Namun, dalam perkembangannya Kernel saja ternyata tidak cukup. Sebuah sistem operasi yang mumpuni memerlukan banyak komponen tambahan untuk bisa digunakan secara utuh dan maksimal. Maka muncullah istilah yang disebut dengan “distribusi” Linux.
Hingga pada sekitar tahun 1992, beberapa komunitas programmer mulai membuat paket Linux lengkap yang terdiri dari Kernel, alat pemrograman, editor teks, sistem perintah, dan antarmuka grafis berbasis sistem jendela X.
Oh, ya! Sistem jendela X ini adalah standar dalam komputasi ilmiah.
Komputasi ilmiah adalah penggunaan komputer untuk menyelesaikan masalah-masalah ilmiah dan teknik melalui simulasi, perhitungan matematis, dan pemodelan.
Melalui sistem ini, Linux mulai memiliki interface grafis yang menarik seperti KDE dan Gnome.
Karena sifatnya yang bebas dan terbuka, Linux menjadi sistem operasi yang paling banyak digunakan secara luas ke berbagai perangkat di seluruh dunia. Mulai dari komputer pribadi, server, superkomputer, hingga ponsel maupun perangkat pintar lainnya menggunakan Linux. Semuanya itu bermula dari seorang mahasiswa, rasa penasaran, dan keinginan untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik untuk semua.
Sejarah Linux menunjukkan bagaimana kerja sama dan keterbukaan bisa menciptakan teknologi hebat yang bermanfaat bagi banyak orang. (Akbar)*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI