Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi ANBK | Penggerak KomBel

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Wajarkah "Long Distance Parenting" Jadi Solusi Pola Asuh Anak Indonesia?

21 Juli 2022   15:07 Diperbarui: 11 Agustus 2022   06:08 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua menitipkan anak dengan keluarga di kampung sebagai Long Distance Parenting (Sumber: istockphoto.com)

Fase perkembangannya dilalui sesuai dengan semestinya. Bahkan beberapa fase mengalami percepatan ketika anak kami sudah bisa berjalan di usia menginjak 10 bulan. Hari demi hari, ia mengalami fase perkembangan yang membanggakan. 

Kini, di usianya yang belum genap 3 tahun, kemajuan dari segi kognitif dan karakter yang positif sudah semakin berkembang dengan baik.

Putra kami sudah bisa berbicara dan berkomunikasi, sudah jarang tantrum, sudah bisa berhitung 1-10, sudah mengenal huruf latin dan hijaiyah walaupun belum hafal, serta banyak lagi yang lainnya.

Itu semua tak lepas dari usaha dan kerja keras kami dalam mendidik dan menjalani peran sebagai orangtua dalam menerapkan fungsi parenting di tengah kondisi yang sangat menguras energi, jiwa raga dan kesabaran karena tidak banyak yang bisa diandalkan ketika hidup di perantauan. 

Lalu, bagaimanakah cara kami dalam melakukan fungsi parenting di perantauan? 

Dengan situasi dan kondisi dimana kami hidup hanya bertiga dengan batita, tidak ada satu pun anggota keluarga, serta kami sebagai suami istri yang sama-sama bekerja.

Itu semua memang butuh perjuangan yang sungguh luar biasa. Mungkin sudah banyak air mata yang telah terkuras. 

Tapi, alhamdulillah itu semua mendapat kemudahan dengan adanya bantuan dan perhatian dari orangtua, mertua, dan segenap anggota keluarga. 

Pada saat momen istri hendak melahirkan, keluarga dari mertua menemani kami dalam melewati momen yang sangat krusial itu. 

Kemudian pasca melahirkan hingga anak kami berumur 6 bulan ada mertua kami yang ikut membantu mengurusi istri dan anak kami.

Setelah itu, karena ibu mertua kami harus kembali ke kampung untuk mengurusi urusan penting di kampung sehingga kemudian ada adik ipar yang menggantikan mertua untuk ikut membantu proses mengurusi bayi kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun