Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi ANBK | Penggerak KomBel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bukan Guru Penggerak, Apa yang Harus Dilakukan?

25 Januari 2023   08:57 Diperbarui: 26 Januari 2023   08:16 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua guru SMA Negeri 1 Kabila mengawasi siswa yang melakukan ujian semester secara luar jaringan (luring) di rumah di Poowo, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Selasa (9/6/2020) (ANTARA FOTO/ADIWINATA SOLIHIN)

Perbincangan tentang Guru Penggerak akhir-akhir ini sedang ramai dipergunjingkan oleh banyak pihak. Termasuk bagi para Kompasianer Pendidik yang ikut pula membahas isu terkini tentang Program Guru Penggerak yang dicetuskan oleh Kemdikbud bagi guru se-Indonesia.

Di kalangan guru tentu sudah familiar dengan istilah Program Guru Penggerak (PGP) yang diluncurkan Kemendikbud Ristek sejak 2020.

Manfaat program ini untuk mewujudkan kepemimpinan bagi guru agar dapat menjadi pemimpin dalam pembelajaran. 

Guru yang mengikuti Program Guru Penggerak akan ditempa sedemikian rupa dalam kurun waktu yang telah ditentukan hingga akhirnya dapat menjadi seorang guru yang mampu "menggerakkan".

Siapa saja yang mampu digerakkan oleh Guru Penggerak? Jawabannya adalah semuanya. Baik menggerakkan diri sendiri, rekan guru, peserta didik, orangtua/wali murid, para stakeholder dan komunitas praktisi pendidikan lainnya demi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Kegiatan pendidikan bagi Guru Penggerak meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi dan pendampingan setidaknya selama 6 bulan secara on-the-job training.

Menurut pandangan saya, kenyataannya ada tiga tipe guru dalam menyikapi adanya Program Guru Penggerak ini, yaitu open, close dan broad minded. Perlu untuk digarisbawahi bahwa apa yang saya maksud disini adalah tentang mindset dan "kesiapan" guru terhadap Program Guru Penggerak yang dimaksud.

Saat ini ada guru yang mengikuti PGP karena telah sesuai persyaratan, kemudian guru yang tidak mau mengikuti PGP walaupun sudah bisa mendaftarkan diri, selanjutnya ada pula guru yang belum bisa mengikuti PGP karena tersandung persyaratan yang telah ditentukan namun memiliki pikiran yang luas agar tetap "berkembang".

Antara guru dan peserta didiknya, bagi Guru Penggerak maupun bukan. (Sumber: sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id)
Antara guru dan peserta didiknya, bagi Guru Penggerak maupun bukan. (Sumber: sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id)

Seperti apa penjelasan lengkap mengenai ketiga tipe guru tersebut, mari kita simak!

Calon Guru Penggerak pasti "Open Minded"

Guru yang open adalah guru yang selalu bersikap terbuka dengan berbagai hal terkait proses kemajuan dunia pendidikan. termasuk pada Program Guru Penggerak ini, guru yang terbuka akan menyikapinya dengan penuh perhatian.

Bagi guru yang sudah memenuhi kualifikasi yang ditentukan agar dapat mengikuti Program Guru Penggerak ini.

Dengan tekad dan kemauan yang tinggi untuk terus belajar serta tidak adanya kata puas untuk belajar maka guru tersebut akan merasa tertantang untuk mengikuti Program Guru Penggerak.

Guru yang open akan memandang PGP untuk membentuk guru dengan kualifikasi pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid (student oriented). Sekaligus diproyeksikan menjadi agen transformational (transformational leadership) dalam ekosistem pendidikan sehingga membentuk komunikasi dua-arah.

Terlebih dalam upaya Implementasi Kurikulum Merdeka, maka Guru Penggerak disiapkan untuk memenuhi standar kualifikasi untuk implementasi paradigma merdeka belajar serta dengan tujuan utama untuk meningkatkan Kompetensi Guru.

