Kesepakatan untuk mengikuti suami, meninggalkan tanah air dan pindah ke negaranya, Jerman sesudah mengucapkan janji suci pernikahan, membuka dua gerbang kehidupan yang baru bagiku. Bukan hanya gerbang untuk masuk ke dalam biduk rumah tangga, tetapi juga gerbang untuk masuk pada suatu lingkungan budaya yang baru.
Pernikahan bukan hanya sebatas penyatuan dua insan anak manusia dalam satu ikatan pernikahan, tetapi juga menyatukan dua keluarga.Â
Terutama bagi suami atau istri akan diperhadapkan pada proses pembauran dengan anggota keluarga kedua belah pihak.
Hubungan baik dengan keluarga terdekat: ibu/ayah mertua dan saudara-saudara sangatlah dibutuhkan sebagai salah satu hal penunjang keharmonisan bahtera rumah-tangga.
Kita sudah sering mendengar bahwa tidak sedikit kasus perceraian yang diakibatkan oleh pihak keluarga. Salah satu contoh seperti dalam film "Monster-in-law" yang dibintangi oleh Jennifer Lopez dan Jane Fonda.
Saya pikir, tidak ada yang menginginkan hal seperti itu terjadi.Â
Ikut suami ke negaranya bukan hanya soal adaptasi suhu, cuaca, dan makanan, tetapi juga budaya lingkungan keluarga suami.
Banyak pertanyaan yang ada di benak. Bagaimana saya bisa berbaur dengan mereka? Sejauh mana penguasaan bahasa Inggris mereka? Karena saat itu saya belum bisa berbahasa Jerman. Apakah mereka bisa memahami budaya saya? Pindah negara dan beradaptasi bukan berarti serta-merta saya melepas identitas.Â
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak bisa dijawab di awal pernikahan, tetapi proseslah yang akan menjawabnya.
Di suatu pagi di minggu lalu, suami saya memberi ciuman yang beberapa detik lebih lama saat saya bangun pagi. Itu adalah ciuman ulang tahun pernikahan. Tak terasa, kami sudah mengayungi bahtera rumah-tangga selama 22 tahun.Â