[caption id="attachment_170680" align="alignnone" width="300" caption="lukisan karya sendiri"][/caption] Semakin lama kehidupan ini semakin mempertontonkan hal yang aneh-aneh. Yang memiliki kekuasaan semakin memperlihatkan kekuasaannya. Yang kaya semakin pamer tehadap kekayaannya dan yang memiliki senjata pun semakin arogan memamerkan senjatanya. Apa sebetulnya yang sedang mereka pertontonkan kalau bukan kebodohannya sendiri. Bukankah sudah jelas Ada Yang Maha Berkuasa. Ada Juga Yang Maha Kaya, bahkan senjata bukanlah apa-apa, hanya orang-orang pengecutlah yang sangat mengagungkan senjata. Kalau senjata bedil hanya digunakan untuk menakuti rakyat kecil, itu tidak akan berhasil. Karena kematian bagi rakyat kecil hanya tinggal menunggu saatnya tiba, karena hidup juga hanya sekedar menjalankan amanatnya untuk menuju kematian. Lain halnya dengan orang-orang yang memiliki jabatan dan segudang kekayaan, kematian adalah hal yang mereka takuti. Ancaman senjata tidak lagi berarti dan ditakuti oleh orang-orang yang menanti kematian. Karena mereka sudah tahu keadilan tidak pernah berpihak pada mereka. Arogansi polisi dan aparat TNI akhir-akhir ini sudah memberikan gambaran jarak antara para pengayom dan masyarakat yang diayominya, dan itu sekaligus membedakan posisi dan kedudukannya didalam masyarakat. Apa memang perlu mengintimidasi masyarakat dengan cara yang seperti itu, agar masyarakat takut dan bisa terus ditakuti. Dalam keterdesakan, masyarakat bisa saja bertindak dan melakukan apa saja, sesuai dengan kemampuan dan kekuatan yang mereka punya, soal nyawa tidak lagi dalam hitungan mereka, karena hidup dan mati sudah sama saja keadaannya. Polisi dan TNI itu dari rakyat, dan harus berpihak pada rakyat bukanlah alat kekuasaan yang mudah diperdaya kekuasaan.