Artinya, bahwa Program Guru Penggerak ini bertujuan untuk mewujudkan pemimpin pembelajaran yang mempraktekkan konsep merdeka belajar serta menggerakkan seluruh ekosistem pendidikan untuk menghadirkan proses pendidikan yang berpusat pada siswa. 

Guru Penggerak ditargetkan mencapai penguatan kualifikasi kemampuan pengembangan diri dan rekan guru secara mandiri, kemampuan membangun kematangan moral, emosi dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik, kemampuan kreatif dalam manajemen pembelajaran yang berpusat pada murid serta mampu melibatkan kerjasama orangtua dan komunitas untuk pengembangan mutu sekolah, visi sekolah, dan sesuai kebutuhan bersama.

Guru yang open minded, sangat pantas untuk mendukung Program Guru Penggerak jika guru setia pada cita-cita "mencerdaskan kehidupan bangsa" melalui pembentukan pendidikan berparadigma merdeka belajar.

Guru yang open juga perlu menepis adanya rumor atau berita simpang siur tentang dihentikan Program Guru Penggerak karena merupakan kabar hoaks. Padahal saat ini rekrutmennya sudah angkatan 9 dan 10.

Diharapkan Guru Penggerak dapat menggerakkan komunitas belajar bagi rekan guru di sekolah dan di lingkup wilayahnya berada. Guru Penggerak juga akan mampu mengembangkan program kepemimpinan murid untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Oleh sebab itu, sampai nanti di akhir tahun 2024 Kemdikbud menargetkan 405.000 Guru Penggerak dari total guru yang ada untuk membawa pendidikan Indonesia menjadi "naik kelas". [sumber]

"Close Minded" menjadikan guru enggan mengikuti PGP

Sementara itu, juga ada guru yang ogah-ogahan untuk mengikuti Program Guru Penggerak dengan berbagai alasan.

Penghambat yang sebenarnya adalah berasal dari dalam diri guru yang masih berpikiran sempit tersebut. sehingga guru itu hanya mengikuti PGP hanya "nyari-nyari kerjaan saja" dan menganggap program itu gak guna.

Guru yang masih terkekang dengan pemikiran yang sempit ini --- walaupun sudah memenuhi persyaratan tapi tetap berat hati untuk mengikuti PGP --- akan menilai bahwa Calon Guru Penggerak (CGP) hanya sibuk berkutat di depan komputer dan mengutak-atik berbagai aplikasi ajar saja. Lantaran mereka merasa direpotkan saat pada suatu kesempatan guru CGP harus bolos mengajar saat hendak ikut pendidikan.

Guru yang masih close minded yang selanjutnya saya sebut sebagai oknum guru ini menganggap PGP akan membentuk kastanisasi guru elite di lingkungan pendidikan. Anggapan elitisme Guru Penggerak semacam itu hanya karena adanya kecemburuan sosial dari oknum guru karena tidak memiliki kemampuan yang memadai yang sebenarnya bisa saja dibenahi jika guru itu mau belajar.

Oknum guru belum mampu mengakui bahwa Guru Penggerak adalah kelompok strategis Indonesia yang memiliki kualifikasi sebagai pemimpin pembelajaran dan pendorong transformasi pendidikan nasional.

Oknum guru juga keliru dalam memandang Guru Penggerak yang merasa diistimewakan untuk menjadi Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah. Itu hanya bonus bila memang memenuhi segala kualifikasi. 

Bagaimanapun seorang guru juga perlu meniti jenjang karir apabila ia mampu dan sanggup. Lebih baik untuk dapat menjadi Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah mensyaratkan pernah mengikuti PGP demi menghindari adanya "jalur mandiri" sebagai cara instan untuk mendapatkan jabatan pemimpin satuan pendidikan itu.

Bila oknum guru ini menemukan celah pembenahan diri maka guru itu akan menerima adanya PGP sebagai penggerak dan pengajar praktik pembelajaran bagi rekan guru dan komunitas belajar guru. Seharusnya melalui diskusi dan kolaborasi pembelajaran antar guru maka dapat bersama-sama mendorong diwujudkannya kepemimpinan murid dalam pembelajaran.

Guru memang tidak diwajibkan untuk mengikuti PGP, tapi rasanya sangat rugi sekali jika kesempatan tersebut dilewatkan begitu saja. Para guru yang terbentur persyaratan mengajar 5 tahun saja sudah banyak yang mengantri dan ingin segera dapat mengikuti program yang bermanfaat ini.

Ada guru yang belum bisa mengikuti PGP karena belum memenuhi persyaratan minimal mengajar 5 tahun. (tangkapan layar/simpkb)
Ada guru yang belum bisa mengikuti PGP karena belum memenuhi persyaratan minimal mengajar 5 tahun. (tangkapan layar/simpkb)

"Broad Minded" bagi yang Bukan Calon Guru Penggerak 

Selain dua tipe cara berpikir guru menyikapi adanya PGP, selebihnya ada guru yang berada dalam situasi non blok. Situasi yang saya maksud adalah ketika ada guru yang belum memenuhi persyaratan untuk mengikuti PGP sehingga guru tersebut tentu belum bisa menjadi Calon Guru Penggerak.

Menurut laman Kemdikbud.go.id, persyaratan untuk mengikuti Program Guru Penggerak, diantaranya sebagai berikut:

  1. Guru ASN maupun Non ASN dari sekolah negeri maupun sekolah swasta, pada satuan pendidikan formal jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB yang memiliki SK Mengajar. 

  2. Kepala Sekolah yang belum memiliki Nomor Registrasi Kepala Sekolah (NRKS) yang berstatus definitif dari ASN maupun Non ASN dari sekolah negeri maupun sekolah swasta, pada satuan pendidikan formal jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB. 

  3. Memiliki akun di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) 

  4. Kualifikasi pendidikan minimal S1/D4 

  5. Pengalaman mengajar minimal 5 (lima) tahun, serta

  6. Masa sisa mengajar tidak kurang dari 10 (sepuluh) tahun atau berusia tidak lebih dari 50 tahun saat registrasi.

Biasanya guru yang belum bisa mengikuti PGP adalah para guru baru yang masa kerjanya belum mencapai 5 tahun sesuai data di Dapodik yang tersinkron ke akun SIMPKB.

Meskipun guru non blok belum bisa ikut PGP, namun ia tidak overthinking terhadap program yang bermanfaat ini. 

Sesuai judul diatas, penekanan kita kali ini adalah teruntuk para guru yang belum bisa mengikuti PGP. Meski demikian, mereka dapat melakukan hal positif dibawah ini sebagai sebuah acuan untuk merawat semangat guru agar terus berkembang ke arah yang membawa kebaikan bagi guru itu sendiri.

Ilustrasi kolaborasi antar guru dan guru penggerak (Sumber: sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id)
Ilustrasi kolaborasi antar guru dan guru penggerak (Sumber: sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id)

Apa saja yang harus dilakukan bagi para guru yang belum menjadi Calon Guru Penggerak?

1. Pengaturan pada mindset 

Seorang guru memang bisa saja akan merasa tidak kuat menjalani PGP bila tidak sepenuh hati. Untuk bersedia mengikuti PPG perlu didasari dengan idealisme yang kuat yakni demi kemajuan pendidikan, sekolah, dan pelajar.

Menjadi calon Guru Penggerak maupun belum, yang paling penting adalah semua guru perlu untuk terus belajar dan berubah.

Semua guru harus menanamkan pola pikir bahwa ia harus terus belajar. mengajar sambil belajar. karena sejatinya semua guru dituntut mampu "menggerakkan".

2. Menyiapkan amunisi semangat belajar dan berubah

Karena Guru Penggerak akan mengemban beban tanggung jawab yang berat, maka setiap guru perlu menyiapkan amunisi semangat tingkat tinggi.

Proses seleksinya saja ada dua tahap; penilaian administrasi dan esai, serta simulasi mengajar dan wawancara demi menemukan guru pilihan sesuai kualifikasi.

Sebelum terjun ke dalam PGP, dari sekarang guru menyiapkan mental dan kesiapan diri untuk membiasakan sikap penuh semangat dalam belajar.

Karena bagaimanapun tak semua guru memiliki semangat untuk mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi, banyak guru yang mengeluh.

Oleh sebab itu, membiasakan diri untuk selalu bersemangat menjalani apapun bentuk kegiatan yang dialami oleh guru adalah sangat penting untuk menghindari sikap mengeluh dan mudah putus asa.

Jadilah sosok guru harus tetap menyalakan api semangat belajar, semangat bersosialisasi, semangat menggerakkan komunitas belajar baik untuk sesama guru maupun terhadap siswa, semangat membuka ruang diskusi yang positif dan kolaborasi yang indah antara sesama warga sekolah.

3. Rutin mengikuti kegiatan kolaborasi sesama guru dan komunitas

Guru yang masih belum menjadi Calon Guru Penggerak tetap harus bersikap kreatif dan aktif bergerak untuk secara bersama-sama mewujudkan pendidikan yang berkarakter dan yang terpenting adalah mampu memfasilitasi pembelajaran siswa agar lebih kreatif dan efektif.

Bila guru menyadari kekurangan dan kelemahan kompetensinya saat ini maka guru tersebut harus membuka diri dan berkolaborasi dengan rekan guru sejawat serta dalam komunitas.

Bila ada kegiatan lokakarya yang dilakukan oleh Guru Penggerak maka guru-guru yang belum menjadi Calon Guru Penggerak ini mesti ikut terlibat untuk belajar bersama. Akan ada banyak hal kolaborasi belajar yang bisa dilakukan oleh sesama guru misalkan berbagi kiat bagaimana caranya guru mampu menguasai seluk-beluk TIK, cara membuat modul ajar yang menarik, dan seterusnya.

Guru yang belum menjadi calon Guru Penggerak perlu untuk menghindari ketertinggalan. Jangan sampai guru itu masih ketinggalan dalam proses pembelajaran kepada siswa. 

Hasil kolaborasi yang dilakukan maka guru diharapkan mampu mengarahkan semua aspek pembelajaran sehingga dapat memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Itulah yang seharusnya diutamakan dalam proses kolaborasi antar guru agar diharapkan sesama guru bisa berkembang lebih baik lagi tanpa harus menunggu menjadi Guru Penggerak terlebih dahulu.

Pelatihan mandiri di SIMPKB yang bisa diikuti seluruh guru walaupun Bukan Guru Penggerak (tangkapan layar Akbar Pitopang)
Pelatihan mandiri di SIMPKB yang bisa diikuti seluruh guru walaupun Bukan Guru Penggerak (tangkapan layar Akbar Pitopang)

4. Mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi secara mandiri

Apabila Guru Penggerak sibuk belajar dan mengikuti berbagai diklat maka guru yang belum menjadi calon Guru Penggerak juga dapat mengikuti langkah pengembangan kompetensi baginya secara mandiri.

Ada Platform Merdeka Mengajar yang menawarkan fitur Pelatihan Mandiri dengan ragam topik yang sangat berguna dan bermanfaat bagi guru dalam pembelajaran, tidak hanya untuk diterapkan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka semata.

Sementara itu, ada pula seri pelatihan mandiri yang terdapat pada laman SIMPKB (Sistem Informasi Manajemen untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan).

Semua guru (baik ASN maupun yang belum) pasti memiliki akun di SIMPKB karena merupakan program yang diwajibkan oleh Kemendikbud untuk dimiliki oleh seluruh guru se-Indonesia untuk mengembangkan kemampuan kompetensi yang dimilikinya. 

Merawat Asa dan Harapan Transformasi Guru Indonesia

Sejak paradigma merdeka belajar diluncurkan, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru-guru agar memenuhi standar untuk implementasi paradigma itu.

Bagi semua guru --- baik CGP maupun yang bukan --- hendaknya tetap dapat sama-sama bertransformasi dari penyampai pengetahuan atau sumber utama informasi, ahli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi fasilitator pembelajaran, kolaborator pengetahuan, dan mitra belajar siswa.

Bila semua guru jadi lebih inovatif, maka murid akan lebih kreatif dan mandiri, dan sekolah pun menjadi lebih maju.

Sebab di pundak para guru saat ini ada beban yang diberikan Kemendikbud untuk sama-sama menyukseskan program-program yang telah digulirkan.

Dibutuhkan sinergitas guru untuk mengimplementasikan paradigma merdeka belajar, bertransformasi dalam ekosistem pendidikan dari kerja ke komunikasi, serta sama-sama bertanggung jawab membentuk generasi bangsa berkarakter Profil Pelajar Pancasila (beriman, kreatif, gotong-royong, kebhinekaan, bernalar, mandiri). Agar tujuan Pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat tercapai secara hakiki.

Bagi seluruh rekan guru yang sudah memenuhi persyaratan yang hendak mengikuti seleksi CGP serta bagi rekan guru yang sedang menjalani diklat maka tetap luruskan niat dan selalu bersemangat. 

Pun bagi rekan guru yang sebenarnya sudah bisa mengikuti PGP hendaklah tidak layu sebelum berkembang atau jangan kalah sebelum berperang. Jika memiliki kesempatan maka hendaklah mau mengikutinya sebagai sebuah proses pengejewantahan filosofi "belajar sepanjang hayat" sebagai dasar bagi guru untuk terus belajar.

Begitu pula bagi rekan guru yang Bukan Guru Penggerak atau belum terdaftar dalam PGP maka juga harus selalu bersemangat dalam melaksanakan tupoksi.

Ilustrasi guru bersahaja bersama murid-muridnya. (Sumber: sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id)
Ilustrasi guru bersahaja bersama murid-muridnya. (Sumber: sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id)

Marilah para guru agar dapat menjadi bagian agen perubahan pendidikan di Indonesia. Bagi guru yang telah mengikuti Program Guru Penggerak, banyak hal positif dan bermanfaat yang bisa dibagikan kepada rekan sejawat, siswa, warga sekolah dan komunitas sesama praktisi pendidikan.

Dengan adanya kolaborasi antar guru Program Guru Penggerak dan guru yang belum terdaftar sebagai CGP, maka semua guru akan merasakan berbagai perubahan dan nilai positif yang didapatkan akan berguna untuk perubahan mindset dalam mengajar.

Mencuatnya pro-kontra pada Program Guru Penggerak diperlukan perbaikan sistem dan regulasi dalam proses perekrutan Guru Penggerak. Hendaknya semua guru mendapatkan kesempatan yang sama dalam proses peningkatan kualitas diri mereka. terutama bagi guru-guru yang belum cakap dalam proses mendidik.

Lantaran semua guru perlu meningkatkan kompetensi kepemimpinan dalam proses pembelajaran yang berpusat pada murid. Maka bukan hanya guru tertentu yang harus mengikuti program tertentu tersebut.

Dengan begitu, semua guru akan mampu meningkatkan performa diri dalam proses memberikan ilmu kepada murid. Level kualitas pendidik di Indonesia akan semakin mantap dan merata.

Dikarenakan semua guru dituntut untuk dapat melaksanakan pembelajaran utuh dan terpadu dengan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai aspek dan dimensi dalam proses pembelajaran itu.

Yang terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah apabila guru belum bisa mengikuti PGP sehingga statusnya bukan Guru Penggerak/CGP. Akan tetapi, semua guru bisa sama-sama "tergerak, bergerak dan menggerakkan". Karena kuncinya adalah ada pada mindset atau pola pikir dari masing-masing guru.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

Akbar Pitopang, 25 Januari 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun