Esai Tami ini hanyalah satu dari banyak karya dalam antologi Api Merdeka, Merdeka Apa?
Buku megah ini menghimpun karya para penulis Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Wilayah Jawa, diterbitkan Oktober 2025, setebal lebih dari 500 halaman.
Dalam satu jilid yang berdenyut seperti nadi Nusantara, terkumpul puluhan karya dalam berbagai bentuk---esai, puisi, puisi-esai, dan cerpen.
Para penulis berasal dari enam provinsi di Pulau Jawa: Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Antologi ini adalah peta batin Pulau Jawa yang menyuarakan kegelisahan kolektif: tentang kemerdekaan yang belum selesai, tentang kesenjangan yang melebar, dan tentang manusia Indonesia yang terus mencari makna di antara debu modernitas.
Dalam pengantar berjudul "Menyalakan Kembali Agni Brata," Dhenok Kristianti menulis dengan daya simbolik yang mendalam.
Ia mengutip ajaran Astabrata Kepemimpinan, khususnya Agni Brata---jalan kepemimpinan yang menuntut seseorang untuk menjadi seperti api: berani, menerangi, dan memurnikan.
Namun dalam kenyataan, Dhenok menatap getir. Terlalu banyak pemimpin yang justru menjadi api yang membakar, bukan menghangatkan.
Api kemerdekaan yang dulu menyala di dada para pejuang kini redup, tertutup asap kepentingan dan kerakusan. Dari sanalah lahir pertanyaan tajam yang menjadi jiwa buku ini:
"Inikah yang disebut negara merdeka? Masih adakah api kemerdekaan itu di dada para pemimpin dan rakyatnya?"
Bagi Dhenok, kemerdekaan sejati bukanlah kebebasan untuk berkuasa, melainkan keberanian untuk membakar ego dan menyalakan nurani.