“Sejarah Linux menunjukkan bagaimana kerja sama dan keterbukaan bisa menciptakan teknologi hebat yang bermanfaat bagi banyak orang”
PADA artikel kali ini, aku akan membahas tentang perangkat lunak atau Operation System (OS) - dalam bahasa Indonesia sebagai sistem operasi - yang menjadi tulang punggung dari setiap perangkat komputasi. Pasalnya, tanpa perangkat lunak ini, perangkat keras tidak akan dapat berfungsi dan pengguna tidak akan dapat mengoperasikan suatu aplikasi atau mengakses data. Tapi kali ini aku akan membahas salah satunya saja yaitu Linux.
Lantas apa itu Linux?
Aku akan membahasnya sesuai dengan buku yang aku baca berjudul “Oxford English for Information Technology (Second Edition) karya Eric H. Glendinning dan John McEwan”.
Mulai dari bagaimana awal mula Linux. Siapa yang mengembangkannya. Hingga bagaimana Linux bisa berkembang hingga dikenal luas seperti sekarang. Disini juga aku akan sedikit menjelaskan konsep open source dan peran komunitas programmer dalam pengembangan Linux.
Linux merupakan salah satu Sistem Operasi (OS) open source berbasis Unix yang sebetulnya tak jauh beda dengan sistem operasi lainnya seperti Microsoft Windows, Android, dan iOS.
Linux sendiri berawal pada tahun 1992, ketika Linus Torvalds seorang mahasiswa Ilmu Komputer di Helsinki, Negara Finlandia, yang sedang berpikir kritis dengan pelajaran yang cukup rumit, namun menarik yaitu sistem operasi.
Selama masa perkuliahannya, Linus Torvalds banyak belajar tentang Unix, sebuah sistem operasi canggih yang sangat populer di dunia teknik dan sains di era 1970-an hingga 1980-an.
Unix dikenal sebagai contoh sempurna dalam desain sistem operasi, kuat, stabil, dan digunakan luas dalam lingkungan akademik. Namun, tidak semua orang mampu mengakses Unix lantaran sistem operasi ini tidak gratis.
Karena merupakan produk komersial yang dilisensikan oleh AT&T kepada para penjual, Unix dijual dengan harga yang tidak terjangkau untuk seorang Linus Torvalds yang hanya sebagai mahasiswa biasa.