Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Koalisi Prabowo-Sandi di Ujung Tanduk

19 November 2018   07:58 Diperbarui: 19 November 2018   09:37 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi : Inilah.com

Sebuah koalisi itu bisa terjadi karena adanya kesamaan visi, kesamaan kultur Politik. Berkoalisi karena tidak ada pilihan lain, dan terpaksa, maka akibatnya akan berbenturan satu sama lainnya.

Inilah yang dialami oleh Koalisi Prabowo-Sandi, PKS yang tadinya begitu antusias mendukung Prabowo-Sandi, sekarang sudah mulai melemah, merasa senasib dengan Demokrat. Gerindra dianggap seperti One Man Show, tidak terlalu peduli dengan keberadaan Partai koalisi yang mendukungnya.

Setelah menguasai posisi Capres dan Cawapres, Gerindra pun awalnya tidak ingin membagikan kursi DKI 2 yang ditinggalkan Sandiaga Uno. Kondisi ini sempat membuat PKS galau sebagai koalisi pendukung. Meskipun kini kursi DKI 2 sudah ditangan, namun kepastiannya pun masih menunggu hasil Pilpres 2019.

Kalau Pilpres 2019 dimenangkan Prabowo-Sandi, besar kemungkinan kursi DKI 2 menjadi milik PKS, tapi kalau tidak menang, sangat mungkin kursi DKI 2 akan dikuasai oleh Gerindra. Ada janji-janji lain yang belum dipenuhi oleh Gerindra, sehingga PKS memendam berbagai kekecewaan.

Begitu Juga PAN, yang diam-diam memendam kekecewaan, karena ada Janji Gerindra yang belum terpenuhi saat memberikan peluang pada Sandiaga Uno sebagai Cawapres. Dengan alasan fokus di Pileg, PAN juga membiarkan kadernya tidak mendukung Prabowo-Sandi. Tidak adanya dukungan yang All Out dari Partai Koalisinya, akhirnya Gerindra terkesan One Man Show.

Masing-masing Partai yang tergabung dalam koalisi Prabowo beralasan, tidak ada kepentingan untuk mendukung sepenuhnya Prabowo-Sandi, karena tidak ada kader yang terwakili dalam Pilpres 2019. Jadi koalisi Prabowo ini terbentuk atas dasar keterpaksaan, karena tidak ada pilihan lain.

Demokrat meskipun berbeda secara kultur Politik, terpaksa bergabung dengan Gerindra, karena memang sudah tidak ada peluang untuk berkoalisi dengan Koalisi Jokowi. Begitu Juga PAN, yang sudah malu hati sama koalisi Jokowi, karena selama berada dalam koalisi Jokowi, namun memposisikan diri sebagai Oposisi.

Koalisi Prabowo-Sandi sudah diujung tanduk. Partai yang tergabung dalam koalisi, tidak memperlihatkan dukungan sepenuh hati, masing-masing masih memikirkan kepentingan sendiri. Koalisi ini sudah rusak didalam, kalau akar kerusakannya tidak segera diperbaiki, maka cepat atau lambat koalisi ini akan bubar sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun