===========
"Jadi, tadi itu... Pacar lu kan, yang kontak?" Kata kawanku sambil mengambil sebuah tusuk gigi. Ia membersihkan sambil ditutup mulutnya.
"Ya. Tadi gue mau bilang supaya gak usah dibuka. Eh, ternyata lu dah tau duluan." Jawabku sambil mengambil segelas kopi kecil yang tersedia di depanku, tentunya setelah aku berdiri sebentar.
"Terus... Gimana jadinya?" Katanya kini memainkan tusuk gigi tadi di mulutnya, laiknya seorang pendekar-pendekar di film-film.
"Ya, gak gimana-gimana. Kan soalnya aku sendiri juga dah tau kok kalo dia akhirnya selingkuh." Aku menegak kopi kecil tadi.
"Padahal semua dah tau kan kalo lu dah jadian sama Fifi semenjak kuliah?" Kini ia menaruh tusuk gigi tadi ke piring bekas makan. "Kok bisa sih? Padahal dah sampe ketemu orangtuanya, kan? Mana dah se..."
"Ya mau gimana lagi? Kan dianya juga yang tega bermain api dibelakang gue. Apalagi ketika doi main api pas gue sibuk sama skripsi." Potongku karena aku tidak ingin mengingat apalagi membayangkan kenangan yang ada.
"Trus gimana? Masih mau pacaran lagi, tapi kan?" Tanyanya sembari membuka internet dari jam tangannya. Terlihat sebuah layar hologram dari atas jam tangan tersebut.
"Ini ada beberapa yang masih pada sendiri. Kali aja..."
"Keknya sih gak dulu, makasih." Potongku sambil mengambil air mineral dari galon di dekat sebuah tiang.
"Yakin?"