Banyak cerita dalam perjalanan. Agar tidak terlupa dan menjadi kenangan, menulisnya dalam laman kompasiana ini.
Perjalanan dimulai dari Simpang Tiga Tugu Durian Kecamatan Sabbang, tujuan ke SMAN 14 Luwu Utara di Limbong Kecamatan Rongkong. Rencananya (agenda pendampingan) akan melaksanakan Diskusi Umpan Balik Berkala dan Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.
Roda motor matic pun berputar, menyusuri aliran Sungai Rongkong, sungai terbesar di Kabupaten Luwu Utara. Kicauan burung masih terdengar, hembusan dingin pagi menerpa wajah. Sesekali melirik liukan sungai dengan arus buih putih menambah indahnya suasana. Separuh jalan menuju tujuan, menyusuri sungai Rongkong yang panjang.
Beberapa saat kemudian "dihadang" seorang siswa berpakaian putih-merah hati, berhenti setengah kaget. Rupanya Siswa SD yang minta boncengan menunju sekolahnya yang berjarak kurang lebih 1,5 km. Ia minta diturunkan di depan SDN Monto sambil bergegas lari (tanpa terima kasih, hehe..) mungkin takut terlambat mengikuti upacara hari senin.Â
Masuk sejam perjalanan tantanganpun dimulai. Jalan beraspal mulai ada yang rusak, berlubang, dan ada yang tergantung sebagian, karena erosi sungai. Samar terlihat jaring paranet di atas kepala, ada apa gerangan? rupanya ada dua pohon durian yang tangkainya menjorok ke jalan. Mungkin maksudnya agar buah yang jatuh tidak kemana-mana, karena kalau sudah jatuh biasanya dapat dipungut oleh siapapun. "Kreatif juga...", gumamku. Paling tidak jaring sepanjang kurang lebih 20M dapat mengamankan pengguna jalan. Bisa dibayangkan kalau jatuhnya menimpa kepala, gawat..
Sepanjang perjalanan ditemui puluhan titik longsor yang kadang menutupi sebagian jalan. Saya kira faktor alam, banjir/longsor banyak berperan mempengaruhi kondisi jalan. Konon bis angkutan umum sementara ini berhenti memberikan layanan jasa angkutan penumpang.
Ditengah perjalanan kami mampir di Salunase, kedai favorit untuk ngopi dan istirahat. Disini pula tempat ojek barang (motor modif) berhenti mengecek kondisi kendaraan, ada yang mengganti gir motor yang putaranya lebih kuat untuk menanjak. Memang setelah Kampung Salunase selanjutnya hampir semuanya adalah tanjakan dan kelokan.
Perjalananpun dilanjutkan, jalan rusak berlubang kian terasa. Namun semua terlupakan dengan pemandangan indah. Hamparan sawah, kebun kopi, dan deretan gunung yang nampak sejajar mengiringi perjalanan kami. Percikan air terjun dari sisi gunung turun di bahu jalan yang kadang menggenangi jalan. Sangat dianjurkan menggunakan sepatu bot saat berkendara roda dua agar safety terjaga seperti yang dilakukan kepala sekolah saat menuju tempat tugas di Limbong.