Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya "Financial Planning" dari Pengalaman Single Parent Biayai Anak Kuliah

30 Juli 2022   19:50 Diperbarui: 31 Juli 2022   15:31 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang tua single parent peduli pendidikan anak (via huffpost.com/entry/single-parent)

Untuk kakak pertama, ia tidak bisa kuliah karena ketika ibunda memang dalam kondisi sangat terpuruk. Padahal kakak pertama termasuk anak yang berprestasi semasa SMA.

Sedangkan kakak kedua, ia bisa kuliah di Universitas Terbuka secara mandiri dengan biayanya sendiri karena ketika itu ia nyambi kerja.

Lalu, untuk penulis sendiri alhamdulillah bisa mengecap pendidikan hingga di bangku kuliah karena semasa SMA selalu menempati posisi tiga besar yang diterima lewat jalur PMDK atau undangan.

Hanya saja, dua orang adik kami tidak berminat sama sekali untuk kuliah. Tak apa, lagian ibunda pasti akan dibuat pusing tujuh keliling untuk menyediakan biaya kuliah. Toh, sekarang hidup mereka sudah cukup mapan dari segi finansial.

Ok baiklah, itu hanya intermezo sekedar curhat tentang kondisi sesungguhnya yang kami alami untuk memberikan gambaran tentang kondisi finansial yang dialami oleh ibunda.

Nah, sekarang saya akan bagikan pengalaman orang tua single parent yang berjuang membiayai anaknya kuliah di perantauan.

Penulis sempat kuliah di salah satu universitas negeri di Kota Pelajar, Yogyakarta. Kami memulai masa kuliah pada 2010. 

Selama masa kuliah yang tepat waktu yakni kurang dari 4 tahun, kalau tidak salah kami hanya sempat menerima bantuan finansial dari pihak kampus sebanyak 2 kali dengan syarat IPK harus diatas 3.00.

Itupun jumlahnya tidak besar, palingan hanya cukup untuk bantuan biaya bertahan hidup di perantauan. Karena untunglah semasa tahun 2010 hingga penulis lulus, biaya kuliahnya sangat murah dibanding kampus lain karena mendapat subsidi dari pemerintah.

Sehingga ibunda hanya perlu menyediakan dana bulanan untuk penulis agar dapat bertahan hidup selama di perantauan. Jika dicomparasi dengan dana kiriman orang tua rekan-rekan kami yang lain, jumlah uang yang ditransfer oleh ibunda bisa dibilang tidak sebanding.

Namun, dengan menerapkan gaya hidup minimalis, penulis bisa bertahan hidup dengan uang kiriman ibunda yang terbatas. Gaya hidup ala frugal living memang benar-benar sudah mulai penulis terapkan semasa itu. Bahkan, beberapa kali uang kiriman tersebut bersisa dan bisa penulis tabung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun