Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Pengalaman Keberhasilan Pemberian MPASI Tanpa Drama Orangtua dan Mertua

21 Agustus 2022   03:00 Diperbarui: 21 Agustus 2022   12:08 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemberian MPASI pada bayi (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Sebagai orangtua yang menetap di perantauan serta dalam keadaan istri yang bekerja di bidang kesehatan masyarakat, mau tidak mau penulis selaku seorang suami berbagi peran dalam mengurusi segala keperluan dan kebutuhan buah hati.

Sejak lahir hingga kini usia putra kami yang merupakan anak pertama dan baru satu-satunya telah berusia 2 tahun 9 bulan, kami sama-sama terlibat aktif dalam segala tetek bengek pengasuhan bayi.

Walaupun di masa-masa awal ada mertua dan adik ipar yang ikut membantu mengurusi bayi yang baru lahir, namun masanya hanya sementara.

Selebih dan seterusnya kami berdua lah yang mengurusi buah hati kami. Memang seperti itu seharusnya. 

Untuk urusan mengasuh dan mengurusi bayi, penulis sudah tidak perlu diragukan lagi. Penulis mampu melakukan hal-hal yang sering dibenci para suami diluar sana mulai dari memandikan bayi, membereskan kotoran bayi, hingga menyuapi MPASI (baca Makan Pendamping ASI) untuk bayinya.


Ketika bayi kami telah memasuki usia 6 bulan, kami mulai memberikan MPASI kepadanya.

MPASI ini sendiri dapat mulai diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan. Sedangkan pemberian MPASI ini sebaiknya dilakukan secara bertahap. 

Para orangtua perlu memahami cara memberikan MPASI yang tepat agar asupan nutrisi bayi tetap tercukupi dan yang paling penting tidak membahayakan kesehatan bayi itu sendiri.

Kebetulan dalam hal ini penulis bisa menyerahkan segala keputusan pemberian MPASI ini mulai dari kapan dimulainya pemberian MPASI hingga jenis bahan makanan apa saja yang boleh diberikan kepada bayi, dengan mempercayakan seutuhnya kepada istri. Karena kebetulan istri memiliki latar belakang pendidikan di bidang kebidanan.

Dengan wawasan dan cakupan ilmu pengetahuan terkait pemberian MPASI yang telah dimiliki istri inilah dapat dijadikan bekal untuk upaya pengelolaan MPASI untuk buah hati.

Disamping itu pula bahwa istri juga membagikan ilmunya kepada penulis terkait MPASI ini.

Istri sempat mewanti-wanti kepada penulis untuk tidak sembarangan memberikan makanan kepada bayi kami.

Walaupun tekstur makanan tersebut dalam keadaan lunak atau lembut sekalipun, tetap tidak boleh asal menyuapi bayi.

Istri juga sempat mengatakan bahwa kapasitas lambung bayi akan berkembang sesuai usianya.

Saat usia bayi baru 6 bulan saja ukuran lambung bayi masih sebesar bola pingpong. Ukuran lambung bayi akan terus membesar sesuai bertambahnya usia bayi.

Lalu, pada usia 6 bulan itulah bayi baru bisa diberikan MPASI karena dianggap sudah cukup siap untuk menerima bahan makanan bertekstur.

Itulah alasan mengapa pemberian MPASI ini harus diawasi secara ketat dan terarah.

Di masa-masa awal pemberian MPASI ini tekstur makanan yang akan disuapi ke bayi dipastikan harus benar-benar dalam keadaan halus dan lembut.

Sebuah istilah yang sangat akrab dengan MPASI, yaitu puree (atau pure). Puree merupakan makanan yang sudah dilembutkan agar lebih mudah dan aman saat dinikmati oleh bayi.

Misalkan bayi mulai dikenalkan dengan buah-buahan karena mengandung vitamin yang baik untuk perkembangan otak dan fisik bayi. Seperti puree pisang, puree buah naga, puree pir, puree kabocha, dan dari buah-buahan lainnya.

Disamping itu bayi juga sudah bisa mulai dikenalkan dengan bahan puree berupa karbohidrat seperti puree jagung, puree kentang, puree beras merah organis, dan lainnya.

Puree untuk MPASI (Foto: Shutterstock via detik health) 
Puree untuk MPASI (Foto: Shutterstock via detik health) 

Bagaimana cara membuat puree untuk ide menu MPASI

Caranya sangat gampang sekali. Pertama sekali yang harus disiapkan adalah bahan-bahannya. Misalkan hendak membuat puree beras merah organik. 

Nah, selanjutnya caranya sebagai berikut:

  • Masak beras merah lebih kurang 30 menit dengan api kecil sampai menjadi bubur 

  • Setelah matang lalu pindahkan ke dalam blender

  • Tambahkan air matang untuk mengatur kekentalan

  • Blender sampai benar-benar halus

  • Saring menggunakan saringan kawat

  • Puree beras merah organik siap diberikan kepada bayi.

Untuk membuat puree ini, bahan utama seperti buah diblender sehalus mungkin dengan komposisi air dan buah yang seimbang sehingga bayi tetap masih bisa belajar mengenali tekstur makanan yang dimasukkan ke mulutnya.

Pada fase berikutnya bayi mulai diberikan MPASI dengan 4 bahan utama yang terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan vitamin.

Misalkan menu MPASI yang akan dibuat terdiri dari beras putih, hati ayam, tahu, dan brokoli.

Caranya mengolahnya sebagai berikut:

  • Cuci semua bahan sampai benar-benar bersih

  • Masukkan beras ke dalam panci tambahkan air secukupnya untuk dimasak

  • Ketika beras sudah setengah matang masukkan hati ayam, tahu, brokoli, dan bumtik—bumtik adalah kependekan dari bumbu aromatik, yaitu bumbu tambahan untuk menghasilkan rasa sedap atau aroma wangi saat memasak MPASI—seperti bawang putih dan bawang merah.

  • Lalu diamkan beberapa saat hingga semua bahan yang tadi dimasukkan atau dicampurkan bersama beras putih menjadi benar-benar matang.

  • Diamkan beberapa saat hingga terasa agak dingin

  • Blender semua bahan sampai halus (tapi bawang putih dan bawang merah tadi tidak ikut diblender)

  • Saring menggunakan saringan kawat

  • MPASI siap dihidangkan kepada bayi.

Begitulah sedikit pengalaman ketika penulis dan istri mengolah menu MPASI untuk buah hati.

Ketika proses pengenalan menu MPASI yang terdiri dari gabungan berbagai bahan makanan, biasanya bayi akan memperlihatkan ekspresinya menggemaskan karena sebelumnya belum pernah mengecap rasa dari menu MPASI tersebut.

Bayi sejak awal hendaklah mesti dikenalkan dengan berbagai bahan makanan yang ada baik itu buah, sayur, lauk pauk seperti daging, ikan, ayam, telur, dan sebagainya.

Gunanya adalah agar orangtua bisa mengetahui bahan makanan apa saja yang tidak disukai oleh bayi. Sehingga orangtua bisa mencarikan solusi dengan bahan lain yang mengandung nutrisi yang sama.

Nenek peduli pemberian MPASI untuk cucu (via arigetas.com)
Nenek peduli pemberian MPASI untuk cucu (via arigetas.com)

Bagaimana dengan kebijakan para nenek terkait menu MPASI untuk cucunya?

Karena kebetulan kami tinggal di perantauan yang tidak tinggal bersama orangtua masing-masing atau mertua, maka drama ide menu MPASI ini tidak kami alami.

Lagian sejauh ini orangtua dan mertua kami sudah teredukasi dengan cukup baik tentang ide menu MPASI ini.

Lantaran sudah banyak kasus pemberian MPASI oleh orangtua ataupun mertua yang berujung bayi meregang nyawa.

Akibat adanya pemberitaan tentang kasus kematian bayi akibat “ritual” pemberian MPASI ini, akhirnya orangtua dan mertua cukup merasa was-was dan tidak ingin terlibat lebih jauh terkait ide menu MPASI.

Melalui panggilan telepon maupun video call, orangtua dan mertua hanya menanyakan hal-hal terkait perkembangan fase tumbuh kembang bayi. Serta menanyakan apakah cucunya lahap mengonsumsi menu MPASI atau tidak.

Demikianlah sedikit pengalaman kami ketika memberikan MPASI untuk buah hati.

Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan para orangtua bayi, nenek atau mertua terkait ide menu MPASI.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

[Akbar Pitopang]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun