Dengan adanya media promosi yang dilakukan melalui sosial media seperti saat ini yang lagi hits adalah Tik Tok. Pustakawan harus dengan gercep memanfaatkan euforia tersebut agar para pemustaka berbondong-bondong datang. Langkah inilah yang akan membuat brand (nama) dari sebuah perpustakaan menjadi trending (terkenal)
2. Tempat idaman bagi para pemustaka
Perpustakaan tidak hanya sebagai tempat sekumpulan buku yang tebal dan banyak saja. Namun perpustakaan sudah harus bertransformasi menjadi tempat yang menyenangkan, idaman, bahkan kehadirannya harus selalu menjadi topik hangat bagi para masyarakat. Hal inilah yang harus dilakukan oleh para pustakawan bagaimana cara membuay perpustakaan tersebut selalu menjadi rujukan tidak  hanya digunakan sebagai tempat membaca namun juga objek lain.. Ketika diluar sanabanyak orang yang suka nongkrong di kafe-kafe maka perpustakaan harus bertransformasi juga. Bukan berarti perpustakaan dirubah menjadi kafe ya.. Namun di dalam perpustakaan bisa ditambahkan area kopi atau biasanya disebut coffe corner. Ketika anak milenial mencari tempat yang bisa dibuat spot foto yang kemudian diup ke ig, tik tok, dan twitter maka perpustakaan juga harus menyediakan spot-spot elite yang instagrammable agar pemustaka betah untuk stay di sana...
Mungkin itu saja tulisan saya yang membahas tentang rebuilding branding perpustakaan. Semoga bisa membantu dalam membangun kembali brand perpustakaan agar tidak kalah saing dengan tempat-tempat lain..
Mohon maaf jika ada salah kata dan kepenulisan
" lakukanlah sesuatu dengan hati jangan pernah melakukan sesuatu karena paksaan. Namun ada kalanya sesorang perlu dipaksa agar mau melakukan sesuatu "
Sampai jumpa👋👋
BolovedÂ
Ajrun 'Azhim Al As'hal