Mohon tunggu...
AJ Susmana
AJ Susmana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

AJ Susmana, dilahirkan di Klaten. Dapat dihubungi via Email ajsusmana@yahoo.com Selain menulis, berbagai isu sosial, budaya dan politik, juga "menulis" lagu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Membenci Malam

23 Februari 2023   10:18 Diperbarui: 23 Februari 2023   10:25 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anisa nama perempuan itu. Langkahnya gontai menelusuri malam yang tak lagi dikenalnya. Rasa sesal yang dalam, benci dan marah menyatu dalam dirinya. Hatinya menjerit, berontak. Rasanya ia ingin mati saja malam itu juga.

"Mengapa tidak Kau bunuh saja aku, Tuhan?" Anisa menangis dalam doanya. Ia tidak tahu lagi berada di jalan mana. Lelaki-lelaki yang telah membawanya pergi tanpa kerelaan telah membutakan jalan. Ia tak tahu lagi harus pergi kemana dan lewat mana? Ini jalan menuju kemana tak lagi dipikirkan. Ke surga? Ke neraka? Apa bedanya? Ia ingin menemui Pastor. Apakah akan lembut hati Pastor itu? Anisa ditelan kebimbangan yang dalam.

"Bunuh saja aku, Tuhan. Kirimkan lagi laki-laki yang lebih buas dan kejam," pintanya lagi dalam putus asa yang amat sangat. Anisa pun terjatuh di tengah jalan. Ia tak tahu lagi apakah esok pagi ia masih bernafas. Pelan-pelan malam yang jahanam menyelimuti tubuh kecilnya. Dari bibirnya yang mungil mengalun lagu-lagu kudus sekolah dasar: Oh Yesus, Ave Maria, Bunda Allah Tak Tercela... Terus-menerus bibir mungilnya menyanyikan lagu-lagu masa kecilnya sampai ia lelah dan tertidur.

Sementara, malam semakin jauh. Dalam tidurnya, Anisa bertemu dengan papa dan mamanya yang bergantian menuding-nuding mukanya.

"Makanya kalau malam, perempuan jangan suka blusukan!"

"Perempun model apa kamu ini?!"

"Lonthe!"

"Jalang!"

"Gatal!"

Satu persatu wajah papa dan mamanya muncul begitu dekat di matanya. Mulut mereka berbusa-busa penuh kutukan. Bola mata mereka ganas dan menuduh tiada henti. Anisa ingin membantah.

"Puih!" seorang lelaki meludahi mukanya sementara itu beberapa laki-laki yang entah dari mana mereka datang ikut menyumpahi dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun