saat kita menyadari kesalahan dan lekas meminta maaf maka itu adalah langkah yang baik. Namun, lebih dari itu, perubahan perilaku adalah kunci utama untuk mencegah kejadian serupa terjadi lagi di masa depan.

Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Jika kita ingin membangun masa depan yang lebih baik maka kita harus memberikan teladan yang baik pula. Menghormati orang lain —tidak peduli status sosialnya— adalah salah satu nilai yang harus kita tanamkan sejak dini.

Refleksi untuk pendidikan bebas bullying. Bullying bukan untuk dinormalisasi, dampaknya dalam konteks pendidikan. (via tribunnews jateng)
Refleksi untuk pendidikan bebas bullying. Bullying bukan untuk dinormalisasi, dampaknya dalam konteks pendidikan. (via tribunnews jateng)

Peristiwa ini juga menjadi pengingat pentingnya literasi emosional. Literasi emosional bukan hanya tentang memahami perasaan sendiri, tetapi juga memahami dampak tindakan kita terhadap orang lain.

Kejadian ini juga membuat kita mempelajari istilah empathy gap, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk memahami atau merasakan apa yang dirasakan orang lain. Fenomena ini kerap menjadi akar dari tindakan bullying.

Sebagai masyarakat, kita perlu mendidik diri sendiri dan generasi kita untuk memiliki empati yang tinggi. Empati inilah yang akan menjadi penangkal utama terhadap perilaku merendahkan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